II. Peran Roh Kudus Sebagai Oknum Trinitas



Pasal 3:
ROH KUDUS ADALAH SATU OKNUM DALAM TRITUNGGAL

Sebagaimana telah diuraikan bahwa Roh Kudus adalah Pribadi dan Dia sederajat dalam kualitas ke-Tuhanan dengan Bapa maupun Anak. Dia memiliki karakter ilahi seperti Bapa maupun Anak. Sifat-sifat dan atribut ke-Allahan dari Bapa ataupun anak juga ada pada Roh Kudus. Yaitu, bahwa Dia Maha Kekal (Eternity) Ibrani 9:14, Dia Maha Tahu (Omni Science), Dia Maha Hadir (Omni Presence), serta Dia Maha Kuasa (Omni Potence), Yohanes 14:26, Mazmur 139:10. Jelaslah, bahwa semua atribut ke-Allahan ada kepada Roh Kudus menjadikan Roh Kudus bukan hanya sebagai oknum atau Pribadi Allah. Tetapi dalam segala dimensi Dia sederajat dan sekualitas dengan Bapa ataupun Anak.
Beberapa bukti berikut sebagai bukti kesederetan Roh Kudus dengan Bapa ataupun Anak, yaitu, nama Roh Kudus disamakan dengan nama Yesus Kristus (Matius 28:19). Nama Roh Kudus disamakan dengan Bapa dan Anak (2 Korintus 13:13). Begitu juga bahwa nama Roh Kudus dengan Allah dipakai berganti-ganti membuktikan kualitas ke-Allahan yang sama. Walaupun Roh kudus adalah oknum Allah, tetapi harus diingat bahwa Roh Kudus bukan pribadi Allah Bapa dan juga bukan pribadi Allah Anak. Perhatikan Matius 28:19, Yohanes 14:16, Kisa Para Rasul 2:33.
Allah kita adalah Allah Tri-Tunggal (Trinitas), yang terdiri dari tiga oknum yang berbeda, namun mereka adalah esa. Bukti Alkitab : Ulangan 4:35, Yesaya 44:6, Markus 10:18, 1 Timotius 2:5. Firman Allah di atas membuktikan bahwa Allah kita esa. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mampu membuktikan ke-esaan dari Allah namun terdiri dari tiga oknum. Kejadian 1:26, kata “Marilah Kita . .” begitu juga dengan pemakaian kata “Elohim” yang menyatakan kejamakan dari keberadaan Allah kita. (Kejadian 1:1-2).
Ke-esaan daripada ke-Trinitasan Allah tampak ketika Yesus dibaptis di sungai Yordan, demikian juga ketika Yesus memberi amanat agungNya. Yesus perintahkan untuk membaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Begitu juga dalam Perjanjian Baru penyebutan ketiga oknum Allah tersebut disamakan dengan Allah. Silih berganti Bapa dan Anak dan Roh Kudus dikatakan sebagai Allah (Roma 1:7, Korintus 2:8-10, Yohanes 20:28, Yohanes 1:1, Titus 2:13, Kisah Para Rasul 5:3-4).
Memahami Fungsional Bapa, Anak dan Roh Kudus
Dalam pelajaran sebelumnya, nyatalah bahwa dalam lembaga Tritungal, Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki kesetaraan kualitas sifat ilahi. Ke-Ilahan Bapa sama dan sederajat dengan Anak begitu pula dengan Roh Kudus. Kewenangan ke-Allahan ini perlu diaktualisasi dalam ibadah, karena tanpa disadari bahwa Gereja tidak berhasil menempatkan oknum Roh Kudus pada status ke-IlahianNya yang sebenarnya. Kita tidak menyembah dan menghormati Dia sebagaimana pujaan kepada Bapa dan Anak, padahal Roh Kudus merupakan kunci rahasia kemuliaan Gereja.
Apabila kita belajar tentang kesetaraan kualitas ke-Ilahian Bapa, Anak dan Roh Kudus, dalam dimensi kepangkatan lembaga ke-Allahan tersebut. Kita akan menjumpai bahwa Bapa lebih tinggi dari Anak dan Roh Kudus, dan Anak dan Roh Kudus tunduk kepada Bapa. Begitu pula bahwa Anak lebih tinggi kepangkatan dari Roh Kudus, dimana Roh Kudus tunduk kepada Anak. Demikianlah terjalin secara harmonis hirarki lembaga “Tritunggal ke-Allahan (Yohanes 14:28, 15:8, 20:21, 16:14, 16:7).
Hubungan lembaga Trinitas ke-Allahan hendaklah diketahui dengan baik kebenarannya. Hubungan yang harmonis (memahami status dan fungsi ke-ilahian dari masing-masing oknum) dalam fungsional masing-masing oknum Allah dalam lembaga ke-Trinitasannya adalah menjadi dasar untuk membangun ajaran yang benar. Kekurangan pengertian lembaga Trinitas terutama dalam hubungan fungsi masing-masing dinamika Allah dalam keselamatan umat manusia itu, bisa menjadi penyebab kesalahan membangun doktrin gerejani. Betapa pentingnya doktrin yang sehat bagi pertumbuhan dan keselamatan manusia (Efesus 4:12-14).
Kita mengetahui bahwa ada gerakan yang membangun doktrin ke-Allahan yang Father Oriented (hanya Allah Bapa), dan tidak memberi tempat yang tepat kepada peranan Anak dan Roh Kudus. Begitu pula ada yang membangun ajarannya “Yesus Oriented” (hanya Anak), sedangkan yang lain menekankan ajaran “Spirit Oriented” (penekanan pada pekerjaan Roh Kudus yang berlebihan).
Father Oriented, yaitu ajaran yang hanya mengakui keberadaan Bapa dan menolak ke-ilahian Yesus dan Roh Kudus, jelaslah ajaran ini menolak semua bentuk supranatural dari Alkitab. Mereka terperangkap kepada normatif logika. Sebaliknya bagi yang Yesus Oriented, ajaran yang menekankan hanya pada Yesus (banyak di Amerika), menolak peranan Bapa dan Roh Kudus. Kelihatannya baik namun hakekat ajaran ini adalah sesat.
Demikian pula adanya gerakan yang terlalu berorientasi kepada pekerjaan Roh Kudus dan melupakan hubungan yang harmonis dari masing-masing fungsional dalam lembaga Trinitas. Perintah Firman Allah yang menjadi kaidah, normatif dan azas iman menjadi nomor dua. Penekanan karunia-karunia yang berlebihan bisa mengakibatkan penyimpangan dan kesesatan. Lebih percaya nubuatan dari Firman Allah, penglihatan lebih otoritas dari Firman tertulis (Neo Pantekosta). Ketiga golongan ini termasuk sekte yaitu bidat yang perlu dihindari. Firman Allah begitu terang menjelaskan tentang apa dan bagaimana fungsional masing-masing oknum dalam lembaga Trinitas.
Fungsional Allah Bapa dalam Trinitas
Dalam lembaga Trinitas ke-Allahan, kedudukan Bapa sebagai kepala lembaga. Dia kepala pemerintahan lembaga sorgawi. Bapalah yang merencanakan dan menetapkan segala rencana program ilahi, baik dalam penciptaan, ke-paripurnaan rencana ilahi lainnya dan terutama dalam rencana keselamatan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa. Dimana rencana keselamatan tersebut ditetapkan dalam Allah Yesus Kristus (Efesus 1:3-4).
Allah Bapa tidak berwujud, Dia tetap di dalam hakekat Allah yang Roh adanya. Walaupun dalam Perjanjian Lama, Bapa sering menampakkan diri dalam wujud manusia (Theofani), Kejadian 18:1-2. Allah Anak dan Allah Roh Kudus tunduk kepada semua ketetapan Bapa. Anak dan Roh Kudus taat dibawah otorisasi Bapa. Yohanes 5:37, Yohanes 14:28, Yohanes 15:1, 1 Yohanes 4:14, Wahyu 3:5. Firman Allah tersebut menunjukkan bahwa Bapa adalah kepala lembaga Trinitas. Allah kita yang Trinitas, walaupun masing-masing sebagai oknum atau pribadi tetapi ketiganya selalu dalam kebersamaan yang tidak dapat dipisahkan (Inseparably Position). Disinilah terletak salah satu keunikan ajaran Tritunggal, yaitu bahwa ketiganya masing-masing adalah oknum, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Walaupun mempunyai dispensasi otoritas waktu yang berbeda tetapi pada hakekatnya mereka selalu bersama (Yohanes 10:30, 38).
Di atas telah diuraikan tentang kedudukan Allah Bapa dalam Trinitas, serta hakekat keberadaanNya, maka fungsional Bapa dalam Trinitas dapat diuraikan sebagai berikut; di dalam Allah Bapa adalah terletak totalitas (Keparipurnaan) dari Allah yang memerintah, merencanakan serta menetapkan segala program lembaga Tri-Tunggal. Contoh: Dalam Kejadian 1:1-3, inisiatif perencanaan dari Bapa, Roh Allah melayang-layang dan berfirmanlah Allah. Terlihat jelas keterlibatan langsung ke-Tritunggalan dalam penciptaan. Hanya harus diingat bahwa awal atau subyek penciptaan datang dari Allah Bapa sesuai fungsional hakekatnya. Itulah yang dimaksud dengan “Totalitas” keterlibatan.
Fungsional Allah Anak dalam Trinitas
Tidak seorangpun mampu mengenal Allah kalau bukan karena Yesus yang sudah menyatakan diriNya. Yesus (Firman) Anak Allah sudah menjadi manusia (bahasa asli daging). Dia telah meninggalkan hakekatNya sebagai Roh. “Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran”. Yohanes 1:14.
Apabila Anak Allah tidak menjadi manusia maka tidak seorangpun mampu mengenal Allah, karena sangat abstrak dan tidak berwujud sebab Roh adanya. Kedatangan Yesus sebagai Anak dan mengambil wujud manusia (daging). Dia tidak sekedar berwujud manusia tetapi Daya Psikologis, mental dan moral manusia ada kepadaNya. Dia merasa lapar bila tidak makan, Dia merasa tersiksa bila dianiaya, Dia terhina bila dihina. Memang Yesus menjadi manusia sejati. Satu-satunya yang berbeda dengan manusia biasa yaitu, bahwa Yesus tidak memiliki kecacatan moral (1 Petrus 1:19). Posisi Yesus sebagai manusia tidak mempunyai kecacatan moral dan dosa, karena Dia adalah manusia yang bukan keturunan daging tetapi lahir oleh Roh Kudus. Allah yang tidak kelihatan telah menjadi nyata di dalam Yesus.
Sungguh mulia tidak terkatakan rencana Bapa di dalam Yesus, karena Yesus adalah Allah yang berwujud, menjadi nyata, maka Dia menjadi domba yang tersembelih guna mengangkut dosa isi dunia. Kepada Yesus, Allah berkenan melimpahkan “pewujudan” kepenuhan ke-Allahan (Kolose 2:9). Secara teologis disebabkan Allah kita Tri-Tunggal maka kesemuanya telah berwujud di dalam Yesus Kristus. “Sebab di dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kolose 2:9). Jadi, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa di dalam Yesuslah terletak totalitas (keparipurnaan) dari Allah yang dinyatakan. Karena itu, Dia menjadi pusat ibadah iman Kristen, arah penyembahan iman Kristen. Dia telah menjadi Anak Domba Allah yang telah mati menjadi tebusan dosa isi dunia. (1 Petrus 1:18-19). Tanpa penyataan Yesus Kristus, maka kita tidak mempunyai arah penyembahan yang jelas.
Fungsional Allah Roh Kudus dalam Trinitas
Allah menyatakan pekerjaanNya dan KuasaNya di dalam Roh Kudus. Kisah Para Rasul 1:8, bahwa murid-murid akan beroleh kuasa kelak kalau Roh Kudus turun ke atas mereka. Dan dalam 1 Korintus 12:7-11, bahwa Roh Kudus memberi karunia-karunia secara khusus sesuai kehendakNya. Dalam Kejadian 1:2, Roh Kudus melayang-layang di atas permukaan air, kemudian terjadilah penciptaan alam secara beruntun sesuai rencanaNya dalam minggu penciptaan. Juga dalam Zakaria 4:6, Firman Tuhan kepada Zerubabel bahwa bukan dengan keperkasaan dan bukan oleh kekuatan melainkan oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memampukan Gereja Tuhan untuk dapat memahami apa yang ada dalam diri Allah. Walaupun rahasia yang tersembunyi dalam diri Allah sekalipun (1 Korintus 2:10).
Roh Kuduslah yang mewujudkan semua rencana Allah Bapa. Roh Kudus yang menyatakan semua kekuatan kuasaNya. Ketika Yesus memanggil Lazarus yang telah mati untuk keluar dari kubur, Roh Kuduslah yang mewujudkan kuasa kebangkitan itu. Tetapi harus dimengerti bahwa Roh Kudus yang mewujudkan kuasa, tunduk kepada otoritas Firman Allah. Sedangkan Yesus menerima otoritas kemuliaanNya dari Allah Bapa (Yohanes 16:13-14, Matius 28:18). Seluruh kuasa yang diperintahkan Bapa dan Anak diwujudkan oleh Roh Kudus. Di dalam Roh Kuduslah terletak totalitas (kapripurnaan) Allah yang berkuasa, Allah yang bekerja sampai saat ini di dalam GerejaNya. Itulah sebabnya tanpa intervensi oknum ketiga dari Trinitas ke-Allahan maka Gereja akan mengalami kemiskinan rohani menjadi tidak berdaya di atas muka bumi. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa tanpa Roh Kudus maka Gereja hanya menjadi lembaga sosial masyarakat belaka.
Pasal 4: 
PEKERJAAN ROH KUDUS.
Dalam Yohanes 16:7, Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu, “Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi. Sebab, jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
Yesus menyatakan suatu tabir rahasia tentang kemutlakan kedatangan Roh Kudus yang berhubungan bagi keselamatan manusia yang telah dikerjakanNya di atas kayu salib Golgota. “Adalah lebih berguna bagi kamu” ini pengungkapan perbandingan kefaedahan tentang kehadiran Yesus dan kehadiran Roh Kudus, Yohanes 16:8-9, menjadi jawaban pernyataan Yesus tersebut. Sebab, kalau Roh Kudus datang, “Dialah” yang sanggup membimbing manusia untuk datang kepada pertobatan. “Pengakuan” Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Berarti keterkaitan dengan apa yang Yesus sudah lakukan di atas kayu salib sebagai jalan keselamatan. Karena, Roh Kudus sajalah yang mampu untuk mencelikkan pikiran dan mata hati manusia untuk mempunyai kesanggupan rohani dapat mengaku dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (1 Korintus 12:3). Artinya, pekerjaan “Pendamaian” oleh darah Kristus manusia dengan Allah tidak akan berfaedah apabila kuasa kemampuan rohani untuk mengaku Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat tidak turun kemuka bumi. Roh Kuduslah yang menjadi dinamika keselamatan umat manusia.
Pernyataan Yesus Kristus tersebut, menjadi pratanda dimulai satu babakan “otoritas” yaitu zaman Roh Kudus. Zaman Roh Kudus dimulai pada hari pencurahan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:4). Artinya, Otoritas keselamatan umat manusia diberi hak penuh atau wewenang penuh kepada oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Sudah tentu Hak dan Wewenang tersebut dilimpahkan oleh Bapa dan Anak. Kita dapat mengatakan bahwa Tuhan Yesus Kristus yaitu Allah. Allah telah meletakkan Yuridis keselamatan secara sempurna antara Manusia dengan Allah Bapa (Efesus 2:13-14). Kematian Tuhan Yesus dan oleh darahNya, telah merobohkan tembok pemisah karena dosa dan dengan jalan itu mendamaikan manusia dengan Allah. Manusia yang jauh sekarang telah menjadi dekat bahkan menjadi “Keluarga Allah” (Efesus 2:18-19). Secara sempurna dasar Yuridis Keselamatan manusia telah dikerjakan oleh Yesus Kristus.
Roh Kuduslah yang menyanggupkan memberi fasilitas kemampuan rohani untuk masuk dalam Kasih Karunia keselamatan Yesus Kristus. Kita menemukan makna perkataan Yesus “lebih berguna” bila Dia naik ke Sorga dengan maksud supaya yang akan memberi kesanggupan memahami hikmat salib boleh diutusNya. Memang benar bahwa Roh Kuduslah yang mewujudkan keselamatan Yesus Kristus kepada umat manusia (1 Korintus 2:10-11). Kita harus mengakui bahwa hikmat salib hanya dapat di-iluminasi oleh kuasa Roh Kudus, Kasih karunia Allah tidak hanya terbatas kepada pekerjaan Yesus Kristus di atas kayu salib tetapi termasuk anugerah Roh Kudus yang dikaruniakan kepada GerejaNya. Alangkah dalamnya kasih karunia Allah kepada kita orang percaya. Ketika Roh Kudus turun memenuhi murid-murid dalam Kisah Para Rasul 2:4, pada waktu itu kuasa salib Kristus mulai dinyatakan, sekali berkhotbah 3000 orang percaya menerima Yesus sebagai Juruselamat (Kisah Para Rasul 2:41).
Pribadi dan Pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama.
Berbicara tentang subyek Roh Kudus biasanya orientasi hanya kepada Perjanjian Baru. Sebab, otoritas Roh Kudus baru berlaku sejak hari keturunan dan Kisah Para Rasul pasal 2, itulah sebabnya sering Roh Kudus di-identikkan dengan Perjanjian Baru. Tidak menjadi rahasia, bahwa banyak orang percaya menjadi bingung bila mempelajari Perjanjian Lama tentang manifestasi oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Benarkah Roh Kudus tidak berperan secara langsung dalam Perjanjian Lama dan mengapa tidak menampakkan PribadiNya secara jelas. Dan apa yang menjadi latar belakang alasan teologisnya. Memang, harus diakui bahwa memahami latar belakang teologis tentang pekerjaan Roh Kudus dan penyataan oknumNya dalam Perjanjian Lama akan sangat menolong untuk kita mengerti Perjanjian Baru secara lengkap.
Walaupun Roh Kudus baru dicurahkan pada Kisah Para Rasul pasal 2 dan memulai satu era otorisasi Roh Kudus, namun sesungguhnya Roh Kudus telah berperan aktif sejak Perjanjian Lama. Alangkah timpangnya ajaran bila dikatakan bahwa Roh Kudus belum berperan dalam Perjanjian Lama, bahkan bila terjadi maka itu adalah satu kesesatan. Roh Kudus sebagai satu Pribadi dalam Tri Tunggal selalu aktif, melakukan peranan fungsionalnya dimana dan kapan saja. Ketiga-Nya memiliki peranan yang spesifik dan tidak saling bergantian peranan (telah diuraikan sebelumnya). Bapa melakukan peranNya sebagai Bapa dan tidak berobah sejak Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru bahkan sampai selamanya, begitu juga dengan Roh Kudus. Hanya harus diketahui bahwa peranan ketigaNya sesuai dengan waktu yang ditetapkan Bapa. Karena itu, keaktifan dinamika itulah yang berbeda, disesuaikan dengan ketetapan Bapa dalam program ilahiNya.
Jelaslah, pekerjaan Roh Kudus sudah dimulai sejak Perjanjian Lama. Eric S. Fife menulis dalam bukunya, bahwa mustahil kita dapat mengenal pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru apabila kita tidak mengenal pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama. Mengerti dengan baik pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama memberi pengertian yang sempurna tentang peranan utamaNya dalam Perjanjian Baru. Didalam Perjanjian Lama ada delapan puluh lima kali disebutkan kata Roh Kudus atau sepertiga jumlah yang disebutkan dalam Perjanjian Baru. Pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama dapat dibagi atas tiga hubungan pekerjaan :
1. Hubungan pekerjaan Roh Kudus dengan penciptaan.
2. Hubungan pekerjaan Roh Kudus dengan tokoh-tokoh tertentu yang diberi Kuasa melakuka tugas pekerjaanNya.
3. Pekerjaan Roh Kudus dalam Nubuatan tentang apa yang akan dikerjakan Tuhan di masa yang akan datang.
Pertama, Peranan Pekerjaan Roh Kudus dalam Penciptaan
Kejadian 1:2, ” . . . . . dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa Allah Tri-Tunggal, merupakan lembaga ilahi yang mempunyai fungsional masing-masing Pribadi secara teratur dan pasti. Allah Bapa yaitu kepenuhan Trinitas Allah yang memerintah, yang memimpin lembaga ilahi itu. Allah Anak, yaitu pekenuhan Trinitas yang menjadi kenyataan, sehingga Allah dinyatakan kepada umat manusia (Real). Dialah yang melakukan tugas penebusan dosa manusia. Allah Roh Kudus, Dialah kepenuhan Allah yang bekerja dan merealisasi keselamatan melalui iman orang percaya.
Trinitas Allah tampak jelas pada ayat itu, bumi belum berbentuk dan kosong maka Roh Allah melayang-layang seperti induk ayam mengerami telurnya dalam arti semua terangkum dan termaktub dalam program (Ibrani). Tindakan Roh allah melayang-layang adalah akibat suatu kehendak yaitu Allah Bapa sebagai pokok tindakan melayang-layang. Allah Anak yaitu : Firman yang merupakan permulaan segala ciptaan (Yohanes 1:1-3), tanpa Firman maka tidak akan ada segala sesuatu yang diciptakan. Allah Roh yaitu totalitas (kepenuhan) Allah yang berkuasa, siap melaksanakan niat Allah Bapa melalui FirmanNya. Kita dapat melihat sistematis kepenuhan cara Trinitas melakukan KuasaNya. Semuanya dalam satu keterikatan kerjasama yang paripurna.
Ketika Allah menjadikan manusia pertama (Kejadian 1:26), jelaslah ada kerjasama seperti halnya Kejadian 1:2. Disana Allah berkata “Baiklah Kita . . . . . ” (bahasa Ibrani = Elohim), keterlibatan langsung Roh Kudus dalam penciptaan manusia. Suatu kebersamaan terjadi antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kelihatan jelas, bahwa Roh Kudus melaksanakan perananNya sebagai pemberi hidup, yang melahirkan kuasa. Kejadian 2:7, “Allah menghembuskan nafas hidup . . . . .” Allah memberi atau menghembuskan nafas (angin) dalam bahasa Ibrani = Ruach atau Grika = Pneuma. Benar Firman Allah dalam Yohanes 6:63, bahwa tubuh satupun tidak berguna (clay) tetapi Roh itulah yang menghidupkan.
Kita manusia berdosa, kemuliaan rohani itu menjadi lenyap dan Roh Allah meninggalkan manusia dan manusia mengalami kematian rohani. Kematian rohani adalah perpisahan Roh Allah dan roh manusia. Namun, apa yang terjadi pada saat manusia percaya kepada Yesus Kristus melalui penebusan darahNya, kemuliaan Roh Kudus sebagai kuasa dalam penciptaan itu dipulihkan. Perhatikan Rasul Paulus menulis, “Aku berdoa supaya Ia (Yesus), menurut kekayaan kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya di dalam batinmu” (Efesus 3;16). Selanjutnya, supaya kamu dibaharui di dalam roh pikiranmu, dan mengenakan manusia baru yang diciptakan menurut kehendak Allah didalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:23-24). Peranan Roh Kudus untuk mengembalikan atau memulihkan manusia kepada maksud ciptaan Allah, Roh Kudus berperan dalam ciptaan manusia, begitu pula setelah kejatuhan, memulihkan manusia kepada maksud ciptaan semula.
Begitu juga dalam Yehezkiel 37, hembusan Roh Kudus menghidupkan tulang-tulang kering, yaitu perlambangan Israel yang akan dipulihkan pada akhir zaman dari kematian rohani. Hakekat kehidupan tetap sama yaitu hanya oleh peranan Roh Kudus.
Kedua, Peranan Roh Kudus Keatas Tokoh-tokoh Perjanjian Lama
Yusuf, Roh Kudus telah memberi hikmat kebijaksanaan yang luar biasa kepadanya. Peranan Roh Kudus yang telah membuka tabir mimpi raja melalui Yusuf, sehingga dia boleh diangkat menjadi pangkat kedua di negeri Mesir. Ternyata, maksud dan rencana Allah, melalui Yusuf untuk menyelamatkan bangsa ini dari musim kelaparan yang akan datang, bagi Mesir dan keluarga Yusuf menjadi orang yang tidak mementingkan diri sendiri, tidak kenal kompromi dengan dosa. Roh Kudus ada padanya untuk mengerjakan peranan tertentu bagi rencana Allah atas umat Israel (Kejadian 41:38).
Musa, Bilangan 11:17,25, pada saat Musa akan mendelegasikan kuasa untuk memerintah Israel kepada tujuh puluh orang, dikatakan sebagian Roh hikmat atas Musa akan diberikan kepada mereka. Musa adalah pemimpin yang diurapi Allah. Barangsiapa yang berani menentangnya selalu mendapat hukuman langsung dari Allah. Himat Roh Kudus dibagikan kepada pemimpin yang telah dipilih lainnya. Tujuh puluh orang mendapat hikmat kuasa oleh Roh Kudus, atas kehendak Allah.
Bezaleel, Kemah sembahyang diperlengkapi dengan perangkat perkakas/perlengkapan ritual yang harus dibuat sesuai ketentuan yang ditetapkan Allah. Kemahiran manusia biasa tidak memungkinkan menciptakan perkakas perlengkapan kemah sembahyang. Roh Kudus turun ke atas Bezaleel, memberi kemampuan dan ketrampilan untuk mengerjakan semua perkakas dari Emas, Perak, Tembaga serta ukiran. Bezaleel menerima kemampuan supranatural oleh Roh Kudus. Jadi, Roh Kudus turun ke atas Bezaleel khusus dipersiapkan Tuhan untuk mengerjakan alat-alat suci Tabernakel (Keluaran 31:1-6, 35:30-35).
Yosua dan para Hakim, menjelang hari kematiannya maka Musa memanggil Yosua bin Nun dan menetapkannya sebagai pemimpin Israel selanjutnya. Melalui penumpangan Musa, Roh Kudus turun ke atas Yosua. Yosua adalah pemimpin Israel yang luar biasa yang membuat peperangan dan merebut bagian demi bagian tanah Kanaan yang telah dijanjikan kepada Israel. Dibawah urapan Roh Kudus Yosua sangat terkenal sebagai pemimpin yang gagah berani dan tidak ada musuh yang sanggup bertahan di hadapannya (Bilangan 27:18, Ulangan 34:9). Kepemimpinan Yusak diikuti oleh zaman para hakim untuk memimpin Israel. Para Hakim juga banyak melakukan perkara ajaib, karena Roh Kudus yang sama diberikan juga kepada mereka. Hakim Otniel (Hakim-hakim 3:7), Hakim Gideon (6:34), Yefta (11:29), Simson (13:25).
Saul, kebenarannya bahwa Allah tidak menghendaki bahwa bangsa Israel untuk mempunyai seorang raja, sebab Bapa berkeinginan menjadi raja langsung untuk bangsa ini. Namun, mencontohi bangsa-bangsa di sekitar yang mempunyai seorang raja atas tiap bangsa, mereka meminta kepada Allah supaya kepada mereka juga diberikan seorang raja. Tuhan memilih Saul sebagai raja atas mereka dan memperlengkapi Saul dengan Roh Kudus (1 Samuel 10:6, 10; 11:6; 11:23). Raja Saul mendapatkan kekuatan oleh Roh Kudus membangkitkan dia memimpin Israel berperang dengan orang Amalek. Ketika raja Saul mulai tidak taat kepada Allah maka Roh Kudus mengundurkan diriNya, Saul kehilangan kuasa Allah.
Daud, melalui pengurapan Samuel ke atas Daud sebagai raja yang akan menggantikan Saul, mulai saat itu Roh Kudus mempersiapkan Daud sebagai raja Israel berikutnya. Daud melimpah dengan kemampuan ilahi akibat bekerjanya Roh Kudus ke atasnya. Melalui Daud, kita dapat pahami bahwa Roh Kudus dapat mundur atau kembali kepada Bapa. Ketika dia berdosa, dia naikkan doa: “Janganlah mengambil RohMu yang kudus dari padaku”.
Ketiga, Roh Kudus Kaitannya Dengan Nubuatan Tentang Apa YangDikerjakan Tuhan di Waktu Yang Akan datang.
Diatas kita telah membicarakan peranan Roh Kudus dalam penciptaan dan keatas tokoh-tokoh Perjanjian Lama, yaitu para pemimpin Israel. Pada bagian ini peranan Roh Kudus dalam semua nubuatan Perjanjian Lama tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang menurut rencana Allah.
Misalnya, Roh Kudus memakai pada Nabi, menubuatkan tentang Mesias (Yesus Kristus) yang akan lahir di Bethlehem Israel (Yesaya 9:5-6). Dan semuanya nubuatan tentang Yesus telah dengan jitu dalam waktu dan tempat digenapkan Allah, Perhatikan lagi: “Maka Roh Tuhan meliputi aku dan Tuhan berfirman kepadaku . . . . .” (Yehezkiel 11:5), Roh Kuduslah memberi berita Firman Allah untuk dinubuatkan. Kekerasan hati Israel telah dinubuatkan sehingga mengalami dua kali pembuangan yang sangat mengerikan. Pertama, negeri Babelonia oleh Nebukadnesar. Kedua, terbuang ke seluruh penjuru dunia setelah mengalami penghancuran total oleh Jenderal Titus pada tahun 70 Masehi. Kedua nubuatan tersebut dilengkapi juga dengan nubuatan Allah akan mengembalikan mereka ke negerinya kembali. Kesemuanya telah digenapkan dan kita telah menyaksikan kebenarannya, digenapi secara akurat.
Namun, diantara nubuatan-nubuatan dalam Perjanjian Lama maka nubuatan tentang kedatangan Mesias dan pencurahan Roh Kudus menjadi nubuatan paling utama. Yoel 2:28-29 : “Kemudian daripada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapatkan mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hambamu laki-laki dan perempuan akan kucurahkan RohKu pada hari-hari itu.”
Nubuatan itu telah menjadikan pemberitaan tentang Roh Kudus yang akan datang paling penting dalam Perjanjian Lama. Karena, pada hari Pantekosta dalam Kisah Para Rasul 2:4, nubuatan tersebut telah digenapkan. Begitu banyak orang menyaksikan Roh Kudus tersebut, dengan menuduh mereka telah mabuk sebab berbicara dalam bahasa Roh, dalam manifestasi bahasa-bahasa bangsa sekitar. Pada saat itu rasul Petrus menjawab mereka tentang penggenapan nubuatan Yoel pasal 2. Perhatikan penjelasan rasul Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:16-17. Itulah sebabnya, tidak mungkin kita dapat memahami pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru tanpa memahami lebih dahulu pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama.
Beberapa Prinsip Pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama
Apabila kita meneliti dengan jelas maka kita akan menemukan beberapa prinsip cara Roh Kudus bekerja (Despensasi PL) dalam Perjanjian Lama. Kita bisa menamakan “Despensasi” Roh Kudus dalam Perjanjian Lama. Prinsip-prinsip itu sebagai berikut :
Pertama, bukan despensasi Roh Kudus secara umum seperti dalam Perjanjian Baru. Roh Kudus diberikan terbatas kepada orang-orang tertentu, yang dipilih dan ditetapkan Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu sesuai rencana Allah Bapa. Contoh : Musa, Daud, Bezaleel, Yusuf, Ezra, Daniel dst.nya.
Kedua, pemberian itu diberikan untuk memberi kemampuan ilahi atau supranatural untuk melaksanakan rencana Allah, semua berhubungan dengan misi khusus ilahi. Bezaleel dalam mengerjakan perlengkapan Kemah Sembahyang.
Ketiga, sifat kehadiran kepada seseorang dalam hubungan melaksanakan tugas dan pekerjaan Allah dalam rencana ilahiNya. Kediaman Roh Kudus dikaitkan dengan maksud Allah, dan Roh Kudus tidak bersifat permanen.
Keempat, sifat kehadiranNya atas seseorang dibawah otoritas Allah Bapa yaitu, Roh Kudus akan turun keatas orang-orang yang dipercayakan Bapa untuk maksud dan pekerjaan tertentu, berbeda dengan di dalam Perjanjian Baru, bahwa Roh Kudus dicurahkan dan diutus oleh Yesus Kristus. Yesus Kristuslah menjadi tujuan utama pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru. Semuanya itu jelas melalui pengungkapan Yesus sendiri. Apabila Yesus Kristus telah menyelesaikan misiNya maka pada giliranNya Dia akan mempersembahkan segala sesuatu kepada Kemuliaan Allah Bapa (Yohanes 16:7, 13:15).
Kelima, sifat kehadiranNya pada seseorang dalam Perjanjian Lama berbeda dengan dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama bahwa Roh Kudus tidak menjadikan orang-orang menjadi tempat kediamanNya atau menjadi Kaabah Allah. Karena kediaman Allah tetap berada dalam ruang Maha Kudus Tabernakel. Dalam Perjanjian Baru orang percaya menjadi tempat kediamanNya dan menjadi Bait Allah yang hidup, I Korintus 3:16, 6:19.
Roh Kudus dan Monotheisme Israel
Roh Kudus dalam Perjanjian Lama belum dapat menunjukkan diriNya sebagai satu oknum atau pribadi kepada Israel. Terkecuali terbatas kepada orang-orang tertentu yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan kehendakNya, kepada mereka Roh Kudus telah menampilkan diri sebagai suatu oknum Allah. Contoh: Ibrahim, Daud dan lainnya. Kepada Ibrahim Allah Tritunggal menampakkan diri dalam bentuk Theopany (Kejadian 18:1-2). Disana Ibrahim menyongsong Allah Tritunggal, bahkan melayani mereka dengan persiapan makanan. Begitu pula Daud telah melihat Yesus sebagai oknum kedua dan juga Roh Kudus sebagai oknum ketiga (Mazmur 110:1, Mazmur 51:13). Daud memahami telah mengerti bahwa kuasa Allah diwujudkan dalam kuasa Roh Kudus. Karena itu Daud berdoa, janganlah mengambil RohMu yang kudus dari padanya.
Teologis, bahwa kita harus memahami bahwa Perjanjian Lama tidak boleh secara nyata memperkenalkan Trinitas (tiga oknum) kepada Israel. Mengapa, hal itu ada sangkut-paut dengan kepercayaan polytheisme yang dianut oleh bangsa-bangsa yang disekitar Israel. Semua bangsa disekitar Israel menyembah tuhan yang banyak, bahwa tuhan itu adalah dewa-dewa. Kepercayaan itu merupakan kebencian dalam teologi Israel, Israel menganut kepercayaan “Monotheisme” yang begitu ketat dan fanatik. Tidak ada Tuhan selain “Yahwe” atau Jehovah.
Monotheisme Israel adalah kebanggaan Israel. Jehovah adalah Allah satu-satunya supaya seluruh Israel menyembah Dia dan hanya Dia saja. Perintah itu begitu ketat dan melahirkan fanatisme yang tidak ada tandingannya dalam sistem keagamaan Israel. Pernyataan Taurat bahwa tidak boleh ada ilah lain selain Jehovah dijalankan secara disiplin dalam religius Israel. Karena itu, Roh Kudus begitu limpah dengan hikmatNya, sehingga sampai pada waktu kedatangan Yesus sedikitpun tidak pernah tersirat atau dikenal oleh bangsa ini tentang ke-Tritunggal-an dari Allah.
Itulah sebabnya menjadi alasan terbesar Israel menolak Yesus, bahkan menuduh Yesus telah menghujat Allah karena mereka mendengar kata-kata Yesus, bahwa siapa sudah melihat Aku itu berarti sudah melihat Bapa. Mereka begitu tersinggung Yesus menyamakan diriNya dengan Jehovah bahwa itu berarti bahwa Yesus adalah Tuhan. Kemarahan mereka tidak dapat terbendung sehingga mereka menyalibkan Yesus Juruselamat. Justru, perbuatan itu menggenapkan semua rencana agung dari Bapa. Baca Yohanes 12:45, 14:9, 1 Korintus 2:9-12. Bila Israel telah mengenal Tritunggal Allah sejak Perjanjian Lama itu berarti tidak akan terjadi penyaliban Yesus. Bila kita merenungkan kita hanya bisa berkata alangkah dalamnya rencana Allah.
Roh Kudus tidak boleh memperkenalkan diri sebagai oknum Allah dalam Perjanjian Lama sehubungan dengan “Monotheisme” yang ciri dan kebanggaan bangsa. Kefanatikan religius ini juga menjadi penyebab penolakan Yesus sebagai Tuhan dan Mesias oleh Israel, ternyata merupakan hikmat yang terdalam yang ada di hati Allah. Bahkan sampai tulisan ini disusun mereka (Israel) secara bangsa tetap membanggakan monotheisme mereka. Namun, sebagaimana penggenapan rencana Bapa di dalam Yesus Kristus tak terduga sebelumnya, maka begitu juga penolakan Israel kepada Yesus sebagai Mesias ada maksud Tuhan yang teramat dalam dan melimpah dengan misteri kemuliaan. “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasehatNya” (Roma 11:34).
Roh Kudus Dan Karya Yesus Kristus Di Atas Kayu Salib.
Pada bagian ini dijelaskan kembali sebagaimana telah diuraikan pada awal pasal ini. Kedatangan Roh Kudus adalah mutlak dan merupakan bagian dari kasih karunia Allah. Begitu banyak orang menduga bahwa kematian Yesus diatas kayu salib merupakan kekalahan besar.
Pada zaman Taurat imam besar memerlukan darah domba ataupun lembu untuk ritual pendamaian manusia dengan Allah. Pendamaian oleh darah disebabkan Firman Allah berkata bahwa nyawa kehidupan berada dalam darah (Imamat 17:10-11). Sehingga melalui darah domba binatang yang dikorbankan telah terjadi penebusan dan penyucian dosa orang banyak dan manusia didamaikan dengan Allah (Ibrani 19:13-14).
Kematian Yesus sebagai domba tanpa cacat dan cela untuk jalan penebusan sehingga manusia didamaikan dengan Allah itu semua tindakan atau intervensi Tritunggal Allah (1 Petrus 1:18-19). Karena itu, Roh Kudus harus mengambil peranan untuk mengartikan salib atau makna kematian Yesus kepada isi dunia. Secara yuridis keselamatan, Darah Kristus telah menebus seluruh dosa isi dunia. Yesus tidak mati hanya untuk sebagian manusia sebagaimana ajaran Calvinisme, tetapi Dia mati untuk seluruh dunia (Yohanes 1:29, 2 Petrus 3:9).
Walaupun secara yuridis keselamatan bahwa dunia telah ditebus oleh Yesus Kristus, namun tidak semua manusia memberi respons atau tanggapan untuk menerima. Mengapa?, karena untuk menerima tawaran itu harus dimengerti melalui iluminasi Roh Kudus. Dibawah bimbingan iluminasi Roh Kudus setelah kita mendengar Firman Allah (menerbitkan iman) kita dimampukan akibat penerangan ilahi mengambil keputusan dibawah pengaruh Roh Kudus. Sehingga Roh Kuduslah menjadi pokok utama penyebab kita dimampukan menjawab tantangan rohani untuk keselamatan. Manusia mengambil keputusan untuk bertobat dibawah bimbingan iluminasi dan keyakinan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Memang Roh Kuduslah yang berperan utama menyebabkan manusia dapat percaya dan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (1 Korintus 12:3).
Kasih Karunia Allah Berdimensi Supranatural
“Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kejatuhan manusia kedalam dosa yang begitu dalam telah merusakkan hakekat manusia. Manusia pertama penuh kemuliaan Allah dan bersifat rohani namun telah rusak total dalam arti tidak memiliki dimensi rohani sedikitpun. Manusia sekarang berasal dari bumi dan berdimensi daging semata-mata (Yohanes 3:6). Perubahan hakekat dari manusia rohani menjadi berdimensi daging merupakan perubahan 180 derajat, jadi dapat dikatakan telah rusak total (bertentangan dengan maksud abadi kehendak Allah).
Kerusakan total bukan dalam arti bahwa manusia sudah lebih rendah harkat dan martabat dari binatang. Karena bagaimanapun sisa bahwa manusia pernah mengecapi kemuliaan Allah sebab diciptakan menurut gambarNya, masih ada dan jelas perbedaannya dengan ciptaan lain. Buktinya, bahwa manusia tetap mempunyai pikiran, kehendak dan perasaan. Manusia masih mampu berpikir dan merenungkan serta mengambil keputusan. Jelas, binatang tidak mampu berbuat demikian. Manusia sebagai makhluk intelek walaupun telah jatuh dalam dosa ciri intelek yang dapat berpikir tetap ada. Ingat manusia diciptakan menurut gambar Allah. Allah sang pencipta mempunyai intelek yang bersifat “Omniscience” (Maha Tahu). Hanya harus digaris bawahi, manusia berdosa sebagai makhluk intelek tetapi tidak lagi berdimensi rohani, sehingga tidak punya kemampuan lagi untuk mengenal dan berpikir hal-hal rohani termasuk tanggapan tawaran keselamatan.
Keadaan manusia setelah kejatuhan diketahui Allah. Itulah sebabnya, bahwa tindakan atau inisiatif keselamatan manusia harus datang dari pihak Allah, dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Pengertian keselamatan hanya oleh kasih karunia Allah, bahwa dalam kematian rohani tidak mungkin manusia dapat menghampiri Allah. Manusia telah menjadi mati terhadap hal-hal rohani. Tindakan untuk menyelamatkan manusia sepenuhnya harus datang dari pihak Allah. Tidak seorangpun dibawah kolong langit bisa memenuhi syarat menjadi korban tebusan. Karena semua telah berdosa dan terlahir oleh kehendak daging. Hanya Yesuslah Allah yang telah menjadi manusia yang memenuhi syarat sebagai domba yang tak bercacat-cela. Disebabkan, Dia adalah Allah yang menjadi manusia dan terlahir oleh Roh Kudus. Kerelaan keputusan kehendak Allah didalam Yesus Kristus itulah dimaksud “Kasih Karunia” Allah.
Jadi, kasih karunia Allah adalah “subyek penyebab keselamatan manusia”. Dialah Yesus Kritus dan telah datang bukan karena kehendak manusia tetapi berdasarkan kasih Allah yang besar. Alangkah keliru bila mengartikan bahwa sedikitpun tidak ada peranan manusia dalam arti keseluruhan, tentang “konsep” hanya oleh kasih karunia. Manusia oleh Roh Kudus harus merespons dan mengambil keputusan mau atau tidak menerima kasih karunia tersebut. (Yohanes 3:16, Kisah Para Rasul 2:38, Markus 16:16). “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan” (Markus 16:16).
Roh Kudus Memberi Kemampuan Supranatural Untuk Menjawab Tawaran Keselamatan Dalam Kasih Karunia.
Telah diuraikan sebelumnya bahwa setelah kejatuhan maka manusia kehilangan dimensi rohani dan tidak memungkinkan lagi bisa mengerti perkara-perkara rohani. Kalau Bapa telah menyiapkan jalan keselamatan, maka Bapa juga akan memperlengkapi manusia untuk mampu menjawab tawaran keselamatan. Disinilah keagungan kemurahan Allah yang kita temui. Kemuliaan salib Kristus sampai sekarang tidak mampu dianalisa melalui pembenaran akal-budi, karena itu bersifat supranatural. Mendasar, apabila dunia sampai hari ini tidak dapat menerima dan membenarkan cara Allah menyelamatkan melalui kasih karunia.
Firman Allah menulis bahwa perkara rohani hanya dapat dimengerti oleh orang rohani (1 Korintus 2:15).
Firman Allah dalam 1 Korintus 2:9-10, bahwa hanya dengan Roh Kuduslah manusia akan mengerti apa yang ada di hati Allah. Hikmat Allah yaitu Salib Kristus hanya mampu dimengerti di dalam iluminasi Roh Kudus. Roh Kuduslah yang mampu menyelidiki apa yang terkandung dalam rahasia Allah. Mustahilah manusia dapat memahami hikmat Allah terkecuali bila Roh Kudus menyatakan itu kepada kita. Roh Kuduslah yang menolong mengiluminasi sifat supranatural Firman Tuhan dan kebesaran kedalam Anugrah Keselamatan (1 Korintus 12:3).
Peranan Roh Kudus tidak terbatas hanya membimbing kepada pertobatan. Tetapi juga kepada langkah-langkah pertumbuhan Gereja secara terus menerus sampai Gereja mengalami transformasi kedalam Yesus Kristus, yaitu mengalami kepenuhan Kristus (Efesus 4:12-13). Bayangkan sejenak, bahwa tanpa Roh Kudus maka sia-sialah kasih karunia kematian Yesus Kristus diatas kayu salib Golgota. Alangkah tragisnya, dan merupakan bencana rohani terbesar apabila Roh Kudus sudah datang dengan seluruh kemuliaanNya, namun ada Gereja yang tidak mengalami kehadiranNya. Hanya karena menolak atau membangun doktrin yang tidak membuka pintu untuk kehadiranNya. Lebih tragis, banyak Gereja percaya dinamika Roh Kudus, tetapi tidak membangun doktrin sesuai Firman Allah. Banyak yang membangun doktrin sesuai selera ajaran yang disukainya.




Posting Komentar