Pembaca Suka/Riwayat para Nabi dan Rasul Allah

Al-Quran Karim/Tadabur

Muslimologi

Kompilasi/Kumpulan Artikel

Up-Date/Terbaru

Yesus tidak pernah menjadikan Paulus sebagai Rasul


Paulus mengaku sebagai salahsatu rasul Kristus. Tetapi faktanya, bukan!

Yesus berkata jika seseorang bersaksi tentang dirinya sendiri, kesaksiannya tidak boleh dipercaya: "Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya." (Yohanes 7: 18).

Namun, sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang Paulus adalah apa yang dia nyatakan sendiri  tentang dirinya. Misalnya, Paulus berkata tentang murid-murid Yesus: “Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut." (2 Korintus 11: 23).

Yesus berkata, ”Jika Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, kesaksian-Ku tidak benar." (Yohanes 5:31). Sementara Paulus berulang kali bersaksi tentang dirinya sendiri. Karena itu, dia tidak dapat dipercaya. Misalnya, dia mengaku sebagai salahsatu rasul Kristus. (Galatia 1:1). Padahal sejatinya bukan!

MENGAPA HANYA DUABELAS RASUL?
Yesus hanya memiliki duabelas rasul, dan pastinya, Paulus bukan salahsatu dari mereka: “Ketika hari siang, Ia (Yesus) memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” (Lukas 6: 13-16).
Secara khusus keduabelas murid inilah yang dinyatakan oleh Yesus sebagai rasul. Bagi Yesus, hanya ada duabelas rasul sebab hanya ada duabelas suku Israel. Selain itu, hanya akan tersedia duabelas takhta penghakiman.
Begini penjelasan Yesus kepada murid-muridnya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” (Matius 19: 28).

Kota suci Yerusalem Baru pun hanya memiliki dua belas fondasi. Seperti yang diungkapkan Yesus kepada Yohanes: “Tembok kota itu mempunyai duabelas batu dasar dan di atasnya tertulis keduabelas nama kedua belas rasul Anak Domba itu.” (Wahyu 21:14). Jelas, dalam ayat ini Paulus tidak termasuk dalam kelompok  “duabelas rasul anak domba” yang dimaksud oleh Yesus!

SAKSI PALSU
Para Rasul Yesus dipilih dari orang-orang yang telah bersamanya sejak awal pelayanannya dan oleh karena itu mereka terdidik dengan baik berdasarkan pokok-pokok ajaran Yesus. Yesus berkata kepada mereka: "Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." (Yohanes 15:27).

Paulus tidak memenuhi syarat. Sebab dia tidak pernah bersama Yesus sejak awal dan tidak akrab dengan pokok-pokok ajaran Yesus. Tidak ada dalam surat-surat Paulus yang mana pun tentang prinsip-prinsip utama ajaran Yesus; tidak ada tentang ajaran Khotbah di Bukit; dan tidak ada tentang berbagai perumpamaan Yesus yang mencerahkan seperti yang dipertanyakan oleh teolog Ferdinand Christian Baur: “Otoritas macam apa yang boleh dimiliki seorang "rasul" yang tidak seperti rasul-rasul lainnya, tidak pernah dipersiapkan untuk jabatan kerasulan oleh Yesus sendiri tetapi baru setelah ketiadaan Yesus mengklaim jabatan kerasulan untuk dirinya berdasarkan pengakuannya sendiri?”

Karena jumlah rasul yang dibutuhkan adalah duabelas, setelah Yudas bunuh diri, sebelas rasul yang tersisa memutuskan untuk memilih rasul keduabelas yang baru. Beginilah Petrus menetapkan kriteria untuk membuat pilihan itu: “Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.” (Kisah 1: 21-22).

Paul sama sekali tidak memenuhi persyaratan ini. Dia bukan saksi kebangkitan Yesus. Setelah Matias dipilih, Lukas mengatakan tidak ada lagi rasul yang dipilih. Mereka tetap menjadi kelompok eksklusif: “Tidak ada dari yang lainnya memberanikan diri untuk bergabung dengan mereka, tetapi orang-orang sangat memuliakan mereka” (Kisah 5:13). Secara signifikan, setelah kematian Yakobus, rasul lain tidak dipilih untuk menggantikannya karena, tidak seperti Yudas, status Yakobus tetap sebagai salahsatu dari duabelas rasul Yesus.

RASUL PALSU
Paulus adalah seorang rasul gadung yang mendaulat dirinya sendiri. Ini dijelaskan oleh banyak kesalahannya. Sebagai contoh, Paulus berkata tentang kebangkitan Yesus: “Ia dilihat oleh Kefas, kemudian oleh kedua belas murid itu.” (1Korintus 15: 5). Padahal Yesus menampakkan diri hanya kepada sebelas murid, karena Yudas sudah lebih dulu mati bunuh diri . (Lukas 24:33-34). Ketika Yesus bangkit, jumlah murid Yesus pada hari Pentakosta adalah 120. (Kisah 1: 15). Namun Paulus mengatakan Yesus menampakkan diri kepada 500 orang. (1Korintus 15: 5-6).

Yesus memuji orang Efesus karena menolak rasul palsu seperti Paulus: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.” (Wahyu 2: 2).

Paulus adalah satu-satunya orang dalam Alkitab yang mengatakan kepada orang-orang Efesus bahwa dia adalah seorang rasul, padahal bukan. (Efesus 1:1). Menurut Lukas, orang-orang Efesus menolak keras kesaksiannya: “Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Tetapi ada beberapa orang  yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan  di depan orang banyak ..... ” (Kisah 19: 8-9).

Efesus berada di Asia dan, seperti yang diakui Paulus kepada Timotius; Paulus ditolak oleh semua orang Kristen di Asia: “Kamu tahu, bahwa semua orang di Asia telah berpaling dariku.” (2Timotius 1: 15). Faktanya, mereka bahkan menjatuhkan "hukuman mati" padanya. (2Korintus 1:8-9).

Itulah sebabnya mengapa Paulus merasa perlu untuk berpaling dari Asia dan memohon kepada orang-orang Korintus di Eropa: “Jika bagi orang lain aku bukan rasul, paling tidak aku adalah rasul bagimu. Sebab, kamu adalah meterai kerasulanku dalam Tuhan.” (1Korintus 9:2). Permohoan untuk mendapatkan pengakuan publik ini menyedihkan, terutama bila mengingat kebanggaan Paulus sebelumnya yang bermegah-megah mengaku sebagai rasul Yesus: "Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus  dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati," (Galatia 1:1). 

PARA RASUL TIDAK DIPILIH OLEH ANGGOTA GEREJA TAPI SECARA EKSKLUSIF OLEH YESUS
Jika segala bualannya mengaku bertemu Yesus dalam perjalanan ke Damsyik  (Kisah 9: 5-7) memang benar, maka catatlah ini: Yesus memanggil Paulus sebagai pelayan, bukan sebagai rasul! "Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti." (Kisah 26:16). 
Ketika Ananias pergi menemui Paulus, dia tidak memanggilnya Rasul Saulus tetapi “Saudara Saulus.” (Kisah 9:17). Ketika penulis epistel ke-2 Petrus juga menyebut Paulus, dia tidak menulis "Rasul Paulus" tetapi “saudara Paulus.” (2Petrus 3:15).

Yohanes berkata kita harus menguji roh apakah mereka berasal dari Allah. (1Yohanes 4:1). Mari kita melakukannya pada Paulus. Dia berkata kepada orang-orang Galatia: “Adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Galatia 1:10). Tetapi kemudian dia mengaku kepada jemaat di Korintus: "aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal" (1Korintus 10:33).

Dengan demikian Paulus dijerat oleh kata-katanya sendiri. (Amsal 6: 2). Sekalipun dia mengatakan tidak, tapi nyatanya dia masih berusaha untuk menyenangkan manusia. Jadi, menurut ukurannya sendiri, Paulus bukanlah seorang hamba Kristus!

Begitulah cara Roh Tipu Daya menyingkapkan kelakuan para pendusta!

[Femi Aribisala | vanguardngr.com]


Surat Para Rasul (Epistel)


Epistola (bahasa Inggris: epistle; bahasa Yunani: ἐπιστολήtranslit. epistolē) atau surat adalah suatu tulisan yang ditujukan atau dikirimkan kepada seseorang atau sekelompok orang, biasanya berupa surat didaktik yang elegan dan formal. Genre epistola untuk penulisan surat sudah umum pada zaman Mesir Kuno sebagai bagian kurikulum latihan menulis pada sekolah jurutulis. Surat-surat pada Perjanjian Baru yang ditulis oleh para rasul bagi jemaat Kristen mula-mula biasanya disebut "epistola".

Sedangkan yang ditulis oleh Paulus dikelompokkan sebagai surat-surat Paulus, sedangkan sisanya dikelompokkan sebagai surat-surat umum.

Lalu, apa yang perlu kita ketahui tentang surat-surat para rasul ini?
Simak yang berikut ini.

Surat Para Rasul (Epistel)

Umat ini menolak disebut sebagai Pengikut Paulus


Hampir seluruh umat Kristen - yang mengaku sebagai pengikut Kristus - sebenarnya tidak tahu, atau tidak mau tahu bahwa sejatinya mereka bukan pengikut Kristus tapi pengikut Paulus!

Karenanya, ketika disebut sebagai umat Paulus, umumnya orang-orang bernasib malang ini tidak ambil pusing karena "haqul yakin" bahwa mereka adalah pengikut Kristus. Namun ada juga di antaranya yang benar-benar merasa terusik dijuluki sebagai Pengikut Paulus dan bereaksi keras menolak sebutan itu, bahkan menuntut pembuktian untuk ditunjukkan dalilnya dari kitab mereka.

Jadi, mari kita penuhi tuntutan mereka.
Kita mulai dari sini.

Paulus berkata;
"Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun." (1Korintus 6:12)

Paulus tegas-tegas menyatakan bahwa dia tidak sudi diperhamba oleh apa pun, termasuk tentu saja oleh Allah, apalagi oleh Yesus Krtistus!

"Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah." (2Korintus 11:17)

Perhatikan juga bagaimana dia bermegah-megah menyatakan bahwa apa yang diajarkannya bukan berasal dari firman Allah, tapi sepenuhnya dari pemikirannya sendiri, yang diakuinya pula sebagai pemikiran orang bodoh! 

Bandingkan dengan pegakuan Yesus Kristus yang dengan amat tegas menyatakan bahwa apa yang diajarkannya bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah yang mengutusnya.

"Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan." (Yohanes 12:49)

Kendati sudah demikian jelas perbedaan antara ajaran Yesus Kristus yang berasal dari Allah dengan ajaran Paulus yang berasal dari hawa nafsu dan kebodohannya sendiri, tapi dengan penuh percaya diri Paulus menegaskan bahwa kalian, umat yang hari gini masih mengaku Kristen, harus menjadi pengikut Paulus - bukan pengikut Yesus Kristus!

Alasannya?
Paulus mengklaim bahwa dirinya tidak kalah hebat dibandingkan dengan semua murid-murid Yesus Kristus yang dilarang keras oleh guru mereka untuk mengabarkan Injil kepada bangsa manapun selain bangsa Israel! 

"Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu" (2Korintus 12:11)

"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1Korintus 10: 34)

Nah, ini menarik! Sebab sejak lahir hingga digossipin ngapung ke sorga, Yesus tidak pernah mengenal kata "Kristen", apalagi sampai menyebut pengikutnya sebagai orang Kristen! Artinya, Kristen adalah hal yang sangat asing bagi Kristus sendiri, begitu juga bagi seluruh pengikut sejati Yesus Kristus!

Sebutan, atau kata "kristen" muncul jauh setelah Yesus Kristus tidak ada, sebagai ejekan yang dutujukan kepada Paulus dan pengikutnya pada masa-masa dia mulai "menjual nama Yesus Kristus" untuk kepentingannya sendiri terhadap kaum gentile Goyim (non-Yahudi) di Antiokhia (Lihat Kisah Para Rasul 11:26) 

Jadi, kalian yang hari gini masih mengaku sebagai umat Kristen jelas bukan pengikut Kristus, melainkan pengikut Paulus, alias umat Paulus! 

Lalu, tahukah kalian hal apa yang menyedihkan dari kepatuhan kalian kepada Paulus? 
Ketika Paulus berkata, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus", dia menginginkan agar kalian melakukan segala hal yang dia perbuat, sementara dia sendiri sama sekali tidak melakukan apapun yang Kristus perbuat!

Yesus menyerukan; "Sembahlah hanya Allah saja!"
Paulus mengajarkan; "Sembahlah Yesus!"

Yesus menegaskan; "Tuhan, Allah kita, adalah satu"
Artinya Kristus mengajarkan bahwa Tuhan adalah Allah, dan Allah adalah satu-satunya Tuhan, sementara Paulus mengarang cerita bahwa "Allah adalah Bapa, sedangkan Yesus adalah Tuhan"

Yesus mengingatkan; "Setiap orang menanggung dosanya masing-masing"
Paulus membual; "Yesus menanggung dosa orang-orang yang percaya bahwa beliau adalah tuhan!"

Yesus selalu menyebut dirinya sebagai "anak manusia"
Paulus menipu kalian dengan mengatakan bahwa Yesus adalah "anak Allah"

Dan masih ada segerobak pasir lagi ajaran "Paulus yang dipenuhi oleh roh tipu daya", yang sampai hari ini benar-benar kalian jadikan teladan!

"Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?" (Roma 3:7)

Jadi, seperti sudah terbukti selama berabad-abad sejak Konsili Nicea 325M hingga hari ini, hanya pengikut Pauluslah yang setiap hari kerjanya cuma berdusta demi kemuliaan Allah sebagaimana yang diajarkan oleh Paulus!

Padahal Yesus sudah mengingatkan;  JANGAN PERNAH BERDUSTA DEMI APAPUN!

"Jika ya hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, sebab apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37).

Kalian tentu tau siapa yang dmaksud oleh Yesus sebagai "si Jahat", bukan?
YA! Dia adalah IBLIS, yang karena demikian besar hasratnya untuk menyesatkan sebanyak-banyaknya anak manusia untuk menjadi penghuni neraka, telah turun ke bumi dengan mengambil rupa anak manusia bernama Paulus -- sang Rasul Utusan Neraka!

Jadi sekali lagi, ketahuilah!
Kalian bukan pengikut Kristus, melainkan pengikut Iblis yang mengambil rupa anak manusia bernama Paulus! 

Jelas ya?
Salam bagi umat yang mengikuti petunjuk!

Hukuman Zina Menurut Islam dan Isa Al-Masih


Gus Mendem menjawab fitnah situs Isa dan Islam: Hukuman Zina Menurut Islam dan Isa Al-Masih

Dalam Bab-8 kitab injilnya, Yohanes mengisahkan bagaimana orang-orang Yahudi sengaja hendak mencobai Isa Almasih, begini:

[4] Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
[5] Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
[6] Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
[7] Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
[8] Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
[9] Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya
[10] Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
[11] Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Ayat ini berkisah tentang sekelompok orang Yahudi mendatangi Isa almasih dengan menyeret seorang perempuan yang mereka tuduh telah berzina di lingkungan mereka, lalu menuntut keputusan hukum dari Isa almasih menurut hukum Musa, yang menetapkan perempuan pezina harus dirajam sampai mati!

Ketika orang-orang Yahudi mengadu dan mendesak keputusan dari Isa Almasih, maka beliau bereaksi seperti di atas, dan nyatanya, tak seorang Yahudi pun yang berani melempari perempuan itu dengan batu seperti seharusnya.

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah ini?
Sangat stereotype dengan komentar mayoritas kristen yang pernah saya baca ketika menjelaskan YOH 8:1-11 ini, staff IDI menulis begini:

Respon Isa Saat Bertemu Perempuan Berzina
Pernah ada kejadian menarik yang tertulis dalam Kitab Allah. Ada banyak orang datang pada Isa Al-Masih membawa wanita yang kedapatan berzina. Mereka menuntut penghukuman atas wanita Ini.

Respon Isa sangat mengejutkan. Ia menjawab mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:7).

Semua orang yang hadir saat itu satu per satu mundur. Rupanya mereka mempunyai dosa juga. Tidak ada yang berani menghukum perempuan itu.

Selanjutnya Isa berkata: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:11).

Kita melihat pernyataan kasih Allah melalui Isa. Kasih membawa pada pertobatan. Kasih juga yang menuntun untuk manusia berubah. 

Isa tidak mempermalukan perempuan ini, melainkan menolongnya di tengah kesukaran. Bukankah kita juga mengharapkan pertolongan jika berada dalam keadaan terjepit? Wanita yang telah malu karena kedapatan berzina terlepas dari hukuman massa karena Isa.

Pernyataan Kasih Allah yang Menyelamatkan dari Zina
Isa Al-Masih adalah wujud pernyataan kasih Allah kepada manusia. Dari pada-Nya kita mendapatkan pertolongan dari dosa, khilaf dan hukuman zina.

Orang yang melakukan zinah pasti penuh rasa bersalah, malu dan kotor. Allah yang kaya rahmat menyediakan jalan keluar. Ia mau menghapus dosa zina manusia.

“Aku sendirilah yang menghapuskan dosa-dosamu, demi diri-Ku sendiri, dan Aku tidak akan mengingat-ingatnya lagi” (Taurat, Yesaya 43:25 FAYH).

Allah mengerti dosa dan kelemahan manusia. Ia tidak mau manusia menderita karena rasa bersalah. Ia juga tidak mau manusia terkena hukuman berat di akhirat.

Allah menolong dengan memberikan Isa sebagai jalan keluar dari zina lagi semua dosa manusia.

“Tetapi Allah kaya dengan rahmat. Ia sangat mengasihi kita, sehingga walaupun kita mati secara rohani . . . karena dosa kita, Ia mengembalikan hidup kita (melalui) . . . Kristus [Isa Al-Masih]” (Injil, Surat Efesus 2:4-5 FAYH).

Melalui Isa kita bisa hidup terbebas dari rasa bersalah dan malu. Kita bisa hidup dengan tidak takut hukuman akhirat. Dalam kasih-Nya, Isa menuntun pezinah pada pertobatan.

Mari kita datang kepada Isa. Ia berkuasa mengampuni setiap dosa kita. Lagi, karena Isa, Allah sama sekali tidak mengingat-ingat dosa Anda lagi. Jadi Anda betul akan mengalami damai hati. Mari percaya kepada Isa Al-Masih sekarang!

Dari penjelasan dan "himbauan" di atas kita bisa melihat sendiri betapa kuat stigma "Isa Almasih adalah Tuhan" yang tertanam di benak rata-rata pengikut Paulus sehingga akal sehat mereka seolah-olah berhenti berputar karena dibekukan oleh doktrin gereja, dan nalar mereka pun praktis tidak mampu lagi memahami kitabnya sendiri secara logik apalagi cerdas! Padahal yang sesungguhnya harus dipahami dari penggalan riwayat di atas adalah seperti diterangkan berikut ini:

Pelajaran Dari Isa Almasih Tentang Bagaimana Melaksanakan Hukum Taurat
Hukum Taurat Musa adalah HUKUM ALLAH Yang Maha Adil lagi Maha Penyayang, sekaligus juga Maha Tegas! Oleh karenanya TIDAK AKAN mencederai hak-hak dasar siapa pun juga, terutama orang-orang yag tidak bersalah!

Alasan kenapa Isa Almasih tidak menjatuhkan hukuman kepada perempuan itu adalah karena menurut Hukum Allah, setiap tuntutan hukum kepada siapa pun HARUS dapat dibuktikan dengan MENGHADIRKAN SAKSI-SAKSI, termasuk SAKSI PELAKU. (Lihat Ulangan 17:6, Ulangan 19:15, dan Amsal 19:9)

Dalam kasus di atas, yakni zinah, bagaimanapun juga PELAKUNYA HARUS TERDIRI DARI 2 ORANG, yakni perempuan yang dituduh berzinah dan pria pasangan zinahnya. Sedangkan seperti dapat kita lihat sendiri dari kisah Yohanes 8:4-11 di atas, orang-orang Yahudi itu hanya mengaku-ngaku saja sebagai SAKSI tapi tidak membawa serta -- atau tidak menghadirkan -- pelaku zinah pasangan perempuan tsb. 

Perlu digarisbawahi, ini diisyaratkan oleh Isa Almasih sebagai perbuatan "dosa", dan dengan itu pula kemudian dia menantang orang-orang Yahudi tsb seperti tertulis dalam Yohanes 8:7.

Karena orang-orang Yahudi itu sadar bahwa demi alasan ingin mencobai Isa Almasih mereka telah berdusta -- dan tentu saja berdosa -- maka mereka pun kemudian satu-per-satu meninggalkan "arena sidang dadakan" tsb sehingga ancaman HUKUM RAJAM terhadap perempuan itu BATAL dilaksanakan! 

VOILA!
Teryata kita sedang berbicara tentang bagaimana seharusnya Hukum Taurat Musa dilaksanakan! BUKAN tentang Isa Almasih atau Yesus yang diimani oleh umat kristen sebagai Tuhan dan diyakini berkuasa mengampuni dosa!

Tentang kasus-kasus serupa ini, sebetulnya jauh-jauh hari sebelumnya Yohanes sendiri sudah mengisyaratkan sabda Isa Almasih ini:

[Yohanes 5:30] "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."

Sampai di sini, coba pikirkan sendiri, apa jadinya jika kelompok Yahudi tsb menghadirkan juga saksi-saksi menguatkan, termasuk saksi pelaku, yakni pasangan zina perempuan tsb ke hadapan Isa Almasih?

Maka segala cerita manis dan ajakan murtad di atas pun hanya akan tinggal sebagai masturbasi rohani belaka, sebab Hukum Taurat Musa yang sama mengerikannya seperti diisyaratkan oleh Al-Quran dan Hadits, PASTI DILAKSANAKAN!

Jelas ya?
Salam bagi umat yang mengikuti petunjuk!

Di bawah ini adalah cuplikan kisah di atas.  
Gunakan fitur sub-title untuk mendapatkan teks dalam bahasa Indonesia.

Nubuat Yesus Tentang Paulus


Perhatikanlah ucapan Yesus Kristus dalam catatan Matius 23:15 ini:

"Celakalah kamu, hai [1] ahli-ahli Taurat dan [2] orang-orang Farisi, hai kamu [3] orang-orang munafik, sebab kamu [4] mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk [5] mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu [6] dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang [7] dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri."

Dalam satu ayat saja, peringatan keras Yesus dan semua nubuat beliau tentang Paulus tergenapi.

1. Paulus mengaku sebagai Ahli Taurat

Paulus sesumbar; "tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat!" (Filipi 3:6)

2. Paulus mengaku sebagai orang Farisi

"Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati." (Kisah Para Rasul 23:6)

3. Paulus adalah orang munafik

"Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat" (1Korintus 9:20-21)

"Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?" (Roma 3:7)

4. Paulus mengarungi lautan untuk menyebarkan ajaran menyimpangnya

" ..... ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. (Kisah Para Rasul 16: 4-10)

5. Paulus mengajak non-Israel menjadi penganut agama ciptaannya

Dalam bahasa Yunani, gentiles atau orang-orang non-Israel yang beralih keyakinan ke dalam keyakinan bangsa Yahudi disebut prosēlüton (προσήλυτον). Dan Pauluslah orang yang paling terang-terangan melawan sekaligus melanggar larangan keras Yesus Kristus agar seluruh pengikutnya tidak menyampaikan Injil -- yang sangat khusus hanya untuk bangsa Israel saja -- kepada bangsa manapun di dunia ini dengan cara menciptakan agama baru bernama Kristen atas  nama Yesus Kristus! (lihat Matius 15:24, 10:5 dan Kisah Para Rasul 11:26)

Dengan jumawa dia sesumbar:

"Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku," (Roma 11:13)

6. Paulus menjadikan pengikutnya sebagai penghuni neraka

Karena dianggap menyimpang dari ajaran para imamnya, dalam kitab Talmud yang diimani oleh umat Yahudi sebagai bagian dari kitab suci mereka, Yesus sendiri digambarkan sebagai penghuni neraka. Apalagi Paulus yang tidak hanya menyimpang dari ajaran para imam Yahudi, bahkan menyimpang jauh dari ajaran Yesus Kristus yang orang Yahudi, tentu saja akan menjadi bahan bakar api neraka!

Maka pikirkanlah sendiri; jika Paulus menjadi bahan bakar api neraka, bagaimana dengan seluruh pengikutnya?

Jadi, cukup dengan satu ayat saja, sesungguhnya Yesus telah lebih dulu membuktikan kepada kita bahwa Pauluslah sang penyesat sejati yang dipastikan akan menyeret seluruh pengikutnya menjadi penghuni kekal neraka!

7. Paulus menjadikan pengikutnya dua kali lebih jahat dari dia sendiri

Dan kebenaran ucapan Yesus tsb dibuktikan pula oleh sejarah bahwa penyebaran ajaran Paulus oleh kroni dan pengikutnya telah menyebabkan jatuhnya ribuan, bahkan jutaan korban manusia dalam berbagai bentuk pembantaian massal sejak dimulai pada abad ke-3 Masehi hingga hari ini!


[Dari catatan Abu Ihsan]


Q-7

Mengapa Al-Quran Tidak Diterjemahkan Seperti Bible?


Ada sebuah program Reality Show di TV Arab temanya “ Al-Quran berbicara tentang dirinya sendiri”. Acara ini justru diselenggarakan di beberapa negara Eropa. Acara ini diawali dengan memperdengarkan Al-Quran kepada orang yang tak pernah mengenal Alquran bahkan mendengarnya sekalipun. hasilnya rata-rata rata mereka mengatakan, “ ini seperti suara dari alam lain, dan cukup menenangkan jiwa. sebagian mengatakan,” walaupun aku tidak tahu maksudnya tapi cukup membuatku damai dan tenang. kebanyakan mereka terkejut setelah di beritahu bahwa yang didengarnya adalah Al-Qur’an.

Hal itu di akui oleh cendikiawan Inggris, Marmaduke Pickhal dalam The Meaning Glorious Qur`an, ia menulis: “Al-Qur`an mempunyai simfoni yang tidak ada taranya sehingga setiap nada-nadanya dapat menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”.
Al-Quran bukanlah syair, bukan puisi bahkan rangkaian, tatabahasanya jauh lebih indah dari keduanya, kita sering kesulitan memahami syair dan puisi, tapi tidak dengan Al-Quran karena begitu mudahnya dipahami.
Bahasa Al-Quran
  1. Singkat dan padat,
  2. Memuaskan para pemikir dan orang awam. Seorang awam akan merasa puas karena memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan keterbatasannya. Akan tetapi, ayat yang sama dapat di pahami dengan luas oleh pilosof atau para pemikir dalam pengertian baru yang tidak terjangkau oleh orang awam
  3. Memuaskan akal dan jiwa
  4. Keidahan dan ketepatan maknanya. Susunan kata dan kalimat Al-Quran muncul dengan susunan yang baik dan indah, mengagumkan karena keserasiaan dan keindahannya, dan keharmonisan susunannya.
  5. Keseimbangan redaksinya
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. 
  • Di antara contohnya Al-Hayaat (hidup) dan Al-Maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
  • Kesimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya. Contohnya yaitu Al-Harts dan Az-zira’ah (membajak/bertani) masing-masing 14 kali
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya. Contohnya Al-Infaq (infaq) dengan Ar-Ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya. Contohnya Al-Israf (pemborosan) dengan As-Sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali dan masih banyak lagi
  1. Ketelitian redaksinya
  2. Ragam Gaya Bahasa Al-Quran: Al-Jadal (perdebatan), Amtsal (perumpamaan), Al-Aqsam (Sumpah), Al-qashash (gaya berkisah)
Bagi orang yang pandai berbahasa arab, lebih mudah memahami alquran dari pada memahami orang arab ketika berbicara. dan dia lebih mudah memahami dan menemukan makna yang dalam di Al-Quran dari pada terjemahannya. Terjemahan Al-Quran bukanlah Al-Quran itu sendiri, dia hanyalah makna terdekat dari Al-Quran, terjemahan bisa direvisi tapi tidak dengan Al-Quran. Ada penjabaran yang lebih luas lagi namanya Tafsir, dan sekali lagi Tafsir bukanlah Al-Quran itu sendiri, dia hanyalah makna penjabaran dari Al-Quran, Tafsir bisa direvisi tapi tidak dengan Al-Quran.

Al-Quran lebih mudah dari pada Terjemahan dan Tafsirnya, bisa kita lihat ada jutaan umat islam yang hafal Al-Quran tidak terjemahannya maupun tafsirnya. bahkan Al-Quran lebih mudah dihafal dari pada menghafal sebuah Novel.

Maka benarlah Allah ﷻ berfirman,

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Allah ﷻ mengulang-ulang kalimat tersebut sebanyak empat kali di dalam kitab-Nya yang mulia. Semuanya kita jumpai dalam surat Al-Qamar. 
Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah benar-benar menjadikan Al-Quran itu mudah untuk dipelajari. Mudah untuk dibaca, dipahami, dihafalkan, dan mudah diamalkan oleh semua kalangan dan umat.
Semoga bermanfaat!




Benarkah Nabi Muhammad SAW Lahir 4 Tahun Setelah Ayahnya Wafat?

Dari Mana Datangnya Cerita Aneh Ini?
Salahsatu kitab tafsir Islam yang kurang terpercaya adalah karya Sa'ad. Pada masanya dulu, guru biasa menyampaikan pesan langsung kepada muridnya. Guru Sa'ad adalah Waqidi. Seorang yang sangat dipertanyakan integritasnya. Sedangkan di sisi lain, dalam banyak perkara menyangkut akidah, mayoritas Islam Sunni umumnya merujuk pada penjelasan-penjelasan teruji dari 4 imam besar, yakni Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi'i dan Imam Malik. Adapun tentang Waqidi, Imam Syafii menyatakan; "semua kitab al-Waqidi adalah dusta!"

Lalu, bersumber dari mana sebetulnya kebohongan cerita aneh ini?

Sumber Pertama: Dalam bukunya, Sa'ad menulis bahwa gurunya, Waqidi, mengabarkan kepadanya bahwa kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, menikah dengan Hala (ibu dari Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW) pada hari yang sama ketika putranya Abdullah menikah dengan Aminah (ibu Nabi Muhammad SAW). Beberapa hari setelah permikahannya, Abdullah meninggalkan istrinya untuk sebuah perjalanan niaga ke negeri Syam. Tapi kemudian wafat dalam perjalanan dan tidak pernah kembali.

Sumber kedua: Dalam tulisan lain, disebutkan bahwa usia Hamzah 2 s.d 4 tahun lebih tua dari usia Nabi Muhammad SAW.

Jadi, dengan menggabungkan catatan dari dua sumber di atas, para pengarang cerita aneh ini pun kemudian menyimpulkan;
Jika Abdul Muthalib dan Abdullah menikah pada hari yang sama, dan Hamzah 4 tahun lebih tua dari Muhammad, sedangkan ayah Muhammad, Abdullah, meninggal beberapa hari setelah menikah, maka Muhammad lahir 4 tahun setelah kematian ayahnya.

Sumber Terpercaya
Abdul Muthalib dan Abdullah tidak menikah pada hari yang sama. Apa yang dikabarkan oleh Waqidi kepada Sa'ad sebenarnya merupakan hasil imajinasinya sendiri.  Dan jika ada yang bertanya, kenapa kita tidak dapat menerima keterangannya? 

Jawabnya adalah, Karena dalam literatur Islam, setiap informasi tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabat harus disampaikan secara bersanad di mana nama semua perawi yang berasal dari zaman Nabi harus diketahui. Sedangkan Waqidi yang lahir 200 tahun setelah Nabi Muhammad SAW mengabarkan cerita tsb secara independen tanpa menyebutkan satu nama pun yang menjadi sumber informasinya.

Bagaimana cerita yang sebenarnya? Riwayat dengan sanad (rantai narasi) lengkap dari Ibn Abbas dicatat oleh Ibn Katheer dalam bukunya, “Al Bidaya Wan Nihaya (Awal dan Akhir)” volume 2. Bab “Kehidupan Para Nabi Dan Rasul”

Ebook harga Terjangkau (tautan non-streaming)
Teks lengkap "Al Sira Al Nabawiyya Vol 4 Ibn Katheer" (tautan streaming. Cari kata kunci “hala” untuk menemukan ceritanya).

Suatu ketika Abdul Mutralib pergi ke Yaman. Seorang imam dari golongan ahlikitab menemukan tanda di dalam dirinya. Dia mengatakan kepadanya, seorang nabi akan datang dari garis keturunannya dengan suku Bani Zuhra. Imam tsb bertanya apakah Abdul Muthalib tinggal bersama istrinya? Dia menjawab "Tidak." (istri sebelumnya sudah wafat). Sang Imam kemudian berkata, "Pergi dan menikahlah dengan wanita dari suku Bani Zuhra". Abdul Muthalib kemudian kembali dan menikahi Hala dari Banu Zuhra. Kemudian anak mereka lahir, yaitu Safiya dan Hamzah (2–4 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir). Beberapa waktu kemudian Abdullah (ayah nabi Muhammad) menikah pula dengan Aminah dari suku Bani Zuhra yang sama. Dari pernikahan ini Nabi Muhammad SAW lahir, sekitar 2 s.d 4 tahun setelah kelahiran Hamzah. Demikianlah ramalan imam Ahlikitab tentang Bani Zuhra menjadi kenyataan.

Kisah ini juga terekam dalam kitab Imam Nuaim “Dalaliyun Nabuyyat”. Jadi, tidak ada keraguan tentangnya. Hal itu juga dibenarkan oleh anggota keluarga.

Mengapa Waqidi berdusta tentang waktu pernikahan Abdul Muthalib dan Abdullah yang disebutnya pada hari yang sama? 

Waqidi mendengar cerita bahwa Aminah lebih cantik dari Hala sedangkan keduanya berasal dari suku yang sama. Setelah pernikahan Abdullah dengan Aminah, orang-orang mulai berkomentar, Abdullah lebih beruntung dibandingkan dengan ayahnya, sehingga Waqidi pun berasumsi, jika kedua istri dari ayah dan anak tsb dibandingkan-bandingkan orang, pasti mereka menikah pada hari yang sama.
Dari sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, kita tahu Abdul Muthalib yang sangat bersukacita menyembelih belasan hewan dan mengadakan pesta untuk merayakan kelahiran cucunya, Muhammad ibn Abdullah Ibn Abdul Muthalib. 

Sejak saat itu dan sepanjang hidupnya, sejarah mencatat Abdul Muthalib adalah kakek yang sangat menyayangi dan melindungi Nabi Muhammad SAW di tengah-tengah kaumnya. 

Apakah menurut anda hal itu normal dilakukan oleh seorang bangsawan terhormat suku Quraiys jika kelahiran cucunya dipertanyakan?

Lalu, bagaimana kita dapat memastikan bahwa cerita aneh di atas tidak benar?
Salah satu bukti otentik adalah hadits shahih yang menyatakan Nabi Muhammad SAW dan Hamza, pamannya, adalah "saudara sesusuan". Artinya, keduanya disusui oleh ibu yang sama.

Sayidina Ali bertanya, "Akankah anda menikahi putri Hamza?" Nabi Muhammad SAW menjawab, "dia adalah putri dari saudara sesusuanku." [Shahih Bukhari 4251]

Ini menjelaskan dengan sendirinya bahwa usia Nabi Muhammad SAW dan Hamza hanya terpaut beberapa bulan saja, atau paling banyak, kurang dari satu tahun.


[Gus Mendem | Menjawab Fitnah]


Dusta Waris Kristen

Sesungguhnya, muslim tidak dibenarkan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran mengikuti nafsunya sendiri tanpa ilmu, dan menurut salahsatu hadits Rasulullah, barangsiapa yang tidak mengindahkan peringatan ini maka bersiaplah untuk mendapatkan tempatnya di neraka!

Itu sebabnya kenapa siswa Sekolah Minggu GMDKK hampir tidak pernah mengutip ayat-ayat Al-Quran -- khususnya dalam interaksi dengan kaum harbi -- karena itu sama artinya dengan membuang segenggam mutiara ke tumpukan kotoran hewan ternak bernama babi. 

Namun karena harbi yang satu ini patut dianggap sudah berlaku sangat kurang ajar dalam menyajikan dusta kristen dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran seperti dimuat di sini, maka sebagai pengecualian, kali ini perlu rasanya ditunjukkan kesalahan sekaligus bukti betapa menyedihkan sesungguhnya kebodohan umat yang dalam tradisi Islam dikenal sebagai kaum sesat lagi menyesatkan ini.

Kita langsung saja!

KESALAHAN PERTAMA
TS dagelan ini dengan pedenya mengklaim bahwa Nabi Isa Almasih SUDAH WAFAT dalam perjalanan ke langit berdasarkan serampangan mengutil ayat QS. 5:117  sebagai dalil. Padahal QS. 5:117 adalah sequel dari QS. 5:116 yang "mengillustrasikan" dialog antara Allah SWT dengan Nabi Isa Almasih dalam sidang HARI PENGHAKIMAN di akhirat kelak. Bukan pada waktu beliau "diangkat" oleh Allah SWT ke sisi-Nya sekitar 2000 tahun lalu.

Selengkapnya terjemah firman Allah SWT yang mengisahkan kejadian yang akan datang tsb adalah sbb:

[116] "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

[117] "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu."

KESALAHAN KEDUA
Firman Allah yang melekat pada peristiwa pengangkatan Nabi Isa Almasih adalah QS. 3:55. Selengkapnya terjemah ayat-ayat tsb adalah sbb:

[55] "(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu (mewafatkanmu) dan mengangkat kamu kepada-Ku." 

Allah berfirman kepada Nabi Isa Almasih pada waktu DIA mengangkat beliau di mana ada disebutkan kata "akan" pada kalimat "mewafatkanmu" yang dengan sangat terang benderang menyiratkan bahwa kematian  nabi Isa Almasih TIDAK TERJADI pada waktu pengangkatannya melainkan kelak, yakni setelahnya, pada suatu waktu yang sudah ditentukan-Nya.

Dalam salahsatu hadits masyhur, Rasulullah saw bersabda,

" ..... Pada masa beliau, Allah akan membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan beliau akan tinggal di muka bumi selama empat puluh tahun. Setelah itu ia meninggal dan kaum muslimin menshalatinya." [HR. Abu Daud No. 4324 dan Ahmad No. 2/437. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih]

Ini adalah informasi dari Allah untuk seluruh umat manusia yang disampaikan-Nya melalui Nabi Muhammad saw, bahwa nabi isa Almasih akan wafat setelah menunaikan seluruh tugasnya sebagai Nabi Allah yang tertunda pada masa kenabiannya dulu. 

Dengan demikian, kisah dalam QS. 5:117 baru akan terjadi setelah kematian beliau. 

KESALAHAN KETIGA
Sepintas, menggunakan QS. 21:34 untuk mendukung asumsi ngasal pada dua kesalahan di atas tampak cerdas, tapi sesungguhnya jauh lebih ngasal dibanding kedua asumsi ngasal sebelumnya.

Tidak ada manusia yang meragukan fakta bahwa adalah benar tidak ada manusia yang  hidup abadi di dunia (baca: di bumi -- karena semua manusia hidup di bumi). Dan sudah sejak lama Allah mengingatkan akan hal itu antara lain dalam QS. 7:25:

[25] Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan."

Artinya, sampai detik ini belum pernah ditemui cerita yang mengisahkan ada manusia yang lahir di bumi, hidup di bulan, mati di planet Mars, dimakamkan di planet Jupiter, dan dibangkitkan dari kematiannya di planet Mercurius!

Jadi, karena QS 7:25 merupakan sunatullah atas fitrah seluruh umat manusia tanpa kecuali, maka itulah sebabnya kenapa Nabi Isa Almasih dipastikan tidak akan mati sebelum beliau kembali lagi ke bumi kelak!

Pertanyaannya sekarang, kembali ke bumi dari mana?

KESALAHAN KEEMPAT
Perhatikan lagi QS. 3:55 di atas. Allah berfirman bahwa sebelum menyampaikan Nabi Isa Almasih kepada akhir ajalnya di bumi, Allah berkenan untuk lebih dulu mengangkat beliau "kepada-Nya." 

Islam mengajarkan bahwa Arsyi Allah berada di atas langit, maka kata "mengangkat" dalam ayat ini jelas mengindikasikan suatu tempat yang letaknya "di atas" bumi, bisa di mana saja antara lapisan langit pertama hingga langit ketujuh, atau tempat lain yang ditentukan oleh Allah sebagai tempat terbaik bagi Nabi Isa Almasih "di sisi-Nya." 

Yang pasti, tempat tsb bukan di sorga, karena setiap muslimin paham dengan sempurna bahwa tidak ada manusia yang sudah mendiami sorga sebelum selesainya seluruh proses sidang Allah SWT pada HARI PENGHAKIMAN setelah terjadinya kiamat nanti.

Karena itu, bicara tentang "di sisi-Nya", maka mau tidak mau kita harus masuk ke alam langit di mana segala sesuatu diukur menurut parameter langit.

Jadi, benarkah perjalanan waktu sejak peristiwa diangkatnya Nabi Isa ke langit hingga hari ini sudah berlangsung selama 2000 tahun? 

Dalam perhitungan waktu manusia di bumi, jawabnya, BENAR!
Tapi dalam perhitungan waktu langit, sesungguhnya peristiwa itu baru terjadi 2 hari yang lalu! 

Allah SWT berfirman,
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. 32: 5)

Artinya, Nabi Isa Almasih berada "di atas sana" baru 2 hari yang lalu, sehingga sama sekali tidak cukup alasan untuk menganggapnya sebagai manusia yang hidup abadi sebagaimana dinyatakan oleh Allah SWT sendiri dalam QS. 21:34 sebagai hal yang mustahil!

Perihal perbedaan perhitungan waktu antara makhluk bumi dan makhluk Allah SWT lainnya di langit ini, selain sama-sama dijelaskan dalam Al-Quran dan alkitab (lihat tulisan Paulus dalam 2Petrus 3:8) juga didukung oleh penjelasan ilmiah dari para saintis modern jaman now, seperti salahsatu contohnya bisa dicermati di sini.

Dengan demikian, adalah luar biasa konyol membuat kesimpulan berdasarkan asumsi cacat nalar kristen bahwa menurut Al-Quran Nabi Isa Almasih pasti sudah wafat, sementara di sisi lain sangat boleh jadi saat ini beliau sedang tertidur lelap, atau boleh jadi pula sedang menikmati "quality time" yang disediakan oleh Allah SWT untuk beliau,  karena tempat terbaik "di sisi-Nya" tentulah tempat yang luar biasa istimewa seperti yang menjadi impian seumur hidup setiap muslim bila tiba saatnya meninggalkan dunia ini!

KESALAHAN KELIMA
Ini merupakan kesalahan klasik ajaran Paulus yang mendorong pengikutnya untuk senantiasa berdusta, bahkan tidak ragu untuk merobah, memutilasi, atau merekayasa firman Allah sesuka hati demi tercapainya tujuan kotor mereka! Ajaran Paulus ini, dalam keseharian di Sekolah Minggu GMDKK disebut sebagai ajaran kurang ajar!

Lihatlah! Demi membenarkan pikiran gilanya bahwa Allah SWT mengamini Nabi Isa Almasih "berfirman" kepada orang mati, pengikut Paulus yang sangat kurang ajar ini seenak perutnya mengedit QS. 6:111 menjadi begini:

"Dan sekalipun KAMI BENAR-BENAR menurunkan MALAIKAT kepada mereka, dan ORANG (ISA) yang TELAH MATI "BERFIRMAN" kpd mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran)." (QS. Al-An'am 6: Ayat 111)

Padahal teks terjemah yang benar (tanpa huruf kapital) sama sekali bukan berbicara tentang Nabi Isa Almasih, melainkan tentang Nabi Muhammad saw sbb:

[111] "Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran)."

Silahkan simak keterangan dan tafsir dari Kemenag RI, Al-Misbah, Al-Muyassar, Al-Jalalain, Ibnu Katsir, dan asbabun nuzul ayat tsb di sini.

KESALAHAN ABADI
Kesalahan abadi umat tersesat ini, yang diwariskan secara turun-temurun mengenai penyaliban, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Nabi Isa Almasih yang mereka paksa menjadi Yesus Kristus sejak tahun 325M hingga kiamat nanti adalah, kekufuran nyata yang tidak mau mengikuti petunjuk dari langit, namun sibuk sendiri mengikuti prasangka dan apa yang mereka karang-karang sendiri, lalu diimani sendiri! 

Allah SWT berfirman, 
"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, lsa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat lsa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. 4: 157-158)

Dengan demikian, maka sempurnalah pertunjukan kebodohan, kekurang-ajaran, dan kesesatan Kristen sebagai umat sesat lagi menyesatkan yang disajikan dalam TS DUSTA KRISTEN yang dibantah mentah-mentah oleh tulisan ini yang juga dimuat pada forum yang sama di sini.

Wallahu a'alam bisyawwab.
Semoga Allah SWT mengampuni kelemahan dan kesalahan saya.
Amin, Ya, Arrahman Ya, Arrahim.


[Bagus Pamungkas]
Q-2

Menghapal, Tradisi Keilmuan Peradaban Islam

Budaya Arab pra-kenabian melazimkan predikat aib kepada seseorang yang belajar dengan menuliskannya. Konon pernah terjadi, seseorang yang tepergok mencatat suatu hal, memohon-mohon agar apa yang dilakukannya itu dirahasiakan dari telinga siapapun. Malunya sampai tulang sumsum. Mengapa bisa seserius itu? Sebab simbol kecerdasan saat itu adalah hafalan. Sedangkan menulis adalah aktivitas orang-orang yang lemah potensi akal.

Budaya Arab pra-kenabian mengawinkan simbol kecerdasan (menghafal) itu dengan agungnya kedudukan syair pada zamannya. Sampai-sampai, al-Quran diturunkan dengan unsur keindahan bahasa untuk menggodamnya. Mengabadikan syair dengan cara mencatatnya bagi masyarakat Arab saat itu adalah kehinaan. Karena itu dianggaplah aib.

Andaikata Benjamin S. Bloom sudah hidup pada zaman tersebut, barangkali masyarakat Arab akan tergelak, sebelum kemudian tersedak. Sebabnya, ternyata Bloom sama-sama mengkategorikan aktivitas menghafal dan menulis ke dalam kolom C1 pada tabel Kata Kerja Operasional (KKO) Pengetahuan. Kita tahu, taksonomi Bloom menyebut urutan pengetahuan dimulai dari C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (menciptakan).

Setelah Nabi diutus di Mekkah lalu hijrah ke Madinah, beliau Saw. membangun institusi pendidikan tinggi pertama dalam Islam, As-Suffah, yang mencakup pembelajaran menulis selain tentu saja menghafal Al-Quran dan ilmu-ilmu keislaman. Selain itu juga berdiri Kuttab sebagai institusi pendidikan dasar. Aktivitasnya juga seputar menghafal dan menulis di level anak-anak. Kuttab sendiri sebenarnya ada sejak sebelum Nabi diutus, tetapi belum luas dikenal.

Menghafal, meski kata kerja tersebut berada di urutan pertama taksonomi, ia adalah pondasi. Tak perlu ilmuwan Timur untuk membuat pengakuan itu. Intelektual Barat seperti George A. Makdisi pun membenarkannya. George mengulas cukup detail budaya intelektual zaman pertengahan Islam dalam karya megahnya The Rise of Colleges dan The Rise of Humanism. Kata George, hafalan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu humaniora (kemanusiaan) hingga skolastik (dialektika) di zaman pertengahan Islam.

Setahun setelah Rasulullah Saw. wafat, melalui rekomendasi Umar, Abu Bakar memerintahkan untuk mengumpulkan suhuf (lembaran) Al-Quran yang berserakan. Dengan pertimbangan para penghafal Al-Quran kian langka akibat peperangan. Kelak pada zaman Khalifah Utsman, Al-Quran dikodifikasikan secara utuh dan diresmikan.

Orientalis meragukan otentisitas hasil kelanjutan kerja itu. Menurut mereka, selisih 15 tahun setelah wafatnya Nabi, pendistribusian naskah Al-Quran ke pelbagai wilayah Dunia Islam memungkinkan terjadi kesalahan dan pemalsuan teks. Meskipun paradoksnya, ilmuwan Bible menganggap otentik kitab Perjanjian Lama yang ditulis setelah rentang waktu delapan abad lamanya. Itupun dengan metode transmisi lisan yang masih dipertanyakan.

Prof. Mushtafa al-Azhami menjawab telak tuduhan itu dalam magnum opusnya, The History of The Quranic Text. Periode awal Islam telah berjalan tradisi hafalan al-Quran berikut naskah yang dituliskan. Naskah tersebut sifatnya sebagai alat bantu, sehingga jika pun terdapat ketidaklengkapan naskah, sama sekali tidak berpengaruh pada otentisitas teks al-Quran. Sebab keotentikan al-Quran terjaga dalam tradisi hafalan. Al-Azhami juga menyatakan, praktik yang telah mapan sejak lahirnya literatur keislaman, memberikan isyarat bahwa setiap teks keagamaan transmisinya hanya dapat dilakukan dengan cara bertatap muka kepada guru (penulis buku). Demikian tradisi itu dianak-turunkan menjadi sanad keilmuan.

Lantas, dengan argumentasi itu apakah saya hendak menyebut hafalan sebagai pencapaian pendidikan? Tentu saja tidak. Tugas utama pelajar bukan untuk menghafal, meski seluruh pelajar membutuhkan proses itu. Otak pelajar bukanlah hard disk yang hanya berfungsi sebagai penyimpan sejumlah data. Otak pelajar bahkan harus melebihi kecerdasan fungsi algoritma mesin pencarian.

Karenanya, tradisi hafalan al-Quran pun sesungguhnya (sekaligus seharusnya), bukan ditujukan untuk hafalan itu sendiri. Melainkan untuk menjaga Kalamullah agar tidak musnah di muka bumi. Demikian itu sekaligus menjadi wujud penjagaan Allah terhadap al-Quran. Hafalan al-Quran juga sebetulnya sebagai sarana agar seseorang dapat senantiasa membersamainya, mentadaburinya, hingga mengamalkannya.

“Tak seorang pun sahabat mempelajari al-Quran untuk memperkaya perbendaharaan tradisi semata, tidak pula hanya bertujuan menggabungkan dalil-dalil ilmiah dan fiqhiyah pada konklusi al-Quran yang disimpulkan berdasarkan pendapat pribadinya. Akan tetapi, para sahabat mempelajari al-Quran untuk mendalami firman Allah, berkenaan dengan masalah pribadi dan persoalan bersama –yang mereka terlibat di dalamnya, serta kondisi lingkungan yang menjadi ajang aktifitas mereka.”
Lebih tegas Sayyid Quthb menambahkan, “Al-Quran tidaklah hadir sebagai sebuah kitab yang memperkaya akal, tidak pula rujukan sastra dan seni, apalagi kitab dongeng dan sejarah –meskipun semua itu tercakup di dalamnya. Akan tetapi, al-Quran turun untuk menjadi jalan hidup dan sebagai petunjuk Ilahi yang suci.”

Pertanyaan finalnya kemudian, pentingkah menghafal dalam pendidikan? Jawabannya ada pada meme-anekdot yang akhir-akhir ini bertebaran di lini masa, yaitu kesalahan menyebut nama-nama ikan bisa berbuah fatal. Namun, meskipun begitu, menghafal tetap saja berada di step yang pertama, dan bukan yang utama. Ia dapat dikategorikan sebagai pondasi awal, sebelum kemudian naik pada tingkatan yang lebih tinggi dalam skema taksonomi pengetahuan.

Justru masalahnya adalah, ketika hari ini secara asbun banyak orang yang menuntut akselerasi kompetensi. Mengharap pelajar segera mampu menganalisis bahkan menciptakan karya besar tanpa mematangkan step-step awal yang harus dilalui. Alhasil, mereka menjadi ilmuwan setengah jadi yang mudah melakukan mal praktek, kehilangan adab, keseringan trial and error, bahkan pada lingkup ilmu agama mudah mengeluarkan fatwa yang menyesatkan. Sebab tidak cukup mumpuni ilmu dasar yang dikuasai.

Pernah suatu ketika, seorang tokoh mempertanyakan secara sarkas hubungan antara hafizh Al-Quran dengan penerimaannya di fakultas kedokteran tanpa tes. Memangnya, apa istimewanya? Sekurang-kurangnya harus diakui, hafalnya seseorang 114 surat ke dalam kepalanya membuktikan bahwa ia memiliki modal kapasitas kecerdasan, serta bukti stamina belajarnya yang prima. Bukankah tes regular masuk S1 kedokteran juga menuntut passing grade tinggi mata pelajaran yang tidak seluruhnya (bahkan tidak mayoritasnya) berhubungan dengan kedokteran?

Karena itu, di tengah gemuruhnya pro-kontra konsep pendidikan yang terjadi, kembalikan pelajar pada fitrahnya. Arahkan niat yang cermat, lakukan step yang tepat, tanpa mengkorupsi tahapan dan pengajaran hanya demi tercapainya obsesi yang masih tergambar abstrak. Diagnosa masalah harus berlaku fair, sehingga mampu melihat variabelnya secara detail. Agar tidak berlaku generalisir resep obat yang harus digeruskan. Semoga pendidikan kita kian membaik. Semoga pendidikan ke depan dapat menjadi tonggak bangkitnya peradaban. Kemuliaan agama Islam. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

[Ahsan Hakim, M.Pdi | VOA Islam ]