SEBELUM mulai, ada baiknya lebih dulu sama-sama kita tegaskan dan garisbawahi di sini bahwa tidak sedikitpun tersirat dalam pemahaman umat Muslim bahwa Yesus, atau Isa Al Masih, memiliki kekurangan, asal bicara, tidak konsisten, penipu, apalagi mengarang-ngarang wahyu Ilahi. Sebab semua umat Muslim meyakini dengan segenap hati bahwa beliau adalah Rasul Allah yang senantiasa mendapat petunjuk dan hidayah dari-Nya. Oleh karenanya, apa pun yang diucapkan dan diajarkannya tentu bukan sesuatu yang beliau karang-karang sendiri, melainkan berdasarkan apa yang diterimanya dari Allah.
Kalaupun ada analisa terhadap ucapan-ucapan beliau di dalam Alkitab yang mengarah kepada kritisi, semua itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggugat beliau sebagai utusan Allah, namun lebih banyak merupakan kritik kepada alkitab, terutama Injil (Matius, Markus, Lukas dan Johanes) yang patut diduga mengandung kesalahan-kesalahan dalam pencatatan dan merekam apa yang diucapkan Yesus semasa hidupnya.
Dalam dialog, umat Kristian kerapkali menggunakan ayat Matius 13:13 dan Yohanes 1:1 untuk menuduh sekaligus mengunci pembelaan mereka terhadap lawan diskusinya:
"Karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti,"
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."
Tentang Yohanes 1:1 ini, silahkan lihat urutan ke-75 pada artikel Ketuhanan Yesus Menurut Injil Dan Al-Qur'an atau klik di sini. Sedangkan tentang Matius 13, mungkin ada perlunya bila kita coba telusuri baik-baik ayat-ayat di dalamnya guna mengetahui apa sebenarnya maksud pesan moral yang tertulis di sana:
- 13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.
- 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
- 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
- 13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
- 13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
- 13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
- 13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
- 13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
- 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Sampai di sini, ucapan Yesus terlihat begitu baik, beliau telah memberikan perumpamaan yang indah. Jelas terlihat bahwa Yesus memisahkan antara si penabur dan benih, yang diartikan bahwa si penabur adalah ORANG YANG MENYAMPAIKAN FIRMAN ALLAH dan benih adalah FIRMAN ALLAH itu sendiri.
Dari sini terlihat adanya pertentangan antara Matius 13 dengan Yohanes 1 yang menyatakan bahwa Yesus adalah firman, sebab Matius 13 menunjukkan bahwa Firman Allah adalah ajaran-ajaran Allah yang disampaikan melalui orang yang ditunjuk-Nya, sebagai petunjuk hidup bagi manusia, dan orang yang telah ditunjuk itu sekaligus memberikan contoh tentang bagaimana Firman tersebut seharusnya dijalankan. Namun dalam prakteknya ada petunjuk Allah tersebut yang diterima dengan baik dan bermanfaat bagi si penerima, tapi ada juga yang tidak berguna sama sekali.
Ada empat golongan orang yang menerima petunjuk, di antaranya hanya satu yang bisa menjadikan petunjuk tersebut sebagai penyelamat hidupnya. Ini sungguh suatu perumpamaan yang indah. Pada ayat 13:18-19, Yesus bahkan menjelaskan apa maksud perumpamaan tersebut:
- 13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
Setelah itu beliau memberikan perumpamaan: Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis, yang diartikan beliau:
- 13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Yesus, baik dalam perumpamaan maupun dalam arti sebenarnya tidak ada kesan maupun pengertian bahwa Yesus adalah firman. Namun yang tampak jelas justru kesan bahwa beliau adalah penabur, sebagaimana dikuatkan pula dengan kata merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu. Apa yang telah ditaburkan kedalam hati? Siapa yang menaburkannya?
Makna yang logik di sini adalah: Yesus telah menyampaikan petunjuk Allah (firman Allah) namun si penerima ternyata tidak mengerti. Tidak dijelaskan di sini mengapa si penerima tidak mengerti. Apakah karena kebodohan atau karena tidak mau mengerti.
Di dalam Al-Qur'an, Allah menjelaskan ada dua pengertian tentang apa yang disebut petunjuk, yaitu firman yang diwahyukan oleh Allah dan bagaimana manusia memahami firman itu sendiri. Umat Muslim meyakini bahwa Firman Allah terhimpun dalam kitab-kitab wahyu; Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an.
"Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Al Baqarah[2]:2-5)
Ayat pertama di atas merujuk kepada Al-Qur'an dan kitab-kitab yang telah diturunkan Allah sebelumnya, sedangkan ayat ke-lima menegaskan pada pemahaman atas petunjuk yang diberikan Allah bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Apabila ada orang yang telah diberi petunjuk namun tidak memahami petunjuk tersebut penyebabnya dijelaskan oleh Allah karena qalbu dari si penerima tidak siap, sehingga menjadi tugas manusialah untuk mempersiapkan dirinya supaya dapat memahami Firman-Firman Allah dengan cara mebersihkan qalbunya. Lebih lengkap tentang mekanisme memahami petunjuk ini dapat dilihat pada artikel Pandangan Al-Qur'an Tentang Keabsahan Firman Tuhan atau silahkan klik di sini.
Selanjutnya Yesus menjelaskan apa maksud perumpamaan: Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar, beliau menjelaskan:
- 13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
- 13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad.
Ayat-ayat ini menunjuk kepada mereka yang sekalipun telah memahami dan menerima firman tersebut, namun tidak "tahan banting" hingga akan kembali mengingkarinya (murtad) begitu mengalami penindasan dan penganiayaan terhadap dirinya sebagai konsekuensi atas penerimaannya itu. Yesus menyatakan orang seperti ini ibarat tanah yang berbatu dan tipis.
Selanjutnya Yesus memberikan perumpamaan lain: Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, yang diartikannya:
- 13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Inilah gambaran manusia yang juga disinggung dalam Al-Qur'an, yakni mereka yang terpedaya oleh tipuan dan kesenangan duniawi sehingga membuatnya lupa akan segala petunjuk Allah.
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al Hadiid[57]:20)
Terakhir, Yesus menggambarkan orang-orang yang diberi kemampuan untuk memahami petunjuk dengan: Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah, yang beliau artikan:
- 13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Di sini juga tidak dijelaskan faktor yang menyebabkan mengapa seseorang tidak dapat atau dapat mengerti dan memahami Firman Allah. Al-Qur'an mengajarkan kepada kita bahwa dapat mengerti dan memahami Firman Allah tergantung pada kehendak dan kekuasaan Allah semata, sementara di sisi manusianya sendiri ada kewajiban untuk mempersiapkan diri agar dapat memahami dan menerima Firman Allah dengan cara lebih dulu membersihkan qalbunya (Lihat kembali Pandangan Al-Qur'an Tentang Keabsahan Firman Tuhan).
Di antara ungkapan maupun perumpamaan-perumpamaan pada kelompok ayat sebelumnya, berikut ini kita temui dialog yang menarik, yakni yang menjelaskan mengapa Yesus menyampaikan ajarannya lewat perumpamaan dan tidak menjelaskannya secara langsung.
- 13:10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?"
- 13:11 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
- 13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
- 13:13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
- 13:14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
Ini juga sesuai dengan ajaran Al-Qur'an tentang perumpamaan:
"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al Baqarah[2]:26-27)
Perumpamaan adalah salahsatu cara Allah menyampaikan ajaran-Nya melalui para Nabi dan Rasul yang dipilih dan diutus-Nya. Sedangkan baik Alkitab maupun Al-Qur'an sama-sama menjelaskan bahwa dari perumpamaan tersebut dapat terjadi dua kemungkinan pada manusia, yakni memperoleh pemahaman atau malah tersesat. Dan dari kedua kitab wahyu ini pula kita mengerti bahwa manifestasi pemahaman Firman Allah tergantung pada perkenan Allah semata.
Tentang ini, dalam Al-Qur'an disebutkan secara terang dan jelas, tentunya dengan beberapa penyebab sesuai apa yang disampaikan pada ayat ke-27 surat Al-Baqarah di atas. Sedang dalam Alkitab, disampaikan secara tersirat seperti di antaranya melalui ayat-ayat:
"Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."
Jelas disebut bahwa rahasia kerajaan sorga adalah karunia yang diberikan, dan jelas pula bahwa ada orang yang diberikan karunia ada yang tidak. Siapa yang berkuasa memberikan karunia? Tentunya Allah. Lalu mengapa ada yang diberi karunia dan ada yang tidak?
Dalam ayat-ayat selanjutnya diterangkan, karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberikan. Apa yang harus dipunyai seseorang agar karunia pemahaman Firman Allah tersebut diberikan? Dalam rangkaian ayat Matius 13 ini ini tidak ada penjelasan, namun kita dapat menemukannya dalam Al-Qur'an pada kalimat penegasan bahwa ALLAH TIDAK AKAN MEMBERI PETUNJUK KEPADA ORANG-ORANG ZALIM, KAFIR DAN FASIK:
"... dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Baqarah[2]:258)
"... dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al Baqarah[2]:264)
"... Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maaidah[5]:108)
Zalim di sini dapat diartikan sebagai zalim terhadap Allah seperti mempersekutukan-Nya dengan yang lain, zalim terhadap sesama manusia seperti berbuat tidak adil, keji, dll, atau bahkan terhadap diri sendiri seperti mabuk, tidak menjaga kesehatan, dan lain-lain serupa itu.
Adapun arti kafir ditujukan kepada mereka yang kufur, yakni orang-orang yang menolak beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, dan Hari Pembalasan Allah. Maka mereka ini telah sesat sejauh-jauhnya.
Sedangkan arti fasik adalah mereka yang percaya kepada Allah, akan tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan dengan sengaja melanggar larangan-larangan-Nya.
Dari keterangan ini, cukup jelas kiranya bahwa pemahaman terhadap petunjuk Allah - umat Muslim menyebutnya hidayah - Insya Allah, akan diperoleh jika kita tidak termasuk dalam kelompok mana pun seperti yang disebutkan di atas.
Pertanyaan besar kemudian muncul ketika kita coba memahami lagi ucapan Yesus: Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Jika memang kepada murid-muridnya sudah diberikan rahasia kerajaan sorga, mengapa Yesus tetap menjelaskan arti dari perumpamaan tersebut? Mungkinkah Yesus tidak konsisten?
Dalam ayat selanjutnya, ketidak-mengertian murid-murid ini tergambar ketika Yesus kembali menyampaikan perumpamaan dalam Matius 13:24-35. Namun anehnya, ternyata murid-murid Yesus - yang disebutkan telah diberi karunia mengetahui rahasia kerajaan sorga itu - tidak juga mengerti maksud perumpamaan tersebut, seperti terlihat berikut ini:
- 13:36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
Dan sekali lagi Yesus harus menjelaskan maksud perumpamaan dalam Matius 13:37-50. Dan setelah diberikan penjelasan sejelas-jelasnya, barulah para murid tersebut mengerti.
- 13:51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti."
Perumpamaan yang disampaikan Yesus ternyata tidak dimengerti oleh siapapun, sampai beliau harus menerangkan sendiri apa artinya. Padahal sebelumnya beliau sudah menegaskan: Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Lalu disambung lagi: Karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar, dan tidak mengerti.
Murid-murid Yesus sendiri, yang kita semua tahu sehari-harinya hidup bersama beliau, ternyata tidak dapat memahami makna yang tersimpan di balik perumpamaan-perumpamaan seperti tertulis dalam Matius 13. Lalu, bagaimana dengan sebagian besar umat Kristian dewasa ini yang nyata-nyata tidak hidup di zaman beliau, dan karenanya tidak sempat bertanya langsung kepada beliau, mungkinkah mereka juga termasuk dalam kelompok seperti yang ditegaskan oleh Yesus sendiri dengan kalimat:
"Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap." (?) atau;
"Karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar, dan tidak mengerti." (?)
Wallahualam bissawab.
Posting Komentar