Wasiat Syaikh Abdul Kadir Al jailani RA



Wasiat Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ra
(Majelis ke - 11)


Wahai ghulam, kenalilah Allah, jangan sampai engkau tidak mengenal-Nya. Ta’atilah Dia, jangan sekali-kali mendurhakai-Nya. Ridha-lah engkau pada taqdir-Nya, jangan pernah membantah-Nya.

Kenalilah Al-Haq Azza wa Jalla dengan segala sifat-Nya. Dialah Yang Maha Pencipta, Pemberi rezeki, Yang Awal, Yang Akhir, Yang zhahir, Yang bathin, Yang qadim, Yang abadi, dan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berbuat apa saja Yang Dia kehendaki. 

Firman Allah SWT:
لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang ditanya.” (QS.Al-Anbiya’:23).

Dia Yang membuat kaya atau miskin, Yang memberi manfaat, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang membalas, dan Yang diharapkan. Takutlah kepada-Nya - jangan takut pada selain Dia. Berharaplah kepada-Nya,-jangan kepada selain Dia. Berjalanlah bersama kudrat dan hikmah-Nya, sampai kudrat melangkahkan hikmah.

Terapkanlah adab dengan berpegang pada syari’at, sampai engkau datang pada apa yang menghalangi antara dirimu dengan Dia. Engkau akan terpelihara dari panasnya batas syari’at. Namun, yang sampai batas ini hanyalah beberapa orang shalih saja. Kita tidak perlu keluar dari daerah agama. Yang mengetahui persoalan itu hanyalah orang yang telah memasukinya. Adapun jika hanya sekadar keterangan, engkau tidak akan bisa memahaminya.

Hendaklah dalam segala urusanmu selalu mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam., baik di dalam perintah maupun larangan-Nya. Sehingga Allah SWT memanggilmu kepada-Nya. Ketika itu, mintalah izin kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dan masuklah kepadanya. Para wali Abdal dinamakan Abdal karena mereka bersama kehendak Allah SWT. Mereka tidak memiliki kehendak lain. Mereka berpegang dan mengamalkan hukum, kemudian melakukan amalan-amalan yang istimewa. Setiap naik derajat dan kedudukan mereka, akan bertambah pula perintah dan larangan, sehingga mereka sampai pada suatu kedudukan di mana tidak ada perintah maupun larangan.

Perintah agama telah menyatu pada diri mereka, namun mereka selalu ghaib bersama Al-Haq Azza wa Jalla. Mereka hanya hadir sewaktu datang perintah dan larangan, di mana mereka selalu menjaganya dan tidak pernah merusak batas-batasnya. Karena meninggalkan ibadah adalah zindiq dan merupakan kemaksiatan. Sungguh kewajiban itu tidak pernah gugur bagi seorang pun dalam semua keadaan.

Wahai ghulam, amalkanlah ilmu dan hukum-Nya. Janganlah engkau keluar dari garis. Janganlah engkau melupakan janji. Usirlah nafsu, keinginan, syaitan, watak, dan duniamu. Jangan putus asa dari pertolongan Allah SWT., karena Dia pasti datang dengan keteguhanmu. Allah SWT. telah berfirman: ”Sesungguhnya Allah SWT bersama orang yang sabar” (QS.As-Baqarah [2]:153). ”Maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang” (QS.As-Maidah [ ]:56). ”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (QS.Al-Ankabut [29 ]: 69)). 

Kendalikanlah lidah nafsumu ketika ia hendak mengadu kepada makhluk. Jadilah engkau pembela Allah SWT., dalam urusan nafsu maupun manusia. Perhatikanlah mereka agar ta’at kepada-Nya, dan cegahlah mereka supaya meninggalkan larangan-larangan-Nya. Cegahlah mereka dari kesesatan dan bid’ah, dan perintahkanlah mereka agar mengikuti Kitab Allah SWT dan Sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Wahai Ghulam, muliakanlah Kitab Allah SWT., dan beradablah kepada-Nya. Ia merupakan penghubung antara dirimu dengan Allah SWT..Janganlah engkau menjadikan Dia sebagai makhluk. Allah SWT. sendiri berfirman, “Ini firman-Ku, tetapi kamu mengatakan, “tidak”. Barangsiapa yang menentang Allah SWT., dan menjadikan Al-Qur’an sebagai makhluk, sungguh ia telah kufur dan bebas dari pembelaan Al-Qur’an. Al-Qur’an yang dibaca, di dengar, dan di pandang adalah firman Allah SWT..

Imam Asy Syafi’i maupun Imam Ahmad Rah.a. berkata, “Qalam itu memang makhluk, tetapi yang dituliskan dengannya bukanlah makhluk. Hati itu memang makhluk, tetapi yang dihafal di dalamnya bukanlah makhluk.”

Wahai Ghulam, ambillah nasihat dari Al-Qur’an dengan mengamalkannya dan tidak menentangnya. Meyakini kalimat itu “sedikit”, sedangkan beramal itu “banyak”. Engkau harus beriman dan membenarkan terhadapnya dengan hati, lalu mengamalkannya dengan jasad. Janganlah engkau berpaling kepada akal pikiran yang kurang dan dangkal. Wahai Ghulam, janganlah engkau mengganti naqal dengan akal, nash dengan qiyas atau meninggalkan bukti yang nyata dan mengikuti pengakuan mengenai harta orang, yang tidak bisa diambil hanya dengan pengakuan semata tanpa bukti.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Jika manusia itu didengar pengakuannya tentu suatu kaum akan mengikuti daerah dan harta kaum lain, tetapi “bukti” itu atas orang yang mengakui dan “sumpah” itu atas orang yang mengingkari.”

Sungguh tidak berguna lidah orang alim dan hati orang bodoh. Dalam sebuah hadits, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Yang paling aku takutkan atas umatku adalah orang munafiq yang pandai dilidah.”

Wahai para ‘ulama yang bodoh, wahai orang-orang yang hadir maupun yang tidak hadir,malulah kepada Allah SWT., pandanglah Dia dengan hatimu, merendahlah kepada-Nya, dan sabarkan dirimu di bawah lika-liku taqdir-Nya. Tetaplah di situ dengan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Ta’atlah kepada-Nya siang dan malam. Jika demikian, engkau akan mendapatkan kemuliaan dan kejayaan dari Allah SWT di dunia maupun di akhirat.

Wahai Ghulam, berusahalah supaya tidak ada sesuatu pun dari dunia ini yang engkau cintai.Jika telah sempurna yang demikian itu, janganlah engkau biarkan dirimu bersama nafsumu walau hanya sekejap. Jika engkau lupa, segeralah ingat, jika engkau lalai, segeralah sadar, sehingga Dia tidak akan membiarkanmu memandang kepada selain-Nya secara keseluruhan (total). Barangsiapa merasa demikian, sungguh dia telah mengenal Allah SWT. Hanya beberapa orang saja yang bisa mencapai tingkatan ini. Mereka tidak merasakan ketenangan bersama makhluk. Wahai orang-orang munafik, sesungguhnya bala dan bencana itu berada di atas kepalamu.

Para ahli sufi, manakala mereka memandang dengan mata hati mereka kepada selain Al-Haq Azza wa Jalla, maka mereka segera menginfaq-kan keselamatannya untuk ridha kepada-Nya, bersimpuh di hadapan-Nya, dan membuta dari selain-Nya. Berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun mereka tetap dan tidak berubah bersama Al-Haq Azza wa Jalla. Mereka adalah manusia yang paling berakal. Kalau engkau melihat mereka, engkau akan menganggap mereka gila, tetapi jika mereka melihat engkau, mereka tentu akan berkata, “Orang-orang itu tidak beriman pada Hari Kiamat.” 

Sungguh, hati mereka telah luluh di depan Al-Haq Azza wa Jalla, hati mereka senantiasa dipenuhi dengan rasa takut. Setiap kali dibukakan keagungan-Nya di hati mereka, kian bertambahlah kekuatan mereka. Hampir-hampir hati mereka remuk dan jasad mereka hancur. Jika salah seorang dari mereka melihat keadaan seperti itu maka akan dibukakan pintu-pintu rahmat-Nya, kecantikan-Nya, kelembutan-Nya, dan harapan kepada-Nya, sehingga hatinya menjadi tenang. Aku tidak suka memandang kecuali kepada pencari akhirat meupun pencari Allah SWT. Adapun kepada pencari dunia,manusia, keinginan, dan nafsu, apalah yang yang ingin aku perbuat terhadapnya kecuali hendak mengobatinya. Sesungguhnya ia sedang sakit, dan tidak ada yang bisa merawat orang sakit kecuali tabib.

Duhai, Celaka..! Engkau memperlihatkan kepadaku bahwa kamu adalah pencari akhirat, padahal kamu pencari dunia. Dinar dan emas yang ada di tanganmu akan sirna, sehingga yang tinggal hanyalah perak. Berikan kepadaku, aku akan meleburnya dan menyaringnya sehingga yang tinggal hanyalah emas. Sedikit tapi baik lebih baik daripada banyak tetapi buruk. Bertaubatlah engkau dari riya dan nifak. Pada mulanya orang-orang ikhlas itu juga munafik. Oleh karena itu dikatakan, “Yang mengetahui ikhlas hanyalah riya”

Sungguh, jarang sekali orang yang ikhlas sejak permulaan. Anak-anak kecil itu semula dusta, bermain dengan tanah dan najis, dan menjatuhkan diri dalam kebinasaan. Mereka mencuri dari ayah dan ibu mereka dan suka memfitnah. Tetapi setelah berakal,sedikit demi sedikit semua mereka tinggalkan. Mereka mulai bersikap dengan penuh adab terhadap ayah, ibu, dan guru-guru mereka.

Barangsiapa yang dikehendaki Allah SWT menjadi baik, dia akan memiliki adab dan meninggalkan kebiasaan buruknya. 

Barangsiapa yang dikehendaki Allah SWT menjadi buruk, dia tetap berada dalam keburukannya sehingga binasalah dunia dan akhiratnya.

Allah SWT menciptakan penyakit dan obat. Kemaksiatan itu penyakit, dan obatnya adalah ta’at. Aniaya itu penyakit, dan obatnya adalah adil. Kesalahan itu penyakit, dan obatnya adalah kebenaran. Mendurhakai Al-Haq Azza wa Jalla itu penyakit, dan obatnya adalah taubat. Namun, pengobatan itu akan sempurna bagimu jika kamu meninggalkan makhluk dari hatimu dan menghubungkan diri dengan Tuhanmu. Engkau mesti menaikkan hatimu kepada-Nya hingga berjalan di atas langit, meski ruh dan rumahmu masih di bumi. Menyendirilah (uzlah) bersama Al-Haq Azza wa Jalla.

Di samping itu, kamu harus tetap menjalankan hukum sehingga tidak ada alasan untuk membantahmu. Batinmu saja bersama Al-Haq Azza wa Jalla, sedangkan lahirmu bersama makhluk. Janganlah engkau membiarkan nafsu. Jika engkau tidak mengendalikannya, ia akan mengendalikanmu. Jika engkau tidak menundukkannya, ia akan menundukkanmu. Janganlah dituruti apa yang ia inginkan dalam menaati Allah SWT. Hajarlah ia dengan pecutan lapar, haus, kehinaan, telanjang, dan menyepi di tempat yang sunyi dari keramaian manusia. Janganlah lepaskan pecut ini sehingga ia jinak dan taat kepada Allah SWT.dalam setiap keadaan.

Meski nafsu itu telah jinak, engkau harus tetap mewaspadainya dan memberikan latihan-latihan kepadanya. Bukankah engkau telah melakukan ini dan itu. Engkau hanya diperintahkan untuk menunaikan perintah Allah SWT dan meninggalkan maksiat kepada-Nya. Sehingga lahir dan batinmu satu, patuh, tidak durhaka, taat tanpa maksiat, syukur tanpa kufur, ingat tanpa lupa, dan baik tanpa buruk.

Tidak ada kebahagiaan bagi hatimu jika di dalamnya ada sesuatu selain Allah SWT. Meskipun engkau sujud kepada-Nya seribu tahun di atas bara, hal itu tidak memberimu manfaat sedikit pun selagi engkau dan hatimu menghadap kepada selain Dia. Tidak ada arinya sedikit pun jika engkau mencintai selain Dia. Engkau tidak akan berbahagia dengan cinta-Nya sebelum engkau meniadakan segalanya.

Apalah gunanya engkau menunjukkan kezuhudanmu pada sesuatu, tetapi engkau justru menghadap kepadanya dengan hatimu. Tidakkah engkau tahu bahwa Allah SWT Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati seluruh manusia? Tidakkah engkau malu, engkau mengatakan dengan lidahmu, “Aku bertawakkal kepada Allah SWT,” tetapi, ternyata di dalam hatimu masih ada selain Dia?

Wahai Ghulam, janganlah engkau tertipu dengan kasih sayang Allah SWT. kepadamu. Sesungguhnya siksa-Nya amat pedih. Janganlah engkau tertipu dengan para ulama yang bodoh terhadap Allah SWT.. Seluruh ilmunya tidak berguna bagi mereka. Mereka hanya mengetahui hukum, tanpa mengenal Allah SWT. Mereka memerintahkan sesuatu kepada manusia, tetapi mereka tidak menjalankannya, sebaliknya mereka mencegah manusia dari sesuatu yang mereka lakukan. Mereka mengaak kepada kebenaran, tetapi mereka justru lari dari-Nya. Jelaslah bahwa mereka telah mendurhakai-Nya. Nama-nama mereka banyak tertulis dalam catatanku. 

“Ya Allah, terimalah taubatku dan taubat mereka. Berikan kami semua kepada Nabi-Mu Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan Ibrahim ‘Alaihis Sallam. Ya Allah janganlah engkau kuasakan sebagian kami ke atas sebagian yang lain. Berilah manfaat pada sebagian kami dengan sebagian yang lain. Ya Allah, masukkan kami kedalam rahmat-Mu. Dan berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta hindarkanlah kami dari siksa neraka.”Amin.








Posting Komentar