Selayang Pandang Ma'rifat dan Tasawuf


Terhadap sesama manusia, yakni dalam interaksi hablum min annas, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani mengambarkan contoh sikap yang pantas untuk kita teladani, yakni:

“Ia (yang tawadhu), jika bertemu dengan anak-anak di bawah umur atau yang lebih muda darinya, akan merendah seraya berkata: ‘Dia ini belum bermaksiat, sementara aku sudah banyak bermaksiat. Ia tentu lebih baik dari aku.’ 

Sementara jika ia bertemu dengan orang yang lebih tua, ia akan berkata: ‘Dia sudah lebih lama menyembah Allah daripada aku.’ 

Kepada orang alim, ia merendah sambil berkata: ‘Dia diberi sesuatu yang belum aku capai dan ia telah memperoleh sesuatu yang belum aku peroleh, mengetahui apa yang belum aku ketahui, dan beramal dengan landasan ilmu.’ 

Bahkan, terhadap orang bodoh pun, ia tetap merendah dan berkata: ‘Dia bermaksiat kepada Allah atas dasar ketidaktahuannya, sementara aku bermaksiat kepada-Nya dengan segala pengetahuan, dan aku tidak tahu bagaimana nasib akhirnya dan nasib akhir diriku.” ~ Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

Lantas, bagaimana seharusnya sikap kita terhadap Allah Subhanahu wata'ala sebagai Sang Khalik?
Semoga catatan-catatan berikut dapat membantu kita untuk lebih mengerti.

Insya Allah!

Tasawuf

Posting Komentar