Pasal 5:
RELASI MISI KRISTUS DAN PEKERJAAN KUDUS
Pada pasal sebelumnya telah banyak diungkapkan bagaimana hebatnya peranan Roh Kudus dalam mewujudkan keselamatan sesuai kehendakNya melalui kematian Kristus di kayu salib. Roh Kudus akan segera datang menjalankan tugas ke-ilahianNya itulah sebabnya Yesus harus kembali ke Sorga (Yohanes 16:7-8). Bila Allah Bapa mengaruniakan AnakNya demi keselamatan dunia, sekarang Yesus Kristus segera kembali ke Sorga dan akan mengutus Roh Kudus untuk bertugas memimpin manusia kepada semua kebenaran (Yohanes 16:13).
Yesus Kristus sudah mengerjakan pekerjaan penebusan dosa yaitu mendamaikan manusia dengan Allah secara tuntas (Filipi 2:7-9), Efesus 2:13-14). Karena sejak kejatuhan, bahwa manusia telah menentukan sendiri hakekatnya yaitu hakekat “keberdosaan” dan telah terjadi dinding pemisah diantara manusia dengan Allah. Hakekat keberdosaan manusia hanyalah mampu diselamatkan oleh Allah sang Pencipta. Karena kasih karuniaNya maka Allah sudah mengambil keputusan untuk menyelamatkan manusia kembali.
Konsep penyelamatan telah kelihatan sejak awal ketika Tuhan menyembelih seekor binatang dan mengambil kulitnya dipakaikan untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Semuanya itu menggambarkan pengorbanan Yesus sebagai Anak Domba yang rela meninggalkan tahta kemuliaan Sorgawi menjadi manusia dan mati sebagai jalan penebusan untuk keselamatan manusia. Pengorbanan Yesus Kristus adalah merupakan Kasih Karunia yang terbesar. Itulah sebabnya, semua kemuliaan sorga diberikan kepadaNya.
Yesus Kristus telah menjadi pokok utama kasih karunia Allah untuk keselamatan manusia. Saya merasa bahwa definisi yang paling tepat untuk “kasih karunia” yaitu melibatkan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Karena demikian kasih yang ada kepada Bapa keatas manusia yang telah jatuh kedalam dosa sudah rela memberikan AnakNya, sebagai satu-satunya yang memenuhi syarat untuk menjadi tebusan bagi dosa isi dunia dan tindakan ilahi ini sangat berbau ke-ilahian atau supranatural. Itulah sebabnya, Roh Kudus harus ada ditengah-tengah manusia untuk memberi bimbingan ilahi supaya manusia dimampukan memahami dan percaya serta menerima kasih karunia Allah ini (Yohanes 3:16, Efesus 2:8, Filipi 2:7-9).
Pekerjaan Roh Kudus memberitakan arti kasih karunia dan menyentuh hati manusia. Pekerjaan Roh Kuduslah menjadikan kasih karunia Allah menyatukan sorga dan bumi. Kasih karunia Allah bukan sekedar menawarkan keselamatan tetapi membawa manusia secara total dapat merasakan keindahan persekutuan bersama Allah Tritunggal. Kasih Karunia adalah sesuatu yang hidup yang menjadikan kita orang percaya menjadi manusia Allah (1 Timotius 6:11). Ini dari kasih karunia yaitu keselamatan orang percaya didalam Tuhan Yesus Kristus, oleh Roh Kudus dan melalui persekutuan dengan FirmanNya, maka orang percaya semakin bertumbuh dan mengecapi kemuliaan Allah (Filipi 1:9-10).
Yesus Kristus telah meletakkan “Yuridis Keselamatan” artinya secara hukum bahwa seluruh dunia telah ditebus dan berhak atas keselamatan. Manusia secara “Yuridis” telah didamaikan dengan Allah. Tetapi keselamatan tersebut belum menjadi “De Facto” belum real atau belum berubah dari yuridis menjadi kenyataan, Roh Kudus akan memproklamirkan berita keselamatan tersebut kepada seluruh dunia sekaligus memberi kesanggupan kepada manusia untuk merespons dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat isi dunia. Roh Kudus akan memberi kemampuan untuk menginsyafi akan dosa dan terlepas dari kutuk yaitu maut (Roma 6:23).
Efesus 3:16:17. “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya didalam hatimu, sehingga oleh imanmu Kristus diam didalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar didalam kasih”.
Dalam mengaktualkan keselamatan kepada manusia maka akal-logika tidaklah sanggup karena manusia pada hakekatnya telah mati rohani saat kejatuhan. Roh Kuduslah yang akan memberi dimensi rohani sehingga dengan demikian dapat mengambil keputusan rohani untuk percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Yesus berkata kepada Bartimeus yang buta. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!”, bagaimana percaya Bartimeus kepada Yesus Kristus ternyata telah menjadi kunci keselamatannya.
Dalam Markus 16:16, Yesus berkata: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan mengaku “Yesus adalah Tuhan, selain Roh Kudus.
Dengan ajaran diatas bahwa tidak seorangpun dapat mengaku Yesus adalah Tuhan selain Roh Kudus, manusia dimampukan untuk percaya kepada Yesus dan dibaptis sebab telah dipengaruhi sifat rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Karena itu, semua keputusan untuk percaya kepada Dia adalah keputusan rohani dan motivatornya adalah Roh Kudus. Manusia yang telah didiami hatinya oleh Roh Kudus yang mempengaruhi bahkan merobah pola pikir sehingga kita dibaharui dan mampu berpikir sebagaimana Yesus berpikir. Dengan berpikir rohani seperti itulah manusia dapat mengambil keputusan rohani untuk percaya dan lahir baru.
Filipi 2:5, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”. Roma 12:2, “Janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tetapi berobahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Tuhan meminta supaya kita dapat memiliki pikiran dan perasaan yang ada kepada Yesus Kristus. Maksudnya, supaya kita mendapat satu pembaharuan akal-budi, bagaimana hal tersebut dapat terjadi yaitu, kita harus memberi diri untuk taat dibawah bimbingan Roh Kudus. Sehingga kita dapat memiliki sifat Allah kembali dan mulai bertumbuh dalam diri kita sifat rohani. Benarlah Firman bila kita memutuskan untuk mengaku Yesus sebagai Tuhan maka itu adalah keputusan rohani. Dan kalau itu adalah keputusan rohani yang walaupun dilakukan oleh manusia namun pokok pengendali bukanlah manusa tetapi Roh Kudus (1 Korintus 12:3). Dengan demikian bahwa tidak benar ajaran yang mengajarkan bahwa manusia tidak mempunyai peranan sedikitpun didalam keputusan keselamatan. Roh Kudus berdiam dihati kita dan mampu memotivasi kehendak manusia untuk tunduk dan taat kepada kehendakNya. Manusia mampu mengambil keputusan untuk percaya dan melakukan seluruh kehendak Allah. Kami telah uraikan hal utama tentang relasi misi Kristus dengan pekerjaan Roh Kudus yaitu, memampukan manusia mengambil “keputusan rohani” untuk percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Selanjutnya, pada hakekatnya namusia telah diperdamaikan dengan Allah oleh darahNya. Tetapi, siapakah yang akan meneruskan berita keselamatan ini kepada isi dunia? Tuhan Yesus Kristus sebelum naik ke sorga memberi “Amanat Agung” atau misi Agung kepada murid-muridNya.
Matius 28:19-20. “Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Ketika perintah ini disampaikan maka tanggung-jawab pelaksana itu belum dicurahkan, buktinya Yesus sendiri melarang mereka untuk pergi meninggalkanYerusalem (Kisah 1:4-5). Memang mereka belum dapat pergi, sebab Yesus Kristus tahu bahwa yang akan memberi dimensi rohani untuk manusia dapat percaya kepadaNya sebagai Juruselamat belum ada. Karena itu mereka harus menunggu sampai mereka dipenuhkan oleh Kuasa dari atas.
Kita tidak dapat menyamakan Yesus dengan murid-muridNya, sebab Yesus mampu menginjil tanpa menanti hari Pantekosta. Dia adalah Firman itu sendiri dan sebagai Anak Allah dimanapun keberadaanNya selalu bersama dengan Trinitas. Dimana ada Yesus pasti disana ada Bapa dan Roh Kudus. Disitulah kuncinya, ketika Dia memanggil murid-muridNya mereka langsung dapat meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus.
Penginjilan untuk memberitakan pertobatan bukanlah misi utama Yesus. Misi utama Yesus ke bumi adalah untuk mati sebagai korban tebusan supaya oleh darahNya manusia dapat didamaikan dengan Allah dan memperoleh keselamatan (Yohanes 3:16, Efesus 2:13-14). Kehadiran Yesus sebagai manusia dibatasi oleh hakekat manusia itu sendiri. Dia dibatasi oleh ruang lingkup dan waktu. Sebagai manusia maka Dia harus taat kepada hukum eksistensi manusia. KeberadaanNya tidak boleh berada di dua tempat dalam waktu yang sama, begitu pula Dia harus tunduk kepada hukum waktu. Dia telah mengosongkan diriNya sebagai manusia (Kenosis), tidak lagi memakai atribut ke-Maha-anNya yang Omni Potence, Omni Science, Omni Presence walaupun atribut itu dalam seketika dapat dipergunakan bila Dia kehendaki. Hakekat sebagai manusia benar telah digenapkanNya dengan sesungguhnya. Buktinya, Dia dapat mati diatas kayu salib untuk menjadi tebusan orang banyak.
Pada hari Pantekosta merupakan suatu babakan baru bagi zaman Roh Kudus. Roh Kudus yang adalah oknum ketiga dari Tritunggal. Allah memiliki ketiga atribut kewenangan Allah. Roh Kudus yang maha tahu akan mampu menyatakan kehendak Allah kepada Gereja. Roh Kudus yang adalah totalitas dari Allah yang berkuasa akan melengkapkan misi Gereja dengan perlengkapan kuasa. Kesemuanya itu dianugerahkan kepada Gereja sebagai tubuh Kristus untuk melaksanakan “Amanat Agung” supaya memberitakan Karya Kristus diatas kayu salib kepada seluruh isi dunia.
Tubuh Kristus (orang percaya) mengemban misi Kristus (Kepala) untuk menyampaikan berita kesukaan yaitu keselamatan yang telah dikerjakan Yesus Kristus. Kami menutup bagian ini menggaris bawahi bahwa misi Kristus dan keselamatan penebusan oleh darahNya keseluruh dunia. Jikalau akal dan hikmat manusia dapat mendatangkan pembaharuan rohani sudah tentu murid-murid tidak akan diperintahkan menunggu sampai mereka dipenuhkan dari tempat yang maha tinggi. Akal manusia tidak akan pernah sanggup membuktikan kuasa darah Tuhan Yesus Kristus. Kuasa darahNya dan oleh Roh Kudus sajalah yang mampu lakukan itu. Allah memakai mulut manusia untuk memberitakan dan pemberitaan itu harus diurapi oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah motivator Gereja melaksanakan amanat Yesus untuk memenangkan dunia bagiNya (Kisah Para Rasul 1:8; 2:38).
Pokok Misi Yesus adalah Keselamatan Pendamaian Manusia dengan Allah. Sejak manusia pertama melanggar perintah FirmanNya (Kejadian 2:17), manusia telah menentukan ” hakekat ” manusia sebagai makhluk berdosa menjadi gelap dan buta hal – hal rohani (Roma 6:23). Kemuliaan Allah yang telah diciptakan menurut gambarNya menjadi hilang (Roma 3:23). Lebih dahsyat lagi bahwa manusia harus menanggung akibat dosa. Namun Allah Maha pemurah, panggilan Allah kepada manusia setelah kejatuhan adalah pratanda bahwa Allah telah menyiapkan jalan keluar yang menjadi rahasia besar Allah dan merupakan hikmat terdalam dari Allah bagi keselamatan umat manusia (Kejadian 3:9, 10 & 1 Korintus 2:9-10). Hikmat Allah itu adalah penebusan didalam Tuhan Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah. Rahasia tersebut sangat dalam dan diteliti oleh para nabi dan telah bernubuat tentang keselamatan didalam Yesus Kristus.
Efesus 2:13-14.”Tetapi sekarang didalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu jauh sudah menjadi dekat oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merobohkan tembok pemisah yaitu perseteruan”.
Untuk memahami dan merasakan kemuliaan rahasia kasih karunia, baiklah lebih dahulu harus diketahui seberapa jauh kejatuhan dan akibatnya yang telah menimpa manusia. Kejatuhan manusia membawa tiga akibat besar (ada ajaran lebih dari tiga), yaitu :
Pertama, Kematian rohani, Allah telah berfirman bahwa pada hari engkau makan buat itu engkau akan mati. Kematian rohani adalah perpisahan Roh Allah dari roh manusia. Roh Allah menjadi adanya kehidupan dan tanpa Roh Allah manusia mati rohani dan gelap dalam arti tidak mempunyai kehidupan sesungguhnya. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna” (Yohanes 6:63).
Mengalami kematian rohani, manusia tidak lagi mampu mengerti dan mengecapi hal-hal rohani. Firman Allah menyamakan kematian rohani sama dengan sudah mati. “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang bekerja diantara orang-orang durhaka” (Efesus 2:1-2).
Kematian rohani diikuti oleh kematian jasmani. Manusia yang tadinya dalam kemuliaan Allah bersifat kekal sekarang harus mati.” . . . . . . Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”. Keluasan kata mati disini menunjuk kepada kematian rohani dan kematian badani. Karena itu Firman Allah berkata bahwa semua orang akan mati (Ibrani 9:27). Kematian rohani tidak berhenti kepada kematian badani tetapi akan mencapai puncak yaitu manusia mengalami kematian kekal. Menunjuk penghukuman di “neraka” untuk selama-lamanya. “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkan ke dalam lautan api, itulah kematian yang kedua, “Lautan Api” (Wahyu 20:14).
Kedua, Akibat Psikologi, manusia sekarang telah memiliki perasaan takut (Kejadian 3:9-10). Perasaan takut adalah satu bukti bahwa manusia bukan saja mati rohani dan terpisah dari Allah tetapi sekarang akibat dosa manusia telah terpisah dari diri sendiri. Keutuhan komponen dalam diri yang utuh karena persekutuan dengan Allah sehingga melimpah dengan damai sejahtera dan sukacita sekarang karena dosa tercabik berpuing-puing. Terjadi instabilitas dalam diri dan meledak dalam satu perasaan ketakutan.
Dampak rasa takut ini dimiliki oleh seluruh manusia dalam aneka ragam status. Cendekiawan, Konglomerat, Seniman, Teknokrat, Pendidik, Budayawan, dstnya, bahwa tidak ada yang terbebas dari rasa takut. Rasa takut penyebab tidak adanya sukacita, menerbitkan segala macam gejala penyakit. Manusia menjadi stress, depresi, frustrasi, dan segala macam penyakit fisik dan psikis. Banyak orang telah berusaha dan menghabiskan harta untuk sembuh dari penyakit psikis tersebut tetapi gagal. Kesembuhannya hanya melalui “damai dengan Allah” (Markus 5:26-27).
Ketiga, Akibat Kosmologi, Tuhan berfirman bahwa manusia akan berpeluh lelah mencari rezekinya. Setelah kejatuhan maka bukan hanya manusia yang terkena akibatnya, tetapi tanah ikut terkutuk sehingga manusia harus mengusahakan tanah itu seumur hidup sampai mati (Kejadian 3:17-19). Ternyata manusia tidak saja terpisah dari Allah dan dari dirinya sendiri tetapi manusia ikut terpisah dari alam sekeliling.
Akibat Kosmologi, membuat manusia berpacu bekerja keras untuk mempertahankan hidup. Terjadi kompetisi kehidupan diantara manusia melahirkan kelompok kaya, kelompok miskin, kelompok berhasil dan tidak berhasil, kelas-kelas dalam masyarakat dan telah menjadikan salah satu kompleksitas kehidupan umat manusia.
Merenungkan ketiga akibat dosa tersebut membuat kita menyadari betapa sangat parahnya dan mengerikan keadaan manusia sekarang. Mazmur 14 dan 53, mengungkapkan kebobrokan manusia Roma 3:10-18, menceritakan bahwa tidak seorangpun benar, semuanya telah menyeleweng dan tidak berguna. Rasa takut kepada Allah tidak ada lagi. Roma 6:23, “Upah dosa ialah maut . . . . .”. Memang setelah kejatuhan kita dapat mengatakan semua telah menjadi sia-sia, telah kehilangan tanggung-jawab sebagai makhluk Tuhan.
Namun, prakarsa keselamatan telah datang dari pihak Allah, semua terjadi menurut kerelaan kehendakNya (Efesus 1:5). Didalam kasih Ia akan mengangkat kembali manusia didalam Yesus Kristus untuk kembali bersekutu denganNya, bahkan diangkat menjadi anak-anakNya. Sudah diuraikan pada pasal sebelumnya bahwa “Kasih Karunia” melibatkan ke-Tritunggalan dari Allah, namun diwujudkan didalam AnakNya Yesus Kristus (Efesus 1:6-7). Kasih karunia keselamatan diwujudkan melalui pengorbanan Yesus Kristus dan oleh darahNya kita beroleh penebusan dan pengampunan dosa (Efesus 1:7). Tidak ada perbuatan manusia dalam pewujudan kasih karunia keselamatan, satu-satunya peranan manusia merespons anugerah yang ajaib ini.
Terhadap ajaran keselamatan oleh pengorbanan Yesus Kristus ada ajaran yang agak menyimpang interpretasinya, bahwa manusia tidak mempunyai peranan sama sekali, semuanya adalah tindakan ilahi. Tetapi bagaimana dengan Roma 10:13-14, “Sebab barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya jika mereka tidak percaya Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia jika tidak ada yang memberitakan?”. Jelaslah ada peranan manusia dalam menanggapi keselamatan kasih karunia itu yaitu percaya kepada Dia. Markus 16:16, “. . . . .siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan”. Ayat sebelumnya “Barangsiapa yang berseru”, kemudian “Siapa yang percaya”, sangat mudah difahami keselamatan yang didalam kasih karunia Allah terbuka kepada barangsiapa yang mau percaya. Begitu banyak lagi ayat Firman Allah yang menyatakan bahwa keselamatan itu terbuka kepada siapa yang percaya.
Kolose 1:20-21.”Dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya baik yang ada di bumi maupun yang ada di Sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikanNya untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercacat dihadapanNya”.
Keterpisahan manusia dengan Allah, memerlukan seorang Juruselamat yang bersedia “mati” (Penggenapan Domba), dan mencurahkan darahNya untuk jalan tebusan dan pendamaian serta pengampunan dosa. Yesus Kristus Anak Domba Allah mempunyai misi utama yaitu, mendamaikan manusia dengan Allah, Dia telah mati dan oleh darahNya sebagai tebusan dan pengampunan dosa.
Pekerjaan Roh Kudus harus dimengerti dengan jelas. Fakta Alkitabiah, kita harus dapat membedakan kedua misi yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus dengan jelas, yaitu Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah yang akan mati sebagai korban sembelihan dan oleh darahNya menjadi penebusan dosa manusia serta pengampunan dosa. Dengan jalan demikian manusia didamaikan dengan Allah. Yesus adalah Juruselamat isi dunia membawa kembali manusia kedalam persekutuan dengan Penciptanya (1 Petrus 1:18-19, Ibrani 9:14, Kolose 1:20-21, Efesus 2:13-14). Melalui korban Yesus Kristuslah manusia telah didamaikan dengan Allah.
Roh Kudus mempunyai misi merealisasi “keselamatan” yang telah digenapkan melalui kematian dan oleh darahNya. Roh Kudus memampukan manusia menanggapi kasih karunia keselamatan didalam Yesus Kristus. Begitu juga selanjutnya Roh Kuduslah yang akan menuntun orang percaya untuk bertumbuh terus sehingga mencapai kesatuan iman kedewasaan penuh yaitu kepenuhan Kristus. Roh Kudus menuntun Gereja mengalami dinamika transformasi ke arah Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 16:13, Efesus 4:11-13, Filipi 1:9-10). Perhatikan gambar dibawah ini yang membedakan misi Yesus Kristus dan Roh Kudus.
Gambar: Menjelaskan perbedaan misi utama Yesus Kristus dan misi utama Roh Kudus.
Keterangan Gambar :
A. Yesus sebagai perantara Manusia dengan Allah
B. Peranan Roh Kudus membawa Manusia dapat menerima Yesus
C1 & C2: Pertumbuhan Rohani
D. Menjadi sempurna seperti Yesus
A. Yesus sebagai perantara Manusia dengan Allah
B. Peranan Roh Kudus membawa Manusia dapat menerima Yesus
C1 & C2: Pertumbuhan Rohani
D. Menjadi sempurna seperti Yesus
a. Yesus telah meletakkan dasar “pendamaian” manusia dengan Allah. Landasan Yuridis keselamatan (1 Korintus 15:3-4, Kolose 1:20-22).
b. Roh Kudus
– Keselamatan didalam Yesus menjadi “kenyataan” (de facto)
Selanjutnya, menuntun pertumbuhan iman orang percaya ke arah Yesus Kristus. (Dalam lingkaran adalah ruang dinamika pekerjaan Roh Kudus).
(Yohanes 16:13, Efesus 3:14-21, 1 Korintus 2:4).
– Yesus Kristus adalah dasar itu.
– Roh Kudus melalui Firman Allah membangun iman orang percaya.
Selanjutnya, menuntun pertumbuhan iman orang percaya ke arah Yesus Kristus. (Dalam lingkaran adalah ruang dinamika pekerjaan Roh Kudus).
(Yohanes 16:13, Efesus 3:14-21, 1 Korintus 2:4).
– Yesus Kristus adalah dasar itu.
– Roh Kudus melalui Firman Allah membangun iman orang percaya.
c. (C1, C2, C3) tingkat pertumbuhan iman.
Yesus Kristus Adalah Pusat Kebenaran Iman Kristen Inkarnasi Yesus Kristus adalah fakta utama yang menjadi inti iman Kristen. Kita bayangkan apabila tidak ada inkarnasi Yesus menjadi manusia, sudah pasti fakta iman Kristen tidak pernah ada. Hakekat Allah yang adalah Roh tidak memungkinkan untuk diimani apalagi diemperis. Kerelaan kehendak Allah didalam Yesus Kristus untuk menjadi manusia telah menungkinkan iman Kristen memiliki iman yang obyektif dan pasti.
Yesus Kristus Adalah Pusat Kebenaran Iman Kristen Inkarnasi Yesus Kristus adalah fakta utama yang menjadi inti iman Kristen. Kita bayangkan apabila tidak ada inkarnasi Yesus menjadi manusia, sudah pasti fakta iman Kristen tidak pernah ada. Hakekat Allah yang adalah Roh tidak memungkinkan untuk diimani apalagi diemperis. Kerelaan kehendak Allah didalam Yesus Kristus untuk menjadi manusia telah menungkinkan iman Kristen memiliki iman yang obyektif dan pasti.
Kita mengakui bahwa Allah Bapa adalah kepala didalam Trinitas ke-Allahan. Kebenaran ini adalah bukti Alkitab. Namun, tidak seorangpun mampu memahami apalagi percaya apabila Trinitas tetap didalam hakekat Roh adanya. Kita akan memiliki Allah yang tidak dikenal seperti dalam kepercayaan kuno yaitu kepercayaan animisme. Percaya bahwa segala sesuatu dapat menjadi Allah tergantung bila kita ingin memujanya. Kita semua akan mereka-reka seperti berada didalam kamar yang gelap pekat.
Yohanes 1:14 “Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasi karunia dan kebenaran”. Inkarnasi Yesus merupakan kekuatan “teologi” kekristenan sebab oleh inkarnasiNya dan berita kebenaran yang diploklamirkanNya menjadi kekristenan satu-satunya sistem kepercayaan yang diploklamirkan oleh pihak Allah sendiri. Sebab, ini iman Kristen yaitu, bahwa Allah yang tidak dikenal telah datang memperkenalkan diriNya. Allah sendirilah yang dengan kasih telah datang memperkenalkan diri kepada umat manusia. Jadi Yesus merupakan perwujudan dari Allah yang tidak dikenal dan sekarang kita telah melihat kemuliaanNya. Dan inkarnasi terjadi dikarenakan oleh kehendak Bapa di sorga (Yohanes 3:13).
Yesus telah melaksanakan pekerjaan Trinitas untuk memperkenalkan kepada dunia tentang siapakah Allah yang sesungguhnya. InkarnasiNya serta proklamasi yang dikumandangkanNya membuktikan bahwa iman Kristen tidak mencari-cari siapa Tuhan dan Juruselamatnya, tetapi Trinitas sendirilah melalui Yesus Kristus telah datang memperkenalkan diri sekaligus melalui kasih karunia menjadikan diriNya jalan keselamatan isi dunia (Yohanes 4:42).
Filipi 2:5-9. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya Nama diatas segala nama”.
Firman Allah diatas merupakan doksologi Allah Bapa untuk AnakNya Yesus Kristus. Yesus bukan saja realita keberadaan Allah tetapi Dia telah melakukan perbuatan terbesar sepanjang zaman di Sorga dan di bumi. Didalam Yesuslah semua kemuliaan sorgawi dari Allah Trinitas diproklamirkan kepada manusia.
Kolose 1:15-19. “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena didalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang di Sorga dan yang di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada didalam Dia. Ialah kepala tubuh yaitu jemaat, Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam didalam Dia”.
Kita menikmati pernyataan Roh Kudus tentang Dia. Yesus adalah gambar dari Allah yang tidak kelihatan. Hal itu menyebabkan kita mampu melihat Allah yang tidak kelihatan didalam Dia. Semua diciptakan oleh Dia, sesuatu apoleget betapa Bapa menjadi Dia menjadi pokok dan penyebab adanya segala sesuatu. Rupanya, Allah Bapa tidak hendak mengaburkan proyek iman semua dijadikan terang dan jelas kepada Yesus yang telah menjadi manusia. Secara logika, hal tersebut tak terbantahkan sebab manusia phisik memerlukan arah penyembahan kepada obyek yang jelas dan eksis. Melalui inkarnasiNya, Dia telah menyatakan kemuliaan Allah.
Didalam inkarnasi Kristus maka Allah yang Roh adanya ikut mengfaktualkan diri. Karena itu, pembelaan teologia bahwa Tritunggal Allah menjadi jelas didalam Yesus Kristus. Bukan sekedar menjadi realita tetapi Bapa dan Roh melimpahkan kemuliaan dan wewenang sepenuhnya kepada Yesus Kristus. “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam didalam Dia” (ayat 19). Kita melihat pernyataan apa dalam Matius 28:18, bahwa segala kuasa di Sorga dan di bumi telah diberikan kepada Yesus. Begitu juga pernyataan Firman Allah dalam Yohanes 16:13-14 “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu kedalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang dikatakanNya . . . Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitahukan apa yang diterimanya dari padaKu”. Oleh kesepakatan lembaga Tritunggal Allah semua otoritas dilimpahkannya kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus dengan tegas memproklamirkan diriNya, “Kata Yesus kepadanya, “Akulah jalan kebenaran dan hidup . . . .”. (Yohanes 14:6).
Roh Kudus membimbing kepada Kebenaran (Yesus Kristus) dan Dia adalah Firman itu sendiri (Yohanes 1:1). Pada mulanya adalah Firman . . . dan Firman itu adalah Allah dan telah menjadi (inkarnasi) manusia (Yesus Kristus) . . . (Yohanes 1:4). Teologi Kristen akan hancur berpuing-puing apabila kita mengalihkan pusat kebenaran Yesus Kristus yang juga adalah Firman Allah, kepada pokok kebenaran yang lain. Didalam Yesuslah titik central rencana Allah Bapa di Sorga (Kolose 1:23).
Pasal 6:
DIBAPTIS DAN DIPENUHKAN ROH KUDUS
DIBAPTIS DAN DIPENUHKAN ROH KUDUS
Kita telah datang kepada pokok bahasan yang sangat menarik, yaitu tentang “Dibaptis” dan “Dipenuhkan oleh Roh Kudus”. Sebelum masuk lebih lanjut kita harus mampu menempatkan kedua istilah tersebut kepada suatu pengertian yang jelas dan sesuai Firman Tuhan. Pengertian dibaptis dan dipenuhkan oleh Roh Kudus menjadi istilah yang cukup mengundang kemelut dalam pemahaman. Sering terjadi bahwa waktu untuk membahas kedua istilah menjadi begitu panjang dan menarik, sehingga pembahasan itu menjadi lebih menarik daripada aktualisasi baptisan dan kepenuhan itu sendiri.
Ada yang berkata bahwa baptisan Roh Kudus adalah berbeda dengan kepenuhan Roh Kudus, sedangkan yang lain berkata bahwa baptisan dan kepenuhan hanyalah merupakan dua istilah yang berbeda pada hakekatnya makna kedua istilah itu adalah sama. Bagaimanapun terang Firman yang Alkitabiah harus menjadi jawaban untuk menjadi “Pembenaran” sebagai kebenaran. Kita sangat keliru apabila mencari kebenaran tentang pokok-pokok ini hanya melalui pengalaman. Apabila membangun ajaran yang berorientasi kepada selera doktrin organisasi Gereja masing-masing (Denominational Doctrin Oriented).
Pengertian “Dibaptiskan” dan “Dipenuhkan” oleh Roh Kudus Yesus berkata bahwa tidak lama lagi kamu akan dibaptis oleh Roh Kudus. “Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis oleh Roh Kudus”. (Kisah Para Rasul 1:5). Hal yang sama Yohanes pembaptis memberi kesaksian tentang baptisan Roh Kudus, “Aku membaptis kamu dengan air tetapi yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak, Ia akan membaptis kamu dengan Roh dan dengan api” (Lukas 3:16).
Tuhan Yesus begitu pula Yohanes pembaptis memakai istilah yang sama yaitu “Baptis” tentang pengalaman yang akan datang. Marilah kita melihat tentang kegenapan pengalaman baptisan Roh Kudus ketika Dia dicurahkan dari Sorga dalam Kisah Para Rasul 2:4 : “Tiba-tiba turunlah dari langit satu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, dimana mereka duduk dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing maka “penuhlah” mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain, seperti diberikan oleh Roh Kudus untuk mengatakanNya”.
Perhatikan bahwa janji tentang “baptisan” yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus untuk dibaptis dengan Roh Kudus kepada murid-muridNya, tidak lagi mempergunakan kata “baptis”, namun dipakai istilah “penuhlah” mereka dengan Roh Kudus (Inggris KJV; They were filled). Tidak dikatakan bahwa mereka masing-masing dibaptis, sesuai dengan perkataan Yesus dalam nubuatanNya. Roh Kudus dalam mengurapi penulisan firman Allah tidak pernah keliru. Selanjutnya, perhatikan pula dalam Kisah Para Rasul 9:17, “Lalu pergilah Ananias kesitu dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangan ke atas Saulus dan berkata, “Saulus saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui telah menyuruh aku kepadamu supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh denan Roh Kudus” (Inggris = “Filled”).
Pemakaian istilah yang berbeda penuhlah, penuh dan turunlah itu bukan berarti bahwa ketiga momen tersebut mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan istilah yang dipakai, ataupun ketiga momen tersebut bertentangan dengan perkataan Tuhan Yesus dan Yohanes Pembaptis. Bandingkan pula dengan Kisah Para Rasul 19:6, ” . . . turunlah Roh Kudus ke atas mereka . . . (Inggris KJV “Came upon”). Tidak ada satupun kata “Baptis” dipakai dalam Kisah Para Rasul dipergunakan ketika orang percaya mengalami pengalaman Roh Kudus. Kata baptis “Baptizo” (Grika), “Baptize” (Inggris), itu berarti “seluruh tubuh masuk ke dalam air”, to immerse berarti menyelam. Baptisan, berarti tenggelam (masuk seluruh tubuh) ke dalam air. Kita tenggelam ke dalam cairan (air). Makna rohaninya berarti tenggelam ke dalam pribadi Yesus Kristus dan menjadi satu secara total dengan Dia (Roma 6:3-5), sebagai jalan keselamatan (Markus 16:16).
Rupanya Yohanes pembaptis dan Yesus Kristus, mengsinkronkan dalam arti “makna” bukan dalam arti kata. Sebab tidak ada sama sekali persamaan perubahan diantara baptisan air dan baptisan Roh Kudus. Baptisan air kita menyelam total kedalam cairan, baptisan Roh Kudus bahwa kita juga tenggelam total kedalam oknum Roh Kudus mendapatkan pengalaman menyeluruh didalam kehendak Allah dan kedalam pribadi Roh Kudus. Dalam arti perbuatan kedua baptisan itu sangat berbeda tetapi rupanya mempunyai kesamaan pengertian dalam makna. Keduanya, bermakna “tenggelam kedalam” Tuhan Yesus Kristus (Roma 6:3-5) dan tenggelam kedalam pribadi Roh Kudus yang menyebabkan Kristus hidup dalam diri orang percaya (1 Yohanes 3:24). Materi air yang dipakai sebagai simbol didalam empat injil untuk tenggelam atau menyatu total, rupanya kata ini juga yang relevan untuk dipakai menerangkan untuk mengalami pengalaman Roh Kudus yang akan datang.
Melihat hubungan istilah tersebut diatas yaitu: Lukas 3:16, Kisah Para Rasul 1:5, keduanya memakai istilah “Baptis”, Kisah Para Rasul 2:4, Kisah Para Rasul 9:17, memakai istilah “penuh”, Kisah Para Rasul 10:44, Kisah Para Rasul 19:6, keduanya memakai istilah “turunlah”. Kita harus mengingat bahwa Roh Kudus adalah satu oknum sehingga setiap istilah merupakan satu aspek dari satu pengalaman. Satu istilah tidak akan mampu menjangkau pengertian menyeluruh dari pengalaman itu.
Stanley M. Horton, dalam bukunya “Oknum Roh Kudus”, menulis : “Penting juga untuk mengingat bahwa baptisan Roh Kudus berarti terbenam dalam hubungan dengan oknum ilahi, bukan terbenam kedalam satu cairan atau satu pengaruh. Hubungan ini dapat bertumbuh dan meluas. Jadi, baptisan air menyangkut tindakan ketaatan iman yang nyata dari pihak kita. Tetapi peristiwa yang terjadi pada hari Pantekosta bukan hanya disebut baptisan, sebab banyak istilah lain yang dapat digunakan. Karena Roh Kudus adalah oknum, baptisan hanyalah dapat menggambarkan satu aspek dari pengalaman itu. Sama seperti Gereja Tuhan digambarkan sebagai mempelai perempuan, tubuh Kristus, kebun anggur dstnya. Benarkah itu satu baptisan, tetapi Alkitab juga menerangkan bahwa itu adalah juga suatu pemenuhan. Selanjutnya, beliau menambahkan itu adalah pengalaman pencurahan Roh Kudus keatas mereka”.
Suatu pengalaman, dalam satu diskusi Alkitab tentang baptis dan kepenuhan Roh Kudus. Kebetulan seorang pembicara menampilkan pendapat tentang bahwa Baptis Roh Kudus adalah berbeda dengan kepenuhan Roh Kudus. Dengan bersemangat beliau menekankan bahwa kualitas baptis melebihi kualitas dipenuhkan. Tiba-tiba seorang bertanya bahwa kalau si pembicara sudah mengalami baptis atau baru dipenuhkan. Sang pembicara sungguh tidak mampu mengidentifikasi dirinya dalam pengalaman yang mana diantara baptis atau kepenuhan.
John R.W. Stott, dalam bukunya, “Baptisan dan Kepenuhan”, menulis ; “Apa yang terjadi pada hari Pantekosta ialah bahwa Yesus “mencurahkan Roh dari Sorga dan dengan demikian membaptis dengan Roh, pertama-tama 120 orang dan kemudian 3000 orang. Buah baptisan ialah bahwa “penuhlah” mereka dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2:4). Jadi kepenuhan Roh Kudus adalah akibat baptsian Roh Kudus. Baptisan itulah yang Yesus perbuat, yaitu mencurahkan Roh dari Sorga. Kepenuhan itulah apa yang mereka terima”.
Selanjutnya, John R.W. Stott, berkata bahwa baptisan itu tidak dapat hilang tapi pemenuhan dapat diulangi. Jika dipertahankan akan hilang, jika hilang berarti dapat ditemukan kembali.
Jadi, menurut pemahaman John R.W. Stott, baptisan itu tidak dapat hilang, tetapi kepenuhan itu dapat hilang. Jadi, menurut teologi ini diketahui begitu banyak pengikutnya (diantara Gereja Metodist Amerika, sebagian besar Persekutuan Injili Indonesia), bahwa “baptisan Roh Kudus” permanen dan itu jelas menurut faham, karena baptisan adalah tindakan Yesus “mencurahkan” dari Sorga. Memang sejak hari Pantekosta, Roh Kudus telah dicurahkan menjadikan Gereja menjadi tubuh Kristus. Roh Kudus itu tetap ada pada GerejaNya sampai kedatangan Tuhan kedua kali. Jadi, pengalaman setiap orang percaya dimana Roh Kudus masuk kedalam dirinya menurut R.W. Stott, itu adalah “kepenuhan”.
Billy Graham, dalam bukunya Roh Kudus, menulis (mengutip pendapat DR. Graham Scroggic). “Yang jelas ialah bahwa baptisan Roh Kudus itu adalah menyangkut dengan status kita di hadapan Allah, bukan keadaan subyektif masa kini, dengan posisi kita dan bukan pengalaman kita. Artinya, baptisan Roh Kudus adalah perobahan posisi dari tidak percaya ke posisi orang percaya. Karena selanjutnya, Billy Graham pribadi berpendapat bahwa baptisan Roh Kudus adalah dibaptis kedalam tubuh Kristus oleh Roh pada waktu bertobat.
Jelaslah, Billy Graham juga membedakan tentang baptisan Roh dan kepenuhan Roh Kudus. Baptisan yaitu tatkala kita percaya sebab memang tidak ada orang mampu percaya kalau bukan pekerjaan Roh Kudus (1 Korintus 12:3). Rupanya itulah yang dimaksudkan dalam Efesus 1:13, bahwa kamu telah dimeteraikan oleh Roh ketika percaya. Ibarat kita berada didalam air pada satu kolam renang. Air telah menyelimuti kita tetapi air tidak berada dalam diri kita. Gereja sekarang berada di zaman Roh Kudus secara lembaga (Tubuh Kristus). Air dalam kolam renang diatas itu adalah Roh Kudus dan Gereja berada didalamNya, namun air itu atau Roh Kudus belum berada dalam diri orang tersebut. Bila air masuk kedalam tubuh orang itu inilah yang dimaksud Billy Graham dengan Kepenuhan Roh Kudus.
Selanjutnya; R.W. Stott, menulis bahwa maksud “dipenuhkan” karena Allah menghendaki orang percaya supaya terjun kedalam pelayanan atau Allah menyiapkan suatu tugas atau misi khusus kepada orang percaya. Bagi kami, bahwa kepenuhan adalah kehendak Bapa untuk semua orang percaya supaya kita boleh menikmati semua perjanjian kemuliaan Allah begitu juga untuk dapat mampu melayani Dia. Roh Kudus adalah satu kuasa yag melengkapi kita dengan kuasa untuk melayani.
Kontekstual teologi terhadap pemahaman Baptis dan kepenuhan Roh Kudus masa kini ternyata telah berbeda dengan penguraian kedua teolog diatas. Kata baptis dan dipenuhkan oleh Roh Kudus telah mengarah kepada pengertian satu pengalaman langsung yaitu mengalami pengalaman didiami oleh Roh Kudus dan manifestasi kuasaNya (Kisah Para Rasul 1:8).
Ariel Edvardsen dalam bukunya. Baptisan dan Karunia Roh Kudus, menulis: “ada banyak nama untuk pengalaman indah dengan Roh Kudus yang diperuntukkan bagi semua orang Kristen yang telah dikuduskan oleh darah Kristus. Tetapi semua sebutan yang berdasarkan Alkitab itu berbicara tentang pengalaman yang sama yaitu pengalaman “Pantekosta” yang lebih dikenal dengan baptisan Roh Kudus. Di buku ini kita akan memakai ungkapan dipenuhi atau dibaptis dengan Roh Kudus”.
Ariel Edvardsen jelas tidak membedakan kedua istilah itu. Memang kedua istilah telah diartikan langsung sebagai pengalaman dalam kuasa Roh Kudus. Saya melihat bahwa kata baptis yang diungkapkan Yesus bukan sekedar pencurahan dari Sorga atau pengalaman lahir baru tetapi manifestasi dinamika supaya mengalami kuasa untuk melakukan tugas tubuh Kristus melaksanakan “Amanat AgungNya” (Matius 28:19-20). Berarti menunjuk kepada “dipenuhi Roh Kudus” sesuai ungkapan ayat “dipenuhi” (Kisah Para Rasul 2:4).
Pendapat Pdt. W.W. Patterson, beliau tidak membedakan baptisan Roh Kudus dan dipenuhkan oleh Roh Kudus dari segi pengalaman, karena menurutnya bahwa itu hanya dua istilah yang berbeda namun menunjukkan pengalaman yang sama. Beliau berkata: “tentang kepenuhan Roh, yang dimaksud kata *kepenuhan* disini ialah menaruh (mengisi) sesuatu kedalam sebuah tempat sehingga semua kekosongan yang ada di tempat itu terisi semuanya. Demikian juga pengertian “kepenuhan” Roh Kudus, yaitu: seluruh keberadaan kita diisi dengan Roh Kudus. Sebelum dapat dipenuhkan dengan Roh Kudus tentu saja kita harus mati terhadap dosa dan kejahatan terlebih dahulu. Setelah disucikan oleh darah Anak Domba Allah. Inilah nama kedua untuk dipakai menjelaskan baptisan Roh Kudus. Kisah Para Rasul 2:4, . . . mereka semua “penuh dengan Roh Kudus”, bandingkan dengan Kisah Para Rasul 1:5, dimana pengalaman yang sama disebut dengan “Baptisan Roh Kudus”.
Jadi Pdt. W.W. Patterson juga menganggap bahwa kepenuhan Roh Kudus dapat juga dikatakan dibaptis dengan Roh Kudus dengan membandingkan kedua ayat Firman Allah diatas.
Saya sangat tertarik dengan uraian Stanley M. Horton dalam Oknum Roh Kudus, beliau mengatakan, “Tetapi peristiwa yang terjadi pada hari Pantekosta bukan hanya disebut baptisan”. Banyak istilah lain yang digunakan, karena Roh Kudus adalah Oknum, baptisan hanya dapat menggambarkan satu aspek dari pengalaman itu.” . . . Benarlah, itu suatu baptisan, tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa itu suatu “pemenuhan”. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus.
Kita telah menemukan tiga hamba Tuhan yang besar pada abad ini, kesemuanya berpendapat bahwa kedua istilah Baptisan dan kepenuhan menunjuk pengalaman yang sama. Istilah baptisan dan kepenuhan mempunyai arti yang sama, keduanya terjadi dalam Kisah Para Rasul pasal 2. Sudah tentu begitu banyak lagi hamba Tuhan, para Teolog berpendapat demikian tidak perlu untuk memenuhkan buku ini.
Kita datang pada kesimpulan tentang Baptisan dan Kepenuhan Roh Kudus, jelaslah diatas ada banyak istilah yang berbeda tentang baptisan Roh Kudus dan dipenuhkan Roh Kudus. Tetapi yang pasti ketika Yesus berjanji tentang baptisan Roh Kudus, bahwa Yesus bermaksud harus mengalami pengalaman dibaptis atau dipenuhkan dengan Roh Kudus.
Kembali kepada uraian diatas, bahwa semua janji sebelum pencurahan Roh Kudus memakai istilah “dibaptis” (Lukas 3:16), Kisa Para Rasul 1:5). Ketika nubuatan janji itu digenapkan maka istilah berikut dipakai, yaitu : Kisah Para Rasul 2:4, memakai kata “dipenuhi”, Kisah Para Rasul 9:17, memakai kata “penuh”, Kisah Para Rasul 10:44, memakai kata “turunlah”, dan dalam Kisah Para Rasul 19:6, memakai kata “turunlah”, kesemuanya menunjuk pengalaman “kepenuhan” oleh Roh Kudus. Perjanjian Baptisan ternyata digenapkan dengan Pemenuhan. Kita datang kepada kesimpulan bahwa kedua istilah itu menunjuk kepada aspek yang sama bahwa Baptisan Roh Kudus juga dikatakan dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Kanonisasi Istilah Baptisan dan Kepenuhan Pemakaian istilah “baptisan Roh Kudus” tidak dapat dipisahkan dengan istilah “baptisan air”. Maksud kami menguraikan “kanonisasi” istilah baptis adalah untuk menolong meng-sinkronisasi dengan istilah “dipenuhkan”, kalau tidak demikian yaitu dengan memahami latar belakang lahirnya satu istilah dalam konteks yang tengah berlaku, maka sulitlah bagi kita dan menemukan kekeliruan karena tenggelam dalam sekedar menafsir maksud satu istilah yang dipergunakan dalam firman Allah. Kita harus menyadari bahwa Firman Allah itu adalah kudus dan tak tergugat. Problematiknya firman yang oleh Roh Kudus harus melalui filter komunikasi dengan bahasa manusia. Disinilah pentingnya klarifikasi satu istilah dalam firman Allah. Setiap kebenaran yang diungkapkan tidak terlepas dari masalah kontekstual sebagai konsep pembanding. Demikian juga berlaku pengungkapan maksud Allah sejak zaman Perjanjian Lama sampai penulisan Perjanjian Baru, juga tidak terlepas dengan kontekstual budaya yang berlaku pada waktu itu. Contoh: Yesus mengumpamakan kesulitan orang kaya masuk Kerajaan Sorga, lebih gampang seekor unta untuk masuk ke lubang jarum. Di Yerusalem apabila pintu gerbang kota telah ditutup maka semuanya harus melalui satu pintu kecil yang juga dikenal sebagai lubang jarum. Memang seekor unta akan sangat sulit untuk dapat masuk ke kota melalui lubang jarum tersebut. Karena pintu itu tidak cukup besar untuk seekor unta. Begitu banyak kontekstual lainnya lagi.
Istilah baptisan ini pertama kali dipakai oleh Yohanes pembaptis justru pada saat dia sedang mengerjakan pekerjaan membaptis orang dengan air di Sungai Yordan. Yohanes membaptis dengan cara memasukkan seluruh tubuh orang tersebut kedalam air. Sehingga air membungkus orang yang dibaptis secara total, kemanusiaan tidak tampak lagi. Berarti, memberi diri sepenuhnya kepada siapa dia dibaptis. Tenggelam kedalam air berarti tenggelam kepada siapa kita dibaptis. Perhatikan dalam Roma 6:3-6, bahwa dibaptis kedalam Kristus berarti kita tenggelam kedalam pribadi Yesus Kristus dan secara total orang percaya menjadi satu dengan Dia yaitu Yesus Kepala Gereja, kita menjadi tubuhNya. Bukankah tubuh itu merupakan satu kesatuan dari kepala dan tidak dapat dipisahkan.
Roma 6:3-6. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua telah dibaptis kedalam Kristus telah dibaptis dalam kematianNya?. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikianlah juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan kebangkitanNya”.
Ciri dan makna yang sama itulah menjadi sebabnya bahwa janji Roh Kudus yang akan datang oleh Yohanes pembaptis langsung memakai istilah “baptisan”. Karena memang baptisan Roh dan baptisan Air mempunyai makna yang sama dengan obyek yang berbeda. Yang pertama memakai percontohan tenggelam dalam air perlambangan tenggelam kedalam pribadi Kristus, sedang yang kedua, bermakna tenggelam dalam kemuliaan oknum Roh Kudus dan segala kekayaan kemuliaan manifestasinya.
Matius 3:11.Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku . . . Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api”.
Mari kita melihat sinkronisasi baptisan Air dan baptisan Roh Kudus :
1. Ketika Yohanes pembaptis sedang membaptis, ia melihat satu kebenaran yang lebih besar mirip dengan baptisan air yang harus dialami orang percaya. Yaitu, tentang baptisan Roh Kudus yang akan dikerjakan oleh Yesus sebagai Pembaptis dengan Roh (Matius 3:11, Markus 1:7-8, Lukas 3:16, Kisah Para Rasul 1:5).
2. Pengalaman baptisan Roh Kudus adalah satu pengalaman yang pasti dan nyata. Hal itu sama dengan orang yang mengalami baptisan air, ia tahu pasti bahwa ia sudah mengalami pengalaman yang nyata. Sebagaimana baptisan air itu tenggelam seluruh tubuh kedalam air, demikianlah baptisan Roh Kudus dilihat oleh Yohanes pembaptis bahwa kita tenggelam kedalam oknum ilahi. Bahwa yang tenggelam kedalam air sebagai jalan pertobatan, yang satu tenggelam kedalam ilahi, yaitu Roh Kudus.
3. Sama halnya, dalam baptisan air memerlukan seorang pembaptis, begitu juga Roh Kudus dimana Yesus Kristus adalah sebagai Pembaptisnya. “Dia yang datang kemudian lebih besar dari padaku . . ., Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api”. Penggenapannya, benar disertai dengan lidah-lidah api, telah dilihat jelas oleh Yohanes pembaptis (Lukas 3:16).
4. Baik baptisan air maupun baptisan Roh Kudus, keduanya adalah kehendak Allah yang harus dialami. Baptisan air (Matius 28:19), Markus 16:16). Baptisan Roh Kudus, Yohanes pembaptis mengenal oknum dan pekerjaan Roh Kudus itu.
Aku melihat Roh Kudus turun dari langit seperti merpati dan Ia tinggal diatasNya (Yohanes 1:32), Roh Kudus adalah oknum Allah yang kedalamNya, orang percaya harus dibaptiskan dan mengalami kepenuhan ilahi.
Dengan persamaan tersebut diatas, demikian pula mempunyai persamaan makna sesuai dengan konteks waktu maka untuk mengalami penyatuan dengan Roh Kudus sebagai janji besar yang akan datang, maka Yohanes pembaptis dengan jitu memaki istilah “baptisan”.
Sesungguhnya, sejak hari Pantekosta bahwa kuasa itu telah ada dan tinggal di dalam tubuh orang percaya. Dia atau Roh Kudus tidak lagi tinggal di luar tetapi di dalam tubuh orang percaya. Dalam kehidupan kita mengalami dinamika yang digerakkan oleh Roh Kudus di dalam hati kita. Karena itu istilah baptisan jangan lagi dipolemikkan dengan istilah dipenuhkan, keduanya mengandung arti yang sama, yaitu pengalaman Roh Kudus dalam hidup orang percaya di dalam GerejaNya.
Roh Kudus Tinggal Dalam Diri Manusia Pada hari Pentekosta Roh Kudus dicurahkan dari Sorga dan murid-murid mengalami kepenuhan Roh Kudus. Perlu direnungkan bahwa kata baptis oleh Roh yang dijanjikan Yesus Kristus sebelum naik ke Sorga lebih berbicara makna yaitu, pengertian yang mendalam arti satu kepenuhan (telah dijelaskan). Karena, seluruh penggenapan dari janji baptis oleh Roh Kudus tersebut ternyata tidak lagi memakai istilah “baptis”, lebih menunjuk kepada manusia sebagai “bejana” untuk diisi sampai penuh. Manusia menjadi tempat kediaman Roh Kudus dimuka bumi. Karena itu apabila dihubungkan bahwa manusia sebagai rumah kediamanNya (bejana), kelihatannya istilah “dipenuhkan” lebih tepat sangat relevansi. Perhatikan :
1. Zaman Gereja, Roh Kudus tidak bertempat diluar tubuh orang percaya. Dia datang dan bertempat tinggal dalam diri orang percaya. Roh Kudus menjadikan tubuh orang percaya menjadi rumah kediamanNya, menjadikan Bait Allah (1 Korintus 3:13). Tentu sangat relevansi untuk kita mengundang, masuklah dan “penuhilah”.
2. Roh itu bersaksi bersama-sama roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:14-16). Dan karena kamu adalah anak maka Allah telah menyuruh Roh anakNya ke dalam hati kita, yang berseru “Ya Abba, Ya Bapa” (Galatia 4:6). Sejak hari Pantekosta Roh Kudus telah turun ke muka bumi dan membaptis GerejaNya, orang percaya harus mengundang Dia masuk ke dalam diri orang percaya dan bertempat tinggal di dalam hati kita.
3. “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaanNya menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya di dalam batinmu”. (Efesus 3:16). “Memeteraikan tanda MilikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan bagi kita . (II Korintus 1:22).
4. Barangsiapa menuruti segala perintahNya, ia diam didalam Allah dan Allah didalam dia. Dan dengan demikian kita ketahui bahwa Allah ada didalam hati kita, yaitu Roh yang telah dikaruniakan kepada kita (1 Yohanes 3:24).
5. ” . . .Sebab Roh didalam kamu lebih besar dari roh yang ada didalam dunia”, (1 Yohanes 4:4).
Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pantekosta dan membaptis dan memenuhi orang percaya menjadikan orang percaya menjadi tempat kediamanNya, sekaligus menjadikan tubuh kita baitNya. Dia ingin memerintahkan dan berdaulat didalamNya. Itulah sebabnya, pada Kisah Para Rasul 2:4, “maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus.” Baptisan Roh Kudus tidak usah dibedakan lagi dengan kepenuhan, bila itu menunjuk pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang percaya. Stanley M. Horton berkata bahwa benar itu merupakan baptisan tetapi juga kepenuhan Roh Kudus. Dua istilah berbeda tetapi menunjuk pengalaman yang sama, yaitu masuknya Roh Kudus dalam diri orang percaya.
Percaya Tidak Identik Dengan Dipenuhkan Roh Kudus Pada saat kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, belum berarti bahwa kita sudah dipenuhkan oleh Roh Kudus. Memang banyak Gereja mendasarkan doktrin kepenuhan Roh Kudusnya pada ajaran yang sangat klasik bahwa pada saat menjadi orang percaya bahwa orang percaya telah dipenuhkan oleh Roh Kudus. Ajaran tersebut begitu banyak pengikutnya karena kelihatannya begitu mudah dan sederhana kita percaya berarti telah dipenuhkan oleh Roh Kudus. Tanpa mempedulikan tanda-tanda rohani yang sangat dibutuhkan sebagai satu bukti terjadinya pengalaman kepenuhan. Ajaran ini menjadikan Gereja mengalami pekerjaan Roh Kudus yang fiktif dan Gereja tenggelam kedalam rutinitas dan lesu kehilangan kegairahan, semangat dan sukacita dan yang paling mengerikan Gereja mengalami kemiskinan rohani. Dasar doktrin bertitik tolak pada Efesus 1:13-14 : “Didalam Dia kamu juga karena kamu juga telah mendengar Firman kebenaran, yaitu injil keselamatan didalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya *dimeteraikan* dengan Roh Kudus yang dijanjikan itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milikNya”.
Dimeteraikan dengan Roh adalah tidak sama pengertiannya dengan dipenhkan oleh Roh. Dimeteraikan atau “sealed” (Inggris), Sphragizo (Yunani), meterai adalah lambang pengesahan. Pada zaman Perjanjian Lama bahwa semua keputusan oleh raja harus dimeterai dengan cincin raja. Berarti satu pengesahan sudah dilakukan raja dan keputusan itu harus dikerjakan (Esther 8:8, 1 Raja-raja 21:8).
Ketika Yesus mati dan dikuburkan maka kubur itu dimeterai sebagai tanda telah sempurna tertutup (Matius 27:66). Kata “Sphragizo” (Yunani) berarti meneguhkan dan memastikan. Begitu pula semua surat berharga di negara kita Indonesia, harus tertulis diatas kertas bermeterai, sebagai kekuatan peneguhan dan pengesahan hukum dan resmi berlaku.
“Meterai dengan Roh” adalah suatu pengesahan keyakinan keselamatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Billy Graham dalam bukunya Roh Kudus bahwa berkenan dengan dimeteraikannya oleh Roh Kudus. Paulus mempunyai dua pokok pikiran, pertama, berkenan dengan keamanan, kedua berkenan dengan hak milik.
Dalam Perjanjian Lama, raja membubuhkan cincinnya sebagai tanda atau meterainya, supaya surat itu tidak ada seorangpun yang dapat merobah atau membatalkannya. Pada zama dahulu, bila terjadi persetujuan jual-beli, maka surat itu dimeteraikan oleh pembeli. Suatu tanda bahwa jual-beli telah resmi terjadi dan barang itu menjadi hak milik pembeli.
“Dimeteraikan oleh Roh”, pengesahan keyakinan keselamatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang menginsyafkan dunia akan dosa. Tidak seorangpun yang dapat mengaku Yesus sebagai Tuhan kalau bukan oleh Roh Kudus (1 Korintus 12:3). Roh Kuduslah yang memeteraikan keselamatan kita. Tak seorangpun mampu mengenal Yesus Kristus apabila tidak dibimbing oleh Roh Kudus (1 Korintus 2:10-11).
Dimeteraikan oleh Roh tatkala kita menjadi percaya adalah satu pengalaman kelahiran baru pada saat kita menjadi percaya dan bertobat. Roh Allah mengurapi Firman Allah dan mampu menyentuh hati kita dan oleh Roh Kudus itulah melalui mendengar Firman Allah manusia mengalami kelahiran baru. “Kelahiran baru” dialami pada mula pertama mendengar firman dan oleh Roh Kudus kita dimampukan untuk bertobat (1 Petrus 1:23). Tidak ada orang yang mampu percaya dan bertobat kalau bukan hasil keyakinan Roh Kudus.
Rasul Paulus pada mula pertama “dimeteraikan oleh Roh Kudus”, yaitu pada perjalanan ke Damsyik. Allah memanggil dia dan oleh Roh Kudus dia bertobat dan percaya. Rasul Paulus telah percaya ketika jumpa Yesus dalam perjalanan ke Damsyik dan disitulah dia lahir baru mengalami “Meterai Roh”. Kemudian oleh palayanan Ananias, Paulus dipenuhkan oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 9:17).
Jelaslah bahwa Paulus mengalami dua kali momentum Roh Kudus yaitu, pertama, ditengah perjalanan ke Damsyik, dia dipanggil Tuhan, ketemu Tuhan dan Paulus bertobat ditengah jalan. Pada waktu itu dia lahir baru oleh Roh Kudus, melalui Firman Allah yang langsung berseru memanggil namanya, pada saat itulah dia mengalami “dimeteraikan oleh Roh”, sebagai milik Allah dan dipakai melayani pekerjaanNya. Kedua, di kota Damsyik, Tuhan menyuruh Ananias untuk melayani Paulus dan dalam pelayanan tersebut Paulus dipenuhkan oleh Roh Kudus (Kisah Para Rasul 9:17).
Contoh lain lagi, Kisah Para Rasul 19:1-2. Sekelompok murid mengaku bahwa mereka belum menerima kepenuhan Roh Kudus pada saat mereka percaya. Sekelompok murid-murid tersebut baru mengalami kelahiran baru atau dimeterai oleh Roh tatkala mereka percaya. Apabila tatkala percaya telah “dimeteraikan oleh Roh” dalam arti sama dengan telah dipenuhkan oleh Roh Kudus, sudah tentu murid-murid tersebut tidak memerlukan lagi dipenuhkan dengan Roh Kudus. Tapi jelas mereka menjawab mereka belum dipenuhkan bahkan belum pernah mendengar adanya Roh Kudus. Atas pelayanan Paulus maka mereka semua dipenuhkan oleh Roh Kudus. Karena itu, semua orang percaya harus mengalami “dipenuhkan atau dibaptiskan oleh Roh Kudus”. Begitu percaya bukanlah berarti telah dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Apabila kita baru mengalami pengalaman lahir baru kita telah merasa persekot keselamatan oleh Roh Kudus dilimpahkan kepada kita. Marilah kita lebih merenungkan keselamatan apa yang akan terjadi apabila Roh Kudus sepenuhnya telah mengendalikan GerejaNya. Dan itu tidak akan pernah terjadi, terkecuali kita membuka diri mengalami kepenuhan Roh Kudus.
Kelahiran baru pada saat percaya adalah satu perobahan posisi dari manusia daging yang berdosa dilahirkan oleh Roh menjadi manusia rohani masuk dalam keluarga Allah menjadi anggota tubuh Kristus (II Korintus 5:17). Namun dipenuhkan oleh Roh Kudus berarti Allah telah bertempat tinggal dalam diri kita dan kita akan segera berlayar mengarungi dan mengalami semua janji-janji ilahi yang luar biasa sampai akhirnya Roh Kudus membawa kita sebagai jemaat yang tidak bercacat dan bercela, limpah dengan semua marifat hikmat dan mengalami kepenuhan Kristus (Efesus 4:13, Filipi 1:9-10).
Kapankah Orang Percaya Dipenuhkan oleh Roh Kudus
Pada saat orang menjadi percaya “dimeteraikan oleh Roh Kudus” (Efesus 1:13), yaitu oleh Roh Kudus dia dilahirkan baru dan menjadi anggota tubuh Kristus, bukan lagi orang asing tetapi telah menjadi keluarga Allah (Efesus 2:19). Pengalaman itu bukan kepenuhan Roh Kudus, bila hendak lebih masuk dalam kemuliaan harus memberi diri dipenuhkan atau dibaptis oleh Roh Kudus. Contoh-contoh telah diketengahkan pada tulisan sebelumnya. Terlalu banyak orang Kristen hanya berhenti pada pengalaman lahir baru. Sesuai firmanNya kita harus mengizinkan tubuh kita menjadi tempat kediamanNya supaya semua otoritas Roh kudus mampu dimanifestasikan melalui kehidupan orang percaya.
Paulus telah bertemu Yesus ditengah jalan menuju ke Damsyik, tetapi dia belum dipenuhkan oleh Roh Kudus pada saat dia bertobat. Tuhan merencanakan menjadikan Paulus menjadi alat yang melebarkan kerajaanNya, karena itu Paulus harus dipenuhkan oleh Roh Kudus. Dan melalui pelayanan Ananias, Paulus dapat melihat dan sekaligus “penuh” dengan Roh Kudus. Terjadi pula di Efesus, bahwa murid-murid disana telah lama percaya tetapi belum penuh dengan Roh Kudus dan melalui palayanan Paulus mereka semua dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Apabila seandainya setiap orang tatkala percaya pada waktu itu sesuai firman memang benar telah dipenuhkan, jelaslah sudah tentu tidak akan pernah ada pertanyaan dari rasul kepada mereka, “sudahkah engaku penuh Roh Kudus tatkala engkau percaya?”, tidak akan pernah ada sebab tidak relevansi. Baca Kisah Para Rasul 19:1-3.
Beberapa contoh dari hal orang-orang besar Gereja yang menjadi besar setelah mengalami kepenuhan Roh Kudus seketika pelayanan mereka berubah :
Charles G. Finney, pendiri Gereja Methodis, Gereja yang terbesar pengikutnya di Amerika Serikat, menyaksikan : “I received mighty babptism of the Holy Ghost. Without any expectation of it, without ever having the thought in my mind that there was any such thing for me. Without any recollection that I have ever hear that thing mention on me in a mannger that seemed to go through me, body and soul. I could feel the impression like a wave of electricity, going through and through me.” (Harold Lindsell – The Holy Spirit in the latter days).
Siapapun pasti mengenal nama besar Charles Finney, bapak Gereja Methodis di Amerika Serikat, dia menjadi berhasil sebab dipenuhkan oleh Roh Kudus. Billy Graham, penginjil besar abad ini adalah anggota Gereja Methodis di Amerika Serikat. Charles Finney mengalami baptisan Roh Kudus setelah cukup lama menjadi penginjil. Setelah pengalaman baptisan Roh Kudus yang dia alami maka pelayanannya mendapat kekuatan berlipat kali ganda. Sebab yang empunya otoritas manifestasi Roh Kudus telah berada dalam kehidupannya.
Dwight L. Moody, penginjil terbesar awal abad ini di Amerika Serikat, dalam kesaksian dia merasa bahwa dia telah berhasil dalam pelayanan. Sebagai gembala dia memperhatikan selalu ada dua ibu tua anggota jemaat yang setiap ibadah selalu melimpah dengan doa kepada Tuhan. Akhirnya, Pdt. D.L. Moody bertanya kepada kedua ibu tadi bahwa apa yang mereka doakan dan D.L. Moody sangat terkejut mendapat jawaban mereka bahwa supaya Pdt. D.L. Moody dipenuhkan oleh Roh Kudus untuk melipat-gandakan kuasa pelayanan. D.L. Moody sangat terkejut dan menyadari kekurangannya bahwa ternyata dia belum dipenuhkan oleh Roh Kudus. “My heart was not in the work of begging, I could not appeal, I was crying all the time that God would fill me with His Spirit. Well, one day, in the city of New York, oh what a day, I cannot describe it. It almost too sacred an experience to a name. Paul had an experience of which he never spoke for fourteen years, I can only say that God revealed Himself to me.” (Ibid. Hal. 134).
D.L. Moody dipenuhkan oleh Roh Kudus ketika dia berada di New York dan sejak itu pelayanannya menjadi berlipat ganda, dalam waktu yang singkat ribuan orang bertobat dibawah pelayanannya. D.L. Moody memandang hari kepenuhannya seperti hari yang sangat sakral.
Kesaksian-kesaksian di atas sengaja ditampilkan bahwa penginjil besar tersebut di atas juga belum penuh Roh Kudus ketika mereka percaya. Bahkan telah menjadi pendeta sekian lama barulah mengalami kepenuhan Roh Kudus.
Tuhan Yesus berkata : “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Sorga. Ia akan memberi Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya. (Lukas 11:13).
Anugrah baptisan Roh Kudus hanyalah kepada mereka yang merindukan dan meminta kepada Allah. Patut dicamkan bahwa Roh Kudus itu adalah Oknum, Dia memiliki kehendak dan perasaan, sehingga Dia dapat didukacitakan.
Tuhan Yesus berkata : “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Sorga. Ia akan memberi Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya. (Lukas 11:13).
Anugrah baptisan Roh Kudus hanyalah kepada mereka yang merindukan dan meminta kepada Allah. Patut dicamkan bahwa Roh Kudus itu adalah Oknum, Dia memiliki kehendak dan perasaan, sehingga Dia dapat didukacitakan.
Basilea Schlink, dalam “Hidup yang dikuasai Roh”, menulis satu kenyataan bahwa mereka yang telah percaya kepada Yesus tidak dengan otomatis menerima Roh Kudus. Itu jelas menunjukkan bahwa pengalaman kepenuhan Roh Kudus tidak perlu diberikan dengan segera, meskipun pertobatan itu sendiri dikerjakan oleh Roh Kudus. Demikian juga dengan baptisan air biasanya tidak meliputi pengalaman ini. (Hal.21).
Kita datang kepada kesimpulan tentang kapankah orang percaya dapat dipenuhkan oleh Roh Kudus :
1. Kepenuhan Roh Kudus dapat terjadi segera setelah kita percaya, tergantung sikap kita dalam menyiapkan diri untuk kepenuhan Roh Kudus, juga tergantung kehendak Roh Kudus itu sendiri. (Kisah Para Rasul 10:44-48, Kisah Para Rasul 9:17).
2. Dapat pula terjadi dalam waktu relatif lama sejak kita percaya. Dipenuhkan Roh Kudus menyangkut dua pribadi, yaitu, orang percaya yang menerima dan Roh Kudus yang membaptis.
Tentang kapankah kita dipenuhi oleh Roh Kudus juga diingat keterkaitan dengan dua hal utama, yaitu bagaimana prasyarat kesediaan hati kita untuk melengkapi diri dengan seluruh kehendak Firman Allah untuk dipenuhkan Roh Kudus. Begitu pula jangan lupa bahwa Roh Kudus adalah satu Oknum yang mempunyai perasaan dan kehendak. Sikap pribadi dan mengerti serta percaya kehendak Firman tersebut sangat menentukan untuk dapat dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Sikap Rohani Sebagai Syarat Supaya Dipenuhkan atau Dibaptis oleh Roh Kudus
Roh Kudus bukan sekedar anugrah dari Allah tetapi Dia adalah Oknum Allah sendiri. Bagaimana sikap kita seandainya Allah mewujudkan diri dan datang kepada kita. Sudah tentu kita akan menyambut Dia dengan sikap yang sangat berbeda. Karena Dia datang dengan mengambil wujud manusia. Kita pasti akan menyanjung dan memuja Dia. Kita akan berusaha menyenangkan Dia.
Contoh di atas hanya satu perbandingan bagaimana sebagian besar umat Kristen telah lalai menyambut Roh Kudus sebagai satu Oknum. Kita hanya menyukai kuasaNya, pemberianNya lebih dari Oknum itu sendiri. Menjadi kunci rahasia kehadiranNya harus menyambut Dia sabagai satu Pribadi. Gereja harus menempatkan Oknumnya melebihi karunia dan pekerjaanNya. Kita berusaha mengerti kehendakNya, pikiranNya dan perasaanNya, sehingga Ia berkenan. “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:17).
Gereja hanya berdoa, memohon pemberianNya, penjagaanNya, karuniaNya dstnya. Kita selalu melupakan untuk memuja pribadiNya. Padahal kunci kemuliaanNya terletak kepada bagaimana kita menyenangkan pribadiNya. Ketika Martha dan Maria dikunjungi oleh TuhanYesus terjadilah bahwa Yesus lebih menghargai Maria lebih daripada Martha. Sebabnya, Maria lebih memperhatikan Pribadi Yesus dengan duduk di kakiNya mendengar perkataan-perkataanNya. Yesus menegur Martha dengan berkata bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik (Lukas 10:38-42). Begitulah sikap yang positif untuk dapat mengambil hati pribadi Roh Kudus, sehingga kerinduan orang percaya untuk dipenuhkan tidak relatif terlalu lama. Selanjutnya, beberapa syarat rohani kami tampilkan supaya atau menjadi syarat dipenuhkan oleh Roh Kudus.
1. Merasa Berdahaga.
Sebagaimana seorang yang dahaga dan sangat membutuhkan air untuk diminum. Sikap ini adalah sikap bahwa sangat membutuhkan air untuk diminum. Roh Kudus tidak akan memenuhi apabila kita tidak mempunyai perasaan kebutuhan. Apabila kita membutuhkan sesuatu pasti kita akan berusaha. Dan Roh Kudus mengerti kebutuhan kita. “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum. Barangsiapa percaya seperti yang dikatakan Alkitab, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air yang hidup”. (Yohanes 7:37-38).
2. Memuliakan Dia.
Sebagai Oknum Allah, Roh Kudus mempunayai karakter sama seperti Bapa dan Yesus Kristus. Kita harus hadapi Roh Kudus sebagaimana Dia pribadi adanya. Muliakan Dia, serta menghormati dan menyembah kepadaNya. Ingat ! Sebagai Oknum Allah Dia memiliki intelek, kehendak dan perasaan. Ketika ciri yang ada kepadaNya menjadikan Dia satu Pribadi yang harus dimengerti. Kita harus berusaha menyentuh PribadiNya karena Dialah yang mempunyai otoritas didalam kehendakNya untuk memenuhi seseorang atau tidak. Kehidupan yang banyak pujian, ucapan syukur dan doa bisa menyentuh hatiNya. Kalau Firman Allah berkata bahwa jangan dukakan Roh Kudus, itu berarti bahwa menyenangkan pribadi Roh Kudus sebagai syarat untuk Dia mengasihi kita. Masuklah dalam satu kehidupan yang melimpah dengan pujian, ucapan syukur yang menyenangkan Dia (Efesus 4:30, Ibrani 13:15). Berdoalah selalu untuk meminta kepadaNya (Lukas 11:13).
3. Bertekun dan Bersehati.
Para rasul berkumpul dikamar loteng Yerusalem, mereka bertekun dan bersehati menantikan janji Bapa. Sikap bertekun dan bersehati adalah sikap yang menyenangkan Allah dan diperintahkanNya harus dilakukan. Maksud ayat untuk bertekun dan bersehati (Kisah Para Rasul 1:4), mengandung pengertian :
Kesetiaan beribadah, kerinduan untuk dipenuhkan harus disertai fakta kecintaan mendengar Firman Allah. Mereka berkumpul sebagaimana kehendakNya juga untuk mendengar Firman Allah. Sebab melalui mendengar FirmanNya terbitlah iman. Iman menjadi kunci utama juga untuk dapat dipenuhkan oleh Roh Kudus. Tuhan tidak menghendaki orang percaya untuk meninggalkan ibadah. Bila kita berkumpul untuk berbakti kepadaNya untuk berbakti itu menarik hadiratNya (Ibrani 10:25). Dimana orang percaya bersehati Yesus didalam Roh Kudus berada ditengah-tengah mereka.
Kesetiaan beribadah, kerinduan untuk dipenuhkan harus disertai fakta kecintaan mendengar Firman Allah. Mereka berkumpul sebagaimana kehendakNya juga untuk mendengar Firman Allah. Sebab melalui mendengar FirmanNya terbitlah iman. Iman menjadi kunci utama juga untuk dapat dipenuhkan oleh Roh Kudus. Tuhan tidak menghendaki orang percaya untuk meninggalkan ibadah. Bila kita berkumpul untuk berbakti kepadaNya untuk berbakti itu menarik hadiratNya (Ibrani 10:25). Dimana orang percaya bersehati Yesus didalam Roh Kudus berada ditengah-tengah mereka.
Kesetiaan berkorban, orang percaya tidak hidup bagi dirinya sendiri tetapi bagi Dia yang mati untuk menyelamatkan isi dunia. Apa yang Yesus telah lakukan harus dicontohi oleh orang percaya. Kita harus melakukan kewajiban kita untuk berkorban. Memberi sebagian yang ada pada kita bagi pekerjaan Tuhan. Perbuatan itu bisa menyentuh pribadi Roh Kudus (II Korintus 5:15).
4. Hati yang taat, mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup merupakan wujud dari yang taat.
Allah bukan melihat apa yang kita berikan atau korbankan kepada Dia, tetapi dasar hati sebagai pokok untuk berkorban. Allah mengenal sampai kedalaman hati kita, kepada siapaka Allah akan memberi karunia yang besar itu yaitu rohNya sendiri yaitu kepada semua yang taat kepada Dia (Kisah Para Rasul 5:32). Allah bertempat tinggal di Sorga, tetapi Dia akan tinggal dihati yang hancur (Yesaya 57:15). Ketaatan dan takluk kepada ketentuan-ketentuan firmanNya harus dipenuhi sebelum dipenuhkan oleh Roh Kudus.
5. Memelihara Kekudusan hidup, dipenuhkan oleh Roh Kudus, berarti datangnya Allah bertempat tinggal didalam diri kita.
Dia menjadikan tubuh kita menjadi Bait Allah yaitu tempat kediamanNya. Orang percaya yang telah lahir baru berarti telah disucikan oleh darah Kristus. Kita telah mengalami pengampunan dosa dan didamaikan dengan Allah (Kolose 1:20-21).
Salah satu hakekat Allah yaitu “kekudusan”. Hendaklah kamu kudus sebab Aku kudus adanya. Kekudusan berarti satu kehidupan yang telah dibentuk oleh Allah untuk membenci dosa. Pada saat kita percaya dan lahir baru maka kita telah disucikan dari dosa-dosa kita. Pertahankanlah kesucian itu. Karena itu sebagai satu syarat untuk didiami oleh Allah. Kekudusan Allah adalah syarat untuk dipenuhkan oleh Roh Kudus (1 Petrus 13:16).
Waspada Ajaran Keliru.
Kita harus mengidentifikasi tentang adanya ajaran yang tidak sedikitpun memberi peranan kepada manusia ciptaan menurut “gambar” Allah dalam dinamika keselamatan. Mereka menaruh manusia pihak “kerusakan total” akitbat dosa dan kehilangan kesanggupan total. Ternyata keseluruhan pelajaran tersebut juga tidak memberi peranan kepada manusia yang telah lahir baru yang memiliki kesanggupan rohani setelah percaya (Efesus 1:13), sehingga keselamatan hanya dari pihak Allah semata tanpa melihat apakah manusia percaya itu bertumbuh rohani atau tidak. Ajaran itu kelihatan baik karena melihat Allah adalah segala-galanya. Namun, tidak bisa ditolak ajaran itu menjadikan hakekat manusia hanya seperti robot, tidak mempunyai pertanggung-jawaban sama sekali dalam keselamatan. Peranan Roh Kudus yang mampu menjadikan manusia bersifat rohani bahkan menjadi manusia Allah (1 Timotius 6:11) sehingga harus bertanggung-jawab sangat diabaikan. Keselamatan menurut ajaran ini tidak memperhitungkan kondisi moral. Sekali selamat pasti selamat selamanya.
Kita jangan menempatkan kekudusan atau kesucian sebagai syarat, itu berarti menyalahi bahwa keselamatan hanya oleh kasih karunia Allah, ajaran ini tidak memberi syarat satupun dipihak manusia asal kita percaya termasuk pilihan Allah, kondisi lainnya tidak perlu diperhitungkan. Kita tidak perlu berusaha hidup kudus karena bukan itulah prasyarat Allah. Dengan demikian upaya dan usaha untuk dipenuhkan tidak dibutuhkan secara otomatis dikaruniakan Allah tanpa sedikitpun melihat persiapan rohani orang percaya (Unconditional Election). Karena itu, begitu banyak orang percaya tidak menempatkan ajaran dibaptis Roh Kudus sebagai satu kebutuhan.
Begitu pula ada ajaran lain lagi yang mengajarkan bahwa kita tidak perlu hidup kuuds karena kita tidak sanggup berbuat itu. Justru tugas itu ada pada Roh Kudus, dalam syarat yang tidak kudus mereka menanti Roh Kudus, supaya dapat menuntun mereka kepada kekudusan. Jadi, dalam kehidupan yang tidak kudus mereka menanti Roh Kudus akan datang memenuhi supaya mengkuduskan mereka. Pendapat itu sangat keliru. Manusia telah jatuh ke dalam dosa dan menjadi manusia daging. Itulah sebabnya kita memerlukan kelahiran baru. Pada waktu kita percaya oleh Roh Kudus manusia dilahirkan baru dan disucikan oleh darah Kristus. Tingkat penyucian oleh darah Kristus pada saat percaya dan lahir baru dimensinya sampai kedalam hati nurani. Sebagai syarat untuk bisa beribadah kepadaNya (Ibrani 9:14). Pada waktu kita percaya oleh Roh Kudus dilahirkan baru saat itu dikuduskan oleh darah Yesus Kristus.
Begitu pula ada ajaran lain lagi yang mengajarkan bahwa kita tidak perlu hidup kuuds karena kita tidak sanggup berbuat itu. Justru tugas itu ada pada Roh Kudus, dalam syarat yang tidak kudus mereka menanti Roh Kudus, supaya dapat menuntun mereka kepada kekudusan. Jadi, dalam kehidupan yang tidak kudus mereka menanti Roh Kudus akan datang memenuhi supaya mengkuduskan mereka. Pendapat itu sangat keliru. Manusia telah jatuh ke dalam dosa dan menjadi manusia daging. Itulah sebabnya kita memerlukan kelahiran baru. Pada waktu kita percaya oleh Roh Kudus manusia dilahirkan baru dan disucikan oleh darah Kristus. Tingkat penyucian oleh darah Kristus pada saat percaya dan lahir baru dimensinya sampai kedalam hati nurani. Sebagai syarat untuk bisa beribadah kepadaNya (Ibrani 9:14). Pada waktu kita percaya oleh Roh Kudus dilahirkan baru saat itu dikuduskan oleh darah Yesus Kristus.
Kekudusan yang diperoleh orang percaya pada saat lahir baru yang dikerjakan oleh darah Kristus, menjadikan dibenarkan oleh Allah dan mempunyai kesanggupan untuk memelihara kekudusan itu. Mata rohani telah terbuka dan dapat membedakan yang baik dan jahat. Apabila kita berkata bahwa kita belum kudus pada saat lahir baru berarti kita mengkecilkan kemampuan darah Kristus yang mengkuduskan sampai kedalam hati nurani (Ibrani 9:13-14). Yang kita butuhkan adalah untuk tidak berbuat dosa lagi dan memelihara kondisi kelahiran baru yang telah diperoleh pada saat percaya (II Korintus 5:17). Hanya orang yang telah lahir barulah yang akan dibaptis atau dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Karena itu, kita harus menjaga ajaran yang sehat supaya anugrah baptisan menjadi bagian kita. Kita harus menyucikan kehidupan untuk dipakai oleh Roh Kudus selanjutnya menjadi alat yang ajaib di tangan Tuhan. Dipenuhkan adalah karunia ajaib bagi orang percaya. Bila kita dipenuhkan berarti kita mulai bergerak dalam semua rencana ilahi bagikita dan mulai melihat manifestasi kemuliaan Allah. Saya bisa memberi ilustrasi sebagai berikut, pada saat kita percaya dan lahir baru berarti kita berhasil memasuki pintu gerbang kerajaanNya dan mampu melihat kemuliaan didalam kerajaan itu tetapi hanya terbatas kepada melihat belum mampu merealisasi atau memilikinya. Namun, pada waktu kita dipenuhkan, kita mulai bererak dan mulai menikmati secara nyata satu demi satu apa yang telah kita lihat dari pintu gerbang tadi. Kita menikmati seluruh fasilitas kerjaan itu Alkitab dengan segala perjanjianNya tidak menjadi fatamorgana menjadikan Gereja lelah dan lesu mengetahui perjanjian ilahi tetapi tidak pernah menikmati. Gereja dipenuhkan Roh Kudus akan menikmati semua kemuliaan perjanjian ilahi (Yesaya 61-1-2). “Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh Tuhan sendiri.
Karena itu, kita harus menjaga ajaran yang sehat supaya anugrah baptisan menjadi bagian kita. Kita harus menyucikan kehidupan untuk dipakai oleh Roh Kudus selanjutnya menjadi alat yang ajaib di tangan Tuhan. Dipenuhkan adalah karunia ajaib bagi orang percaya. Bila kita dipenuhkan berarti kita mulai bergerak dalam semua rencana ilahi bagikita dan mulai melihat manifestasi kemuliaan Allah. Saya bisa memberi ilustrasi sebagai berikut, pada saat kita percaya dan lahir baru berarti kita berhasil memasuki pintu gerbang kerajaanNya dan mampu melihat kemuliaan didalam kerajaan itu tetapi hanya terbatas kepada melihat belum mampu merealisasi atau memilikinya. Namun, pada waktu kita dipenuhkan, kita mulai bererak dan mulai menikmati secara nyata satu demi satu apa yang telah kita lihat dari pintu gerbang tadi. Kita menikmati seluruh fasilitas kerjaan itu Alkitab dengan segala perjanjianNya tidak menjadi fatamorgana menjadikan Gereja lelah dan lesu mengetahui perjanjian ilahi tetapi tidak pernah menikmati. Gereja dipenuhkan Roh Kudus akan menikmati semua kemuliaan perjanjian ilahi (Yesaya 61-1-2). “Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh Tuhan sendiri.
Posting Komentar