Arti "Aku dan Bapa Adalah Satu" Menurut Yesus

Tidak ada alasan untuk mengartikan ayat ini sebagai pernyataan Yesus Kristus bahwa beliau dan Bapa adalah satu sosok yang sama. Ungkapan seperti itu sangat umum pada jamannya, bahkan hingga hari ini pun jika seseorang menggunakan ungkapan "aku dan kamu adalah satu", misalnya, orang akan tahu persis apa yang dia maksud.
Dalam hal tertentu, Yesus dan Allah memang memiliki kesamaan. Demikian pula halnya para nabi dan rasul Allah terdahulu dan terkemudian, yaitu sama-sama menginginkan agar umat manusia selamat dari kebinasaan yang kekal di neraka!

Jadi, agar lebih mudah memahami maksud ucapan Yesus tsb, ada baiknya kita lihat dulu tulisan Paulus untuk jemaat Korintus tentang pelayanannya di sana. Paulus menulis bahwa dia telah menanam benih, dan Apolos yang menyiraminya. Kemudian dia menegaskan, “Yang menanam dan yang menyiram adalah satu” (1Korintu 3:8 – AYT ).

Dalam teks-teks Yunani, ungkapan Paulus itu sama persis dengan ungkapan yang digunakan oleh Yesus dalam Yohanes 10:30, namun nyatanya tidak ada satu kristenpun yang mengklaim bahwa Paulus dan Apolos adalah satu sosok yang sama.

Sementara itu MILT menerjemahkan 1Korintus 3: 8 sebagai “yang menanam juga yang menyiram adalah setujuan" , alias "satu tujuan".

Mengapa terjemahan frasa "adalah satu" pada ayat yang sama diterjemahkan juga sebagai "setujuan" atau "satu tujuan" pada terjemah yang lain?

Model terjemah simpang-siur inilah yang menyebabkan ribuan pengikut Paulus -- khususnya di Indonesia -- terperangkap dalam doktrin dan stigma buta-tuli "pokoknya sudah pasti benar"  bahwa Yesus dan Bapa adalah sosok yang sama!

Padahal sejatinya tidak demikian. Makna yang jelas dari pernyataan Yesus dalam Yohanes 10:30 adalah beliau senantiasa melaksanakan segala kehendak dan perintah Allah. Oleh karenanya, tentu saja Yesus dan Allah memiliki “satu tujuan” yang sama!

Dalam konteks serupa, di tempat lain Yesus menggunakan frase "menjadi satu", dan dari kedua frase ini kita dapat melihat bahwa "satu tujuan" adalah apa yang sesungguhnya beliau maksudkan. Dalam Yohanes 17:11, 21 dan 22, Yesus berdoa kepada Allah agar para pengikutnya "menjadi satu" dengan dirinya dan Allah, karena Yesus dan Allah "adalah satu."

Jelas Yesus tidak berdoa agar semua pengikutnya bertumpuk menjadi satu substansi (una substantia multi personae) atau satu sosok yang sama dengan Allah. Di sini kita bisa melihat jelas: Yesus berdoa agar semua pengikutnya menjadi satu dalam tujuan, sama seperti Yesus, dan kerajaan Allah adalah satu-satunya tujuan -- sebuah doa yang belum dijawab.

Konteks Yohanes 10:30 menunjukkan secara meyakinkan bahwa Yesus merujuk pada fakta bahwa dia memiliki tujuan yang sama seperti yang Allah inginkan, sama seperti tujuan semua nabi dan rasul Allah. Dalam kisah ini Yesus sedang berbicara tentang kemampuannya untuk memelihara “domba-domba”, atau orang-orang percaya yang datang kepada-Nya. Beliau berkata bahwa tidak ada yang bisa merebut mereka dari tangannya dan tidak ada yang dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Kemudian Yesus menegaskan bahwa beliau dan Bapa "adalah satu” dalam artian memiliki satu tujuan, yaitu menjaga dan melindungi orang-orang percaya untuk selama-lamanya.
Sangat jauh berbeda dengan keyakinan mayoritas umat Kristen -- khususnya kaum Trinitarian -- Yesus sama sekali tidak sedang mengajari para imam Torah dan orang Yahudi tentang Tuhan Tritunggal hasil kolaborasi antar Dewa-Dewa Pagan bangsa Yunani dan Romawi!
Kendati sudah demikian jelas, umat Kristen tetap meyakini bahwa ayat ini merupakan telur emas sebagai dalil absolut klaim keilahian Yesus. Tapi ironisnya, tiap kali diminta untuk menunjukkan apa hubungan klaim mereka tsb dengan konteks ucapan Yesus dimaksud, hampir tidak ada satupun yang dapat menjelaskannya kecuali mati-matian memaksa kita untuk menerima dengan begitu saja bahwa ayat Yohanes 10:30 adalah bukti Yesus adalah sosok yang sama dengan Allah!

Lalu, bagaimana menunjukkan kekeliruan mereka dalam memaknai ayat Yohanes 10:30?
Seperti tuntutan mereka sendiri agar sebelum menyimpulkan sesuatu dari kitab mereka kita harus lebih dulu membaca satu perikop dari ayat yang kita jadikan "highligt", maka mari sama-sama kita cermati ayat-ayat Yohanes 10, khususnya dari ayat ke 24 s.d ayat ke-36 dalam format eksegese, atau yang lebih GM sukai, Hermeneulogika.


Perhatikanlah bahwa penekanan dalam penjelasan Yesus terpusat pada "domba-dombanya". Beliau mengatakan, para imam dan orang-orang Yahudi tidak melihat kebenaran Ilahi yang diwartakannya, sedangkan domba-dombanya mengetahui. Lalu beliau menegaskan tidak seorang pun dapat merebut domba-domba tsb dari tangannya. Yesus bersaksi pula bahwa Bapa lebih besar dari semua, dan tidak ada seorang pun yang dapat merebut domba-domba yang diberikan oleh Bapa kepadanya dari tangan Bapa. Artinya, tidak ada yang dapat mengalihkan keyakinan dan iman pengikut Yesus kepada keyakinan lain yang menyimpang dari kehendak Bapa. Berdasarkan penjelasannya itu kemudian beliau mengatakan "Aku dan Bapa adalah satu".
Nah, konteks dari kalimat ini sesungguhnya menjelaskan bahwa kesatuan Yesus dan Bapa terletak pada penegasan bahwa Bapa dan Yesus melindungi domba-domba mereka, bukan kesatuan dalam ketuhanan seperti klaim mayoritas umat Kristen. Yesus bahkan menekankan -- apa yang hari ini boleh kita sebut sebagai klaim -- bahwa Bapa lebih besar dari segalanya, sehingga siapapun tidak perlu  bingung untuk memahami secara pasti bahwa Bapa dan Yesus sudah tentu adalah dua sosok yang berbeda!
Namun ternyata umat Kristen tetap bingung. Mereka yang selamanya memang memerlukan "pembenaran" atas keyakinan mereka sendiri, dengan konyol mengklaim bahwa pada ayat 29 Yesus berbicara tentang pribadi Bapa -- bukan tentang natur atau wujud esensial-Nya -- namun dalam ayat berikutnya, mereka mengklaim bahwa Yesus sedang berbicara tentang sifat dan esensi Bapa dan menyamakan dirinya dengan Bapa.

Ron Rhodes, penulis Reasoning from the Scriptures with Muslims, mengutip Pengakuan Athanasius: (yang dengan malu-malu menyebutkan): “Kristus sama dengan Bapa dalam Ketuhanannya, tapi lebih rendah dari Bapa dalam kemanusiaannya” (halaman 154-155) -- Dari pengakuan ini, apa yang kemudian dapat kita simpulkan?

Selanjutnya kita diberitahu bahwa orang-orang Yahudi mengambil batu dan berkata kepada Yesus, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." 

Rhodes berkomentar, “Perhatikan bahwa Yesus tidak menanggapi dengan mengatakan, 'Oh, tidak, kalian keliru! Aku tidak mengaku sebagai Allah. Aku hanya menyatakan kesatuan tujuan dengan Dia." Yesus tidak memberikan satu koreksi pun karena orang-orang Yahudi memahami Dia persis seperti yang Dia maksudkan untuk dipahami.” 

Agaknya Pak Rhodes lupa membaca sisa bagian ayat itu karena Yesus, dengan pasti, mengoreksi kesalahpahaman orang-orang Yahudi atas pernyataannya.

Pada ayat 34, Yesus mengutip Mazmur 82:6: "Bukankah ada tertulis dalam kitab kalian: "Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?  Beliau melanjutkan: "Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan," Jadi, apa sebenarnya yang diklaim oleh Yesus? 
Yesus mengklaim bahwa beliau menerima firman Allah, dan karena mereka yang dianugerahi kehormatan ini dalam hukum Torah disebut "Allah" -- seperti Musa dalam Keluaran 7:1 -- sesungguhnya tidak ada yang menghujat Allah dengan mengatakan "aku dan Bapa adalah satu". Bahkan, jika misalnya Yesus mengatakan bahwa beliau adalah "Allah" sekalipun! Karena sebenarnya Yesus hanya mengkonfirmasi apa yang sudah lebih dulu tertulis dalam kitab suci sebelumnya.
McDowell dalam bukunya More Than A Carpenter menulis: “Sarjana Yunani AT Robertson mengatakan bahwa dalam bahasa Yunani, 'satu' adalah netral, bukan maskulin, dan tidak menunjukkan satu orang atau satu tujuan melainkan satu dalam 'esensi." (halaman 16). 

Namun Yesus membantah teori ini melalui cerita tentang murid-muridnya: "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:21). 

Berpijak pada teori McDowell; saya yakin umat Kristen pasti tidak akan mau menerima -- apalagi mengimani -- bahwa sebenarnya ada lima belas "personae" dalam konsep ketuhanan mereka yang terdiri dari Bapa, Putra, Roh Kudus, dan keduabelas murid Yesus. 

Bahasa Yunani untuk “satu” dalam kedua ayat ini (Yohanes 10:30, 17:21) adalah ἕν (hen). Sekali lagi, yang dimaksud adalah kesatuan tujuan.

Jadi, perbaikilah kesalahpahaman teman Kristen Anda tentang perikop ini -- sama seperti Yesus mengoreksi orang-orang Farisi.


** Lebih jelas tentang miskonsepsi Kristen terhadap isi kitabnya sendiri ini, simak penjelasan Syaikh Ahmed Deedat, khususnya mulai menit ke-27.55 dst di bawah ini.



Sumber:

Posting Komentar