Up-Date/Terbaru

Tampilkan postingan dengan label Q-7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Q-7. Tampilkan semua postingan
Q-7

Mengapa Al-Quran Tidak Diterjemahkan Seperti Bible?


Ada sebuah program Reality Show di TV Arab temanya “ Al-Quran berbicara tentang dirinya sendiri”. Acara ini justru diselenggarakan di beberapa negara Eropa. Acara ini diawali dengan memperdengarkan Al-Quran kepada orang yang tak pernah mengenal Alquran bahkan mendengarnya sekalipun. hasilnya rata-rata rata mereka mengatakan, “ ini seperti suara dari alam lain, dan cukup menenangkan jiwa. sebagian mengatakan,” walaupun aku tidak tahu maksudnya tapi cukup membuatku damai dan tenang. kebanyakan mereka terkejut setelah di beritahu bahwa yang didengarnya adalah Al-Qur’an.

Hal itu di akui oleh cendikiawan Inggris, Marmaduke Pickhal dalam The Meaning Glorious Qur`an, ia menulis: “Al-Qur`an mempunyai simfoni yang tidak ada taranya sehingga setiap nada-nadanya dapat menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”.
Al-Quran bukanlah syair, bukan puisi bahkan rangkaian, tatabahasanya jauh lebih indah dari keduanya, kita sering kesulitan memahami syair dan puisi, tapi tidak dengan Al-Quran karena begitu mudahnya dipahami.
Bahasa Al-Quran
  1. Singkat dan padat,
  2. Memuaskan para pemikir dan orang awam. Seorang awam akan merasa puas karena memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan keterbatasannya. Akan tetapi, ayat yang sama dapat di pahami dengan luas oleh pilosof atau para pemikir dalam pengertian baru yang tidak terjangkau oleh orang awam
  3. Memuaskan akal dan jiwa
  4. Keidahan dan ketepatan maknanya. Susunan kata dan kalimat Al-Quran muncul dengan susunan yang baik dan indah, mengagumkan karena keserasiaan dan keindahannya, dan keharmonisan susunannya.
  5. Keseimbangan redaksinya
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. 
  • Di antara contohnya Al-Hayaat (hidup) dan Al-Maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
  • Kesimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya. Contohnya yaitu Al-Harts dan Az-zira’ah (membajak/bertani) masing-masing 14 kali
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya. Contohnya Al-Infaq (infaq) dengan Ar-Ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya. Contohnya Al-Israf (pemborosan) dengan As-Sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali dan masih banyak lagi
  1. Ketelitian redaksinya
  2. Ragam Gaya Bahasa Al-Quran: Al-Jadal (perdebatan), Amtsal (perumpamaan), Al-Aqsam (Sumpah), Al-qashash (gaya berkisah)
Bagi orang yang pandai berbahasa arab, lebih mudah memahami alquran dari pada memahami orang arab ketika berbicara. dan dia lebih mudah memahami dan menemukan makna yang dalam di Al-Quran dari pada terjemahannya. Terjemahan Al-Quran bukanlah Al-Quran itu sendiri, dia hanyalah makna terdekat dari Al-Quran, terjemahan bisa direvisi tapi tidak dengan Al-Quran. Ada penjabaran yang lebih luas lagi namanya Tafsir, dan sekali lagi Tafsir bukanlah Al-Quran itu sendiri, dia hanyalah makna penjabaran dari Al-Quran, Tafsir bisa direvisi tapi tidak dengan Al-Quran.

Al-Quran lebih mudah dari pada Terjemahan dan Tafsirnya, bisa kita lihat ada jutaan umat islam yang hafal Al-Quran tidak terjemahannya maupun tafsirnya. bahkan Al-Quran lebih mudah dihafal dari pada menghafal sebuah Novel.

Maka benarlah Allah ﷻ berfirman,

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Allah ﷻ mengulang-ulang kalimat tersebut sebanyak empat kali di dalam kitab-Nya yang mulia. Semuanya kita jumpai dalam surat Al-Qamar. 
Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah benar-benar menjadikan Al-Quran itu mudah untuk dipelajari. Mudah untuk dibaca, dipahami, dihafalkan, dan mudah diamalkan oleh semua kalangan dan umat.
Semoga bermanfaat!




Q-7

Al-Quran, Tentang Fungsinya Terhadap Kitab-Kitab Wahyu Sebelumnya


Di dalam makalah ini terdapat dua unsur pokok yang sangat penting untuk dipahami sebelum melangkah lebih jauh ke pembahasan mengenai fungsi Al-Qur’an terhadap kitab sebelumnya. Kedua unsur tersebut yaitu tentang kitab dan fungsi Al-Qur’an serta hal-hal yang berkaitan dengan keduanya.

I. Kitab-kitab Allah dan Ahlul Kitab
Kata “kitab” atau “buku suci” digunakan dalam Al-Qur’an baik dalam pengertian umum maupun khusus. Dalam pengertian umum, kitab adalah dasar dari seluruh wahyu, sumber dari hukum Allah yang abadi dan terdiri dari firman-firman (kalimat) yang merupakan ketetapan-katetapan yang tidak dapat diubah. Sedangkan dalam pengertian khusus, kitab berarti perjanjian lama dan perjanjian baru dan juga Al-Qur’an. Tetapi Al-Qur’an menyatakan dirinya sebagai wahyu yang paling sempurna atau kitab yang menyeluruh.[1] Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT berikut. Artinya : “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya patuh kepada-Nya.” (QS Al Baqarah : 136).

Nabi menerima syariat melalui wahyu yang berasal dari tuhan untuk dirinya dan juga bisa diberikan kepada selainnya, sedangkan rasul adalah seorang Nabi yang bertugas menyampaikan syariat, petunjuk aatau hal lainnya kepada sebagian umat yang menjadi tanggungannya, jadi seorang Rasul pastilah dia seorang Nabi dan dengan demikian seorang Nabi belum tentu berfungsi sebagai Rasul. Rasul menerima suhuf atau Kitab yang dalam arti harfiahnya bermakna lembaran-lembaran yang tertulis, berisi tentang syariat, perintah atau larangan. Dan diantara kitab tersebut adalah:

  1. Nabi ibrahim AS 
  2. Nabi Musa AS, disebut Taurat, berisi hukum syariat yang ditujukan kepada Bani Israil. 
  3. Nabi Daud AS, disebut Zabur, juga ditujukan kepada Bani Israil. 
  4. Nabi Isa al-Masih AS, disebut injil yang merupakan penyempurnaan dan penjelas bagi kitab-kitab sebelumnya yaitu Zabur dan Taurat dan ditujukan juga untuk Bani Israil. 
  5. Nabi Muhammad SAW, disebut Al-Qur'an, merupakan petunjuk berupa syariat dan hukum bagi seluruh umat manusia dan sebagai penjelas dan penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya. Jadi Al-Quran merupakan wahyu tertulis terakhir (Final Revelation) berisi tentang penjelasan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam menempuh kehidupan di dunia agar mencapai kesejahteraan, keselamatan dengan tujuan akhir adalah kebahagiaan hidup di akhirat nanti.[2] 
Semua kitab-kitab tersebut berasal dari Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu, Tuhan Semesta Alam, Allah SWT. Oleh karena sumbernya satu, maka semua ajarannya adalah sejalan selaras dan bisa dijadikan dasar untuk membenarkan kitab-kitab sebelumnya. 

Adapun yang dimaksud dengan ahlul kitab secara umum berarti kaum yang percaya kepada kitab agama tertentu, sebagaimana digunakan dalam Al-Qur’an. Namun istilah ini secara khusus tertuju kepada kaum yahudi dan nasrani.  Istilah ahlul kitab terdapat dalam banyak ayat Al-Qur’an. Pengertainnya jelas yaitu para pengikut agama yang diberikan kitab suci, khususnya yahudi dan nasrani. Tetapi Qs.Al-Baqarah ayat 62 memasukkan shabiin ke dalam kelompok Ahlulkitab dan memperluas makna istilah ini hingga mencakup semua orang yang percaya Allah dan hari akhirat serta mengerjakan amal shalih.[3] William Montgomery watt mengatakan bahwa Muhammad menyandarkan pernyataan kenabian beliau berdasarkan atas kesamaan pengalaman kenabian beliau dengan pengalaman Musa dan Isa (Yesus). Maka beliau tidak dapat mengingkari kalau orang-orang yahudi dan orang Kristen itu adalah ahli kitab, walaupun mereka nyaris hampir menyimpang dari keaslian wahyu yang diberikan kepada Isa dan Musa, sebagaimana yang diduga.

Walaupun Al-quran memberikan argumen-argumen yang menyerang orang nasrani dan sebagian terbesar umat mengatakan bahwa perubahan serta ketidak murnian kitab suci Kristen dan yahudi itu secara eksplisit disebutkan di dalam al quran, namun persepsi pokok alquran terhadap yahudi dan Kristen dapat dikatakan kalau mereka adalah ahli kitab, yang menerima kitab suci, pada hakikatnya mengajarkan ajaran-ajaran yang sama seperti yang ada pada Al-qur’an. Sekalipun demikian, orang yahudi dan orang Kristen  ini nyaris hampir menyimpang dari kebenaran kitab suci yang asli, sekurang-kurangnya mereka makin memperluas ketidak mengertian dan ketidak menerimaannya kepada nabi Muhammad.[4]

II. Fungsi dan Peranan Al-Qur’an
Al-qur’an tidak mengkhususkan pembicaraanya kepada bangsa tertentu , seperti kepada bangsa arab saja. Begitu juga ia tidak mengkhususkan pembicaraannya kepada satu kelompok tertentu, seperti kepada kaum muslim saja. Melainkan ia juga mengarahkan pembicaraannya kepada orang-orang non-muslim, sebagaimana ia berbicara kepada kaum muslim. Bukti tentang hal ini sangat banyak dijumpai di dalam Al-qur’an. Di antaranya adalah pembicaraan Al-qur’an yang ditujukan kepada orang-orang kafir, kaum musyrik, Ahlulkitab, Yahudi, Bani Israil, dan Nasrani. Al-qur’an mengajukan argumentasi kepada setiap golongan ini dan menyeru mereka untuk menerima ajaran-ajaran yang benar. Al-qur’an mengajukan argumentasi kepada golongan tersebut dan mengajak mereka kepada agama islam, tanpa mengaitkan pembicaraan itu dengan bangsa arab semata. Mengenai hal ini telah terlasnir dalam beberapa ayat di dalam Al-qur’an, misalnya Qs. Ali Imran ayat 64 dan Qs. At-Taubah ayat 11.[5]

Selain ayat-ayat yang telah disebutkan di atas, ada pula ayat-ayat yang menunjukkan universalitas dakwah islam. Di antaranya firman allah Qs. Al-An’am:19, Qs. Al-Qalam:52, Qs. Shaad:87, Qs. Al-Muddatstsir :35-36. Sehingga dari sejarah kita mengetahui banyak di antara para penyembah berhala, orang-orang Yahudi, dan Nasrani yang masuk islam. Begitu pula sekelompok orang dari  bangsa non-arab, seperti Salma dari Persia, Shahib dari Romawi, Bilal dari Ethiopia, dan lain-lain.[6]

Al-qur’an sebagai kitab suci agama Islam merupakan kitab yang paling sempurna juga telah dinyatakan oleh Allah dalam Qs. Al-Ma’idah:48, mengandung hakikat syariat para nabi Qs.Asyuara 13, dan Al-qur’an meliputi segala sesuatu pada Qs. An-Nahl ayat 89. Jadi kesimpulan ayat-ayat ini adalah bahwa Al-qur’an mengandung kebenaran-kebenaran seperti yang dijelaskan di dalam kitab-kitab samawi lainnya, namun disertai beberapa tambahan. Hal itu disebabkan karena Al-Qur’an merupakan kitab terakhir dan paling sempurna serta sebagai korektor bagi kitab-kitab yang turun sebelumnya.  Muhammad Ali As-Shabuny memberikan penjelasan tentang Qs. Al-Ma’idah ayat 48 bahwa selain mengoreksi dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya, maka pada ayat selanjutnya sampai ayat 50 Allah memperingatkan rasulNya agar tidak mengikuti kesesatan orang-orang Yahudi dan Nasrani, serta memerintahkan Nabi Muhammad untuk berpegang teguh kepada wahyu Al-Qur’an.[7]

Al-Qur'an adalah wahyu Allah (7:2) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw (17:88; 10:38) sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim (4:105; 5:49,50; 45:20) dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya (5:48,15; 16:64), dan bernilai abadi. Sebagai mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (7:158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571 - 632 M). Diantara ayat-ayat tersebut umpamanya: 39:6; 6:125; 23:12,13,14; 51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7,49 dan lain-lain.[8]

Al-Qur'an sebagai final revelation, dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan ditujukan kepada seluruh umat manusia, berisi seluruh rangkuman dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya, petunjuk ke jalan yang benar, pembeda antara yang bathil dan yang hak, dan sebagai penerang. Al-Qur’an berisi segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia baik yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan, sosial, ekonomi, negara, teknologi, jual-beli (bisnis), hukum privat dan sebagainya.

Adapun dalam hubungannya dengan kitab-kitab lain yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut, di antaranya:

(a). Al-Qur'an menuntut kepercayaan umat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Qs. Al-Baqarah ayat 4:” Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”.

(b). Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan pembukti (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. Menganai hal ini telah dijelaskan dalam salah satu ayat Al-Qur’an, “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS. Al-Ma’idah:48). Sebagai korektor Al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai Al-Qur'an sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya. Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum,prinsip-prinsip ketuhanan dan lain sebagainya.

Ayat lain yang berkaitan dengan pembenaran Al-Qur’an terhadap kitab-kitab sebelumnya juga terdapat dalam Qs. Al-Baqarah ayat 91,” Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?”

(c). Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara umat-umat rasul yang berbeda. Mengenai perkara ini telah di jelaskan dalam Qs. An-Nahl ayat 63 – 64,”Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

(d).  Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik olehYahudi dan Kristen. Dengan demikian demikian ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT. (30:2,3,4;5:14).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulakan bahwa Al-Qur’an dalam kaitannya dengan kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Suhuf-suhuf, memiliki fungsi yang sangat jelas. Beberapa fungsi Al-Qur’an terhadap kitab sebelumnya terlansir dalam Qs. Al-Baqarah ayat 91 dan Qs. Al-Ma’idah ayat 48. Di dalam kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa Al-Qur’an memiliki peranan penting bagi kitab sebelumnya, yaitu sebagai evaluator/korektor dan sebagai pembenar isi-isi kitab tersebut.

Dengan demikian sesungguhnya Al-Qur’an Ahlulkitab untuk mengamalkan ajaran agama. Justru mengukuhkan beberapa ajaran dasar mereka seperti ibadah pada hari sabtu, qishas, dan aturan makanan halal dan haram. Adapun yang dicela oleh Al-Qur’an adalah tindakan melampui batas dalam beragama (Qs. Al-Ma’idah:78), penyimpangan dalam menafsirkan ajaran agama, mengubah ayat-ayat Allah dari kebenarannya dan mempraktikkan kebohongan-kebohongan (Qs.An-Nisa’:47), mereka mengingkari perintah Allah dan berusaha menyesatkan orang lain. Dan terhadap orang-orang ini Al-Qur’an benar-benar memerintahkan kita untuk waspada, misalnya dalam Qs. Ali Imran:29 dan Qs.At-Taubah:110. Tetapi meskipun Al-qur’an mengukuhkan dan membenarkan ajaran kitab-kitab sebelumnya, bukan berarti kita diperbolehkan untuk mencampur adukkan dan mempraktikkan semua ajaran agama.[9] Jadi Umat islam harus harus berpgang teguh pada Al-Qur’an karena ia merupakan kitab yang paling sempurna dan terbebas dari rekayasa dan tangan jahil manusia.

Sementara dalam kesimpulan yang cukup kontradiksi dengan pernyataan di atas, William Montgomery watt mengatakan dalam bukunya bahwa Umat Kristen harus mengikuti kebenaran mendalam pada pernyataan Al-qur’an agar mengakui agama Ibrahim. Umat yahudi, Kristen, dan Islam, semua memiliki keimanan yang kembali kepada Ibrahim, sungguhpun dengan nama apa saja keimanan itu diberi nama. Sementara sebagian umat islam agaknya berpikir bahwa suatu agama itu wajib tetap asli murni tidak berubah-rubah. Dalam pada itu, sebagian umat Kristen melihat agama sebagai suatu hal yang hidup yang tumbuh dan berkembang sampai-sampai menemukan kebutuhan-kebutuhan masyarakat manusia yang senantiasa menjadi dan berubah tak kenal usai, dan hanya di pusatnyalah yang tetap dan tidak berubah untuk selama-lamanya.[10]

III. Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an

[1] al-Qur’an adalah Cahaya
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa’: 174)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)

[2] al-Qur’an adalah Petunjuk
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam lim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9).

Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, seandainya ia datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa’: 82)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat.” Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah ialah:
  1. Membenarkan berita yang datang dari-Nya,
  2. Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
  3. Mematuhi perintah,
  4. Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
[3] al-Qur’an Rahmat dan Obat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an itu mengandung ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan yang dengannya akan lenyap segala keinginan untuk menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan meliputi mereka, para malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])

[4] al-Qur’an dan Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)

[5] al-Qur’an dan Kemuliaan Sebuah Umat
Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata, “Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])

[6] al-Qur’an dan Hasad Yang Diperbolehkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan ilmu oleh Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya sepanjang malam dan siang maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di jalan yang benar kemudian ada orang yang berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5026])

[7] al-Qur’an dan Syafa’at
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])

[8] al-Qur’an dan Pahala Yang Berlipat-Lipat
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-Qur’an [2910], disahihkan oleh Syaikh al-Albani)

[9] al-Qur’an Menentramkan Hati
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

[10] al-Qur’an dan as-Sunnah Rujukan Umat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa’: 59)

Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 14)

[11] al-Qur’an Dijelaskan oleh as-Sunnah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-Ahzab: 21)

Mak-hul berkata, “al-Qur’an lebih membutuhkan kepada as-Sunnah dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada al-Qur’an.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13). Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah itu menafsirkan al-Qur’an dan menjelaskannya.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13)

Wallahu a’lam bish showab. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.


Q-7

Taurat dan Injil dalam Al-Quran

Al-Quran menyebut Taurat dan Injil dengan sebutan Al kitab. Suatu gambaran dari Allah SWT bahwa Taurat dan Injil diturunkan kepada Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS dalam bentuk buku, atau menyerupai buku. Ayat-ayat dalam Al-Quran yang mengindikasikan hal ini antara lain adalah sebagai berikut:

"Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu'jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?" (QS. Al-Baqarah[2]:87)

"Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya."(QS. Al Baqarah[2]:113)

Bahkan untuk Taurat, Al-Quran menyebutkan dengan sangat jelas bahwa ia diturunkan Allah benar-benar berbentuk lembaran-lembaran dan kepingan dari batu atau kayu yang disebut dengan luh.


"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik." (QS. Al-A'raaf[7]:145)

Al-Quran mewajibkan pemeluk Islam mengimani Taurat, Injil dan Al-Quran. Dalam beberapa ayat, Allah mensejajarkan ketiganya secara setara. Al-Quran juga membenarkan apa yang ada dalam Injil dan Taurat, bahkan janji-janji Allah tercantum dalam ketiganya.

"Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (Al Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)." (QS. Ali Imran[3]:3-4)

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah[9]:111)

Dalam Al-Quran jelas disebut bahwa Taurat dan Injil adalah ajaran yang diturunkan dalam bentuk kitab kepada Nabi Musa AS dan nabi Isa AS, jadi bukan sebuah kitab yang berisikan kesaksian-kesaksian manusia. Sedangkan Taurat (Perjanjian Lama) dan Injil (Perjanjian Baru) yang kita kenal sekarang adalah kitab lain, kitab-kitab yang diberi nama oleh manusia sebagai Taurat dan Injil.

Tidak jelas siapa yang menamakan kesaksian-kesaksian tersebut sebagai Taurat dan Injil, kapan hal itu dilakukan, dan dalam peristiwa apa. Rasanya kita perlu sama-sama meneliti kembali hal ini dengan kritis. Sebab jika misalnya pada waktu itu novelis besar seperti Ernest Hemingway sudah lahir dan kemudian menulis sebuah novel, tidak seorangpun dapat melarangnya jika kemudian ia memberi judul pada novelnya itu 'Injil' atau 'Taurat'. Namun tentu saja novel ini bukan Injil atau Taurat sebagaimana yang dimaksud di dalam Al-Quran.

Non-Muslim mengatakan bahwa pada waktu turunnya Al-Quran, sudah ada Alkitab (Perjanjian Lama atau Taurat dan Perjanjian Baru atau Injil), bahkan sejak tahun 200 M, jauh sebelum kenabian Muhammad SAW, dan tidak ada satu kalimatpun tertulis dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa Injil Alkitab tersebut bukan Taurat dan Injil yang disebut dalam Al-Quran. Untuk mengklarifikasi hal ini, sudah saya postingkan ayat-ayat Al-Quran yang berisi ajaran berbeda dengan ajaran Alkitab.

"Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi." (QS. Maryam[19]:30)

"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS. Ali Imran[3]:79)

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-A'raaf[7]:157)

"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa." (QS. An-Nisaa[4]"157)

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara." (QS. An-Nisaa[4]"171)

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib." Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Maaidah[5]"117-118)

"Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus." (QS. Maryam[19]:30-36)

"Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni'mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan ta atlah (kepada)ku." Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim ya'ni siksaan hari yang pedih (kiamat)." (QS. Az-Zukhruf[43]:59-65)

Sengaja saya postingkan lebih lengkap, untuk memudahkan anda ada beberapa kalimat yang saya tulis garis tebal. Kalau Al-Quran mewajibkan setiap Muslim mengimani kitab-kitab sebelumnya, maka isi dari kitab sebelumnya haruslah seperti yang tercantum dalam ayat-ayat tersebut, apakah mungkin Allah mewajibkan kaum Muslim untuk mengimani ajaran yang saling berbeda dan bertentangan?. Kemudian apakah mungkin Allah memerintahkan untuk mengimani kitab yang lain, yang berisi kesaksian-kesaksian manusia dan mensejajarkannya dengan wahyu/firman-Nya? Maka bisa dipastikan bahwa Taurat dan Injil yang dimaksud dalam Al-Qur an bukanlah Taurat dan Injil (Alkitab) yang anda sodorkan.

Di manakah Taurat dan Injil, kitab-kitab ajaran Tauhid yang diturunkan Allah tersebut?
pertanyaan anda juga merupakan pertanyaan kami umat Islam. Rekan Adorote menyatakan bahwa bagi umat Kristen tidak ada suatu pikiranpun yang menyatakan Injil merupakan sebuah buku, apalagi tidak ada indikasi sejarahnya yang mengisyaratkan dulunya memang ada yang namanya buku Injil. Ada fakta menarik yang tercantum dalam Alkitab, bahwa dikhabarkan Yesus pergi kesuatu tempat dan mengajarkan Injil, artinya bahwa Injil memang sudah ada pada waktu itu, walaupun tidak jelas apakah berbentuk buku atau ajaran. Yang pasti tidak mungkin semasa hidupnya, Yesus memerintahkan Mathius, Markus, Lukas, dll untuk menuliskan kesaksiannya tentang Yesus dalam sebuah buku, lalu buku itulah yang dibawa-bawa Yesus dan diajarkan kepada umatnya. Pikiran ini lebih cocok untuk cerita lucu dalam kontes API (Audisi Pelawak) di TPI.

Ayat-ayat Al-Qur an berikut layak kita cermati, menerangkan tentang Ahli Kitab dan perilaku mereka pada waktu Al-Quran diturunkan.

"Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya). Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?" (QS. Ali Imran[3]: 70-71)

15. Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. (Al Maaidah)

79. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (Al Baqarah)

146. Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (Al Baqarah)[/i]

Ayat-ayat tersebut mengindikasikan adanya kebenaran yang disembunyikan, atau juga isi Alkitab yang disembunyikan, dan adanya perbuatan yang telah merobah (menulis Alkitab) dengan tangan mereka sendiri . Menurut penafsiran saya, itulah sebabnya TIDAK DITEMUKAN SATU AYATPUN DALAM AL-QUR AN YANG MENYATAKAN BAHWA TAURAT DAN INJIL PADA WAKTU ITU ADALAH PALSU. Karena Taurat dan Injil (buku yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa dan Isa) memang masih ada dan disembunyikan oleh 'oknum' Ahli Kitab, dan kemudian dimunculkan tulisan-tulisan yang lain yang ditulis oleh tangan mereka sendiri sebagai Taurat dan Injil. Kitab Taurat dan Injil versi baru ini, mempunyai ajaran, ada yang sejalan dengan Al-Qur an dan ada yang telah dirusak, makanya ada ayat telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan banyak dari isi Alkitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkan .

Jadi pertanyaan tentang kitab Injil yang asli bisa kita robah, dimanakah Kitab itu sekarang?, siapa yang telah menyembunyikannya? Ada baiknya pertanyaan itu kita perjelas lagi dengan, SIAPAKAH YANG DIUNTUNGKAN DENGAN DISEMBUNYIKANNYA TAURAT DAN INJIL YANG ASLI? DAN PIHAK MANAKAH YANG PALING DIRUGIKAN KALAU KITAB TERSEBUT TERUNGKAP? Anda semua tentu mengetahui saat-saat paling kritis dalam sejarah penyebaran ajaran Kristen mulai sejak kematian Yesus, sejarah pada waktu umat Kristus awal dikejar-kejar dan dibunuh, sejarah munculnya gereja, sejarah konsili, dll. Saya anjurkan agar anda menelitinya dengan kritis

Perlu juga kita cermati hadist Rasulullah dibawah ini tentang turunnya Nabi Isa AS kembali ke bumi

Dari Buku Hadist Muslim: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, katanya Rasulullah bersabda : Demi Allah yang jiwaku ditangannya, sesungguhnya telah dekan masanya Isa anak Maryam akan turun ditengah-tengah kamu. Dia akan menjadi hakim yang adil, akan dihancurkannya salib, dibunuhnya babi, dihapuskannya pajak dan kekayaan akan melimpah ruah, sehingga tidak seorangpun yang bersedia menerima pemberian

Jabir bin Abdullah mendengar Rasulullah bersabda : Nabi Isa akan turun ketengah-tengah umat, lalu pemimpin-pemimpin mereka berkata : Sudilah anda shalat dan menjadi pemimpin kami, jawab nabi Isa AS : Tidak..!, masing-masing kamu boleh menjadi pemimpin bagi yang lain, selaku suatu kehormatan yang dilimpahkan Allah kepada umat ini .

Bagaimana kalau kita tafsirkan bahwa turunnya nabi Isa AS kembali kebumi dengan akan terungkapnya atau ditemukannya kembali kitab Injil yang diturunkan Allah kepada nabi Isa yang selama ini disembunyikan, yang berisi ajaran menghancurkan salib = mengkoreksi ajaran Yesus menebus dosa , ajaran membunuh babi = mengharamkan babi , masing-masing kamu boleh menjadi pemimpin = dihapuskannya otoritas gereja dalam hubungan dengan Tuhan , dst..

Lalu bagaimanakah pertolongan Allah untuk umat Kristen pada saat ini, yang mungkin tidak menyadari bahwa dirinya telah tersesat atau disesatkan? Apakah ada petunjuk Allah yang bisa menolong? Apakah umat Kristen harus menunggu sampai Nabi Isa AS turun kebumi? . Eloknya, dalam Al-Qur an kita diinformasikan bahwa AL-QUR AN MENGANJURKAN AGAR UMAT KRISTEN KEMBALI MELURUSKAN AJARANNYA, DAN BUKAN MEMINTA AGAR ANDA BERPINDAH DARI AGAMA MEREKA MENJADI ISLAM.

64. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Ali Imran)

171. Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. (An Nisaa)

15. Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. (Al Maaidah)

68. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". (Al Maaidah)

77. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu[b]. Dan [b]janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (Al Maaidah)

Apakah anda, saudara-saudaraku Non Muslim disuruh pindah agama oleh Al-Qur an? Sama sekali tidak. Anda-anda disuruh untuk meluruskan ajaran yang selama ini anda yakini. Kalau anda sudah meluruskan aqidah anda, menyatakan bahwa Allah itu Tuhan yang Satu, tidak punya partnership baik dalam angan apalagi secara fisik, tidak ada penebusan dosa, dosa anda hanya bisa dihapus kalau anda meminta dan bertobat kepada Allah, hanya Allah-lah yang bisa menghapus dosa, maka tidak peduli apakah anda itu Kristen, anda akan disebut sebagai seorang Ahli Kitab yang beriman. Anda mungkin bertanya, apakah ada Ahli Kitab yang seperti itu, dan bagaimana imbalannya menurut Al-Qur an?

113. Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (Ali Imran)

199. Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imran)

65. Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh keni matan. (Al Maaidah)
82. Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.

83. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur an dan kenabian Muhammad s.a.w.) (Al Maaidah)

Q-7

Al-Quran, Seputar Tuduhan Terhadap Islam, Al-Quran, Hadits, Dan Urusan Contek Menyontek

Publised om Facebook September 5, 2014 at 4:46 PM
Ini bacaan khusus bagi mereka yang mau menggunakan akalnya secara paripurna saja.

Kenapa ditemui kemiripan, bahkan kesamaan ajaran Nabi Muhammad saw dengan ajaran nabi-nabi terdahulu? 

Umat Islam meyakini dengan sebenar-benar keyakinan bahwa Allah SWT Maha Adil. Oleh karena itu umat islam yakin sepenuhnya Allah SWT tidak akan mendzalimi hamba-Nya. Umat Islam juga yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah SWT bukan hanya Tuhan bagi Bani Israil dan bangsa Arab saja, bukan milik keturunan Ibrahim ‘alaihissalaam saja, tetapi Allah SWT adalah Tuhan bagi seluruh umat manusia.

Pada masa kenabian Ibrahim As, sudah ada umat manusia selain umat beliau yang hidup di belahan lain bumi ini. Saat Bani Israil lahir, di belahan bumi lainnya juga sudah ada umat manusia lain, bahkan jumlahnya jauh melebihi jumlah bani Israel sendiri. Begitulah seterusnya dari generasi nabi yang satu ke generasi nabi yang lainnya.

Tentang ini Allah SWT Saw berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. Al-Nahl [16]:36);

ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَىٰ ۖ كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَّسُولُهَا كَذَّبُوهُ ۚ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُم بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ ۚ فَبُعْدًا لِّقَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ 

"Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami susulkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS. Al-Mukminun [23]:44) . 

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

“Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir[40]: 78)

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ۚ وَإِن مِّنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ

"Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan." (QS. Al-Fathir [35]:24)

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban didalam shahihnya dari Abu Dzar al Ghifary beliau berkata, ”Aku bertanya kepada Rasulullah Saw berapakah jumlah para nabi?” beliau Saw bersabda,”124.000.” lalu aku bertanya berapa jumlah para rasul?” maka beliau bersabda,”313.” 

Dengan demikian, adalah sangat keliru jika ada yang mengklaim bahwa Tuhan hanya untuk Bani Israil saja, atau Tuhan hanya untuk keturunan Ibrahim saja. Sebab, bagaimana jadinya dengan nasib umat lain yang juga hidup pada masa itu di tempat lain, tapi bukan keturunan Bani Israil ataupun keturunan Ibrahim? Bagimana dengan keselamatan mereka? Apakah hanya bani Israil atau keturunan Ibrahim saja yang selamat, sementara umat lainnya harus masuk neraka karena tidak mengenal Allah SWT, padahal jumlah mereka sangat banyak, bahkan jauh melebihi jumlah Bani Israil dan keturunan Ibrahim sendiri?

Pertanyaan ini dijawab dengan sangat tegas oleh Allah SWT Saw dalam firman-Nya:

مَّنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

"Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah SWT), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul." (QS. Al-'Isra' [17]: 15).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah SWT , hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah[2]:62).

Penjelasan di atas rasanya sudah lebih dari cukup untuk menjawab sendiri bahwa sejak nabi pertama; Adam As, hingga nabi terakhir, Muhammad Saw, maka untuk setiap kaum atau bangsa-bangsa selain keturunan Ibrahim di seluruh muka bumi ini, sesungguhnya Allah SWT telah mengutus para nabi dan rasul-Nya sebagai pemberi peringatan dan membimbing ke jalan yang lurus! Namun Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa para Nabi dan Rasul sebelum Muhammad Saw tsb diutus terbatas hanya pada kaumnya sendiri, misalnya Nabi Isa As. Beliau diutus hanya sebagai penyeru bagi Bani Israil saja.

Allah SWT menegaskan:

[QS 43:59] "Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah SWT) untuk Bani lsrail."

[QS 61:6] "Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”

Atau keterangan dalam Injil:

[Matius 15:24] Jawab Yesus: “Aku diutus HANYA kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”

Ini dikuatkan pula oleh ucapan Yesus sendiri,

[Matius 10:5-6] Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan beliau berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Jadi, para utusan Allah SWT sebelum Nabi Muhammad Saw masing-masing diutus hanya untuk kaumnya saja. Konsekuensi logis dari bentuk keadilan Tuhan ini adalah, Allah SWT pasti mengirim juga utusan-Nya bagi umat selain Bani Israil atau keturunan Ibrahim yang lain seperti diisyaratkan melalui firman-firman-Nya di atas. 
Hanya setelah Nabi Muhammad Saw, tidak ada lagi utusan Allah SWT, sebab beliau adalah nabi dan rasul Allah SWT terakhir yang diutus untuk MENYEMPURNAKAN SELURUH AJARAN PARA NABI DAN RASUL TERDAHULU BAGI SELURUH UMAT MANUSIA!
Tentang ini, Allah SWT berfirman:

[QS. 34: 28] "Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." 

[QS. 7: 158] "Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT kepadamu semua, yaitu Allah SWT yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah SWT dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah SWT dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk."

[QS. 33:40] "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan PENUTUP NABI-NABI. Dan adalah Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu." 

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْمَغَانِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً


Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Aku diberi (oleh Allah SWT) lima perkara, yang itu semua tidak diberikan kepada seorang-pun sebelumku. Aku ditolong (oleh Allah SWT) dengan kegentaran (musuh sebelum kedata-nganku) sejauh perjalanan sebulan; Bumi (tanah) dijadikan untukku sebagai masjid (tempat sholat) dan alat bersuci (untuk tayammum-pen). Maka siapa saja dari umatku yang (waktu) sholat menemuinya, hendaklah dia sholat. Ghonimah (harta rampasan perang) dihalalkan untukku, dan itu tidaklah halal untuk seorangpun sebelumku. Aku diberi syafa’at (oleh Allah SWT). Dan Nabi-Nabi dahulu (sebelum-ku) diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada manusia semuanya. [HR. Bukhari, no: 335]

Artinya, sekali lagi, sebelum Nabi Muhammad Saw, tidak pernah ada nabi Allah SWT yang diutus untuk seluruh umat manusia kecuali sebatas untuk kaumnya masig-masing. 

Lalu, bagaimana Al-Quran berbicara mengenai keadilan Tuhan bagi umat selain Bani Israil dan keturunan Ibrahim?

Mari kita simak bagaimana Al-Quran menjelaskan hal ini.

[QS 35:24] "Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan."

[QS 10:47] "Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya."

Kesimpulannya, kepada setiap umat di seluruh muka bumi ini sudah sangat jelas Allah SWT mengutus seorang (atau lebih) nabi sebagai pemberi peringatan. Ini sangat jelas menyiratkan bahwa para nabi Allah SWT bukan hanya untuk Bani israil maupun keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam saja. 

Lantas, bagaimana pula penjelasannya?
Misalnya saja, bagaimana dengan umat manusia di India atau di Tiongkok? Mengingat demikian besarnya jumlah manusia yang hidup di sana, dan mereka berhak untuk mendapatkan keselamatan dari tuhan, tentunya harus ada Nabi untuk mereka juga, bukan? 

Merujuk pada firman-firman Allah SWT di atas dan meyakini bahwa Allah SWT Maha Adil serta sangat menyayangi seluruh hamba-Nya tanpa pandang bulu, maka umat Islam meyakini sepenuhnya bahwa jawabnya adalah, PASTI ADA! 

Sampai di sini, dengan bersandar pada Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah Saw serta ajaran Islam, maka wajar saja bila kemudian orang-orang (dan di antara mereka ada kelompok-kelompok yang dibutakan oleh nafsu besar untuk "menunjukkan kesalahan" ajaran Islam) yang mempertanyakan misalnya, siapa saja nama para nabi dan rasul tsb? Kepada bangsa atau kaum mana saja mereka diutus? Atau, ini yang terdengar lumayan lucu; apa saja nama kitab-kitab suci mereka?

Saya sebut lucu karena dari pertanyaan lucu tadi, orang-orang ini (khusunya mereka yang dipenuhi oleh nafsu untuk mencari-cari kesalahan ajaran Islam tadi) tanpa ilmu dan pengetahuan yang cukup telah BERANI MALU membuat pernyatan-pernyataan lucu, di antaranya secara amat lucu menuduh Rasulullah Saw -- atas nama Allah SWT -- telah MENYONTEK ayat-ayat dari kitab-kitab suci umat lain ke dalam Al-Qur'an dan hadits-hadits beliau!

Mereka tidak menyadari bahwa muslim abangan sekalipun mengerti bahwa sejak nabi Adam As hingga Nabi Muhammad Saw, atau dalam kurun waktu yang sama panjangnya dengan usia bumi ini, 124.000 orang nabi dan 313 rasul yang diutus oleh Allah SWT ke seluruh muka bumi PASTI mengajarkan hal yang sama, atau paling tidak, pararel antara satu sama lain yang bermuara pada ajaran TAUHID, yakni menyembah Allah SWT, satu-satunya Tuhan semesta alam!

Dalam alkitab yang oleh umat kristen diklaim sebagai kompilasi kitab-kitab Taurat, Mazmur, dan Injil sekalipun kita masih dapat menemukan ajaran pokok para Nabi dan Rasul Allah SWT yang berbasis TAUHID seperti di antaranya dalam Ulangan 4:35, Ulangan 6:4, 2Samuel 7:22, Mazmur 86:8, 1Raja-Raja 8:23, Yesaya 43:11, Yesaya 44:6, Markus 12:29, Ulangan 4:39, Yohanes 17:3, dan pernyataan-pernyataan tegas lainnya yang bersumber dari Allah SWT sendiri seperti dalam Ulangan 5:7, Ulangan 4:35, Ulangan 4:39, Ulangan 5:7, Ulangan 33:26, Keluaran 9:14, Keluaran 20:1-5, Yesaya 43:11, Hosea 13:4, Yesaya 43:12-13, Yesaya 45:5, Yesaya 45:21, Yesaya 46:9, Yesaya 48:12, Yesaya 49:26, Yesaya 54:5, Yesaya 60:16, Yesaya 63:8-9.

Lantas, siapa saja Nabi-Nabi dan Rasul Allah SWT tsb? Kepada bangsa atau kaum mana mereka diutus, dan apa saja nama kitab suci mereka? 

Allah SWT tidak mewajibkan umat Muhammad Saw untuk mengetahui, termasuk mengimaninya, kecuali hanya 25 nabi dan rasul di antara mereka, dan 4 kitab wahyu (dari entah berapa banyak kitab-kitab wahyu Allah SWT lainnya) saja, yakni Taurat, Zabur, dan Injil yang kemudian ditutup oleh Al-Qur'an sebagai kitab wahyu terakhir.

Jadi, jika ada orang yang secara sembrono menuduh Nabi Muhammad saw telah menyontek ayat-ayat kitab-kitab suci lain -- apa pun nama kitab itu -- atau Nabi-Nabi terdahulu untuk dituliskan ke dalam Al-Qur'an dan hadits-hadit beliau, maka tuduhan tsb jelas keliru! 

Kenapa?
Perhatikan sekali lagi firman Allah SWT ini:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

“Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir[40]: 78)

Ini menunjukkan bahwa ajaran Tauhid dan segala bentuk informasi yang berhubungan dengannya telah lebih dulu diajarkan oleh Allah SWT melalui nabi-nabi terdahulu, bahkan dituliskan ke dalam kitab-kitab wahyu warisan mereka. Dengan demikian, ajaran atau kitab-kitab mana pun yang ditunjuk sebagai sumber-sumber "contekan" nabi Muhammad SAW ke dalam Al-Qur'an dan hadits, sepanjang TIDAK BERTENTANGAN dengan ajaran Al-Qur'an, maka umat Islam meyakininya sebagai ajaran yang sejatinya berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT!
Adanya persamaan ayat-ayat antara Al-Qur'an dengan ketiga kitab pendahulunya, atau kitab-kitab lain misalnya, tentu saja tidak dapat diartikan sebagai bukti bahwa Al-Qur'an mencontek kitab-kitab tsb. Tetapi sebaliknya, justru MERUPAKAN BUKTI KEBENARAN ILAHIAH bahwa ayat-ayat dimaksud berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT.
Dengan demikian, tentu semakin jelas pula bahwa yang tertulis di dalam Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang sebenarnya, yang tidak pernah (berhasil) diubah oleh siapa pun, termasuk oleh umat Yahudi yang diam-diam telah melakukan hal tsb pada tiga kitab wahyu sebelumnya.
Dengan kata lain, Al-Qur'an adalah kitab Perjanjian Terakhir Allah SWT dengan umat manusia (yang pernah diwahyukan) kepada para nabi terdahulu, yang kemudian (sebagian di antaranya) diwahyukan kembali oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. 
Karenanya, segala keterangan menyangkut kitab-kitab terdahulu itu pun dengan sendirinya dianggap telah termaktub dalam Al-Qur'an.
Akan tetapi perlu dicatat, bahwa yang dimaksud dengan Taurat, Zabur dan Injil di sini tentu saja bukan Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama dalam Alkitab milik umat Kristen seperti sekarang ini. Alkitab yang ada dewasa ini sudah tidak asli lagi karena sudah dikotori oleh tangan-tangan jahil manusia yang menuliskan buah pikirannya sendiri tetapi mengaku bahwa apa yang ditulisnya itu berasal dari Allah SWT.
Itulah sebabnya tentang kitab Taurat, Zabur dan Injil ini, Rasulullah berpesan agar umatnya jangan percaya, atau menolak keseluruhan isinya. Wasiat beliau ini mengisyaratkan bahwa kitab-kitab tsb masih mengandung kebenaran ilahiah, walau pun hanya sedikit.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَاءَكُم مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ

"Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan." (QS. Al-Maidah[5]:15)

Sampai di sini, bagi anda yang mengira Al-Qur'an dan Hadits banyak mencontek ayat-ayat dari kitab-kitab suci lain, silahkan kumpulkan semua bukti-bukti yang anda punya, dan mari kita bahas tuduhan anda tsb satu demi satu!

Salam bagi umat yamg mengikuti petunjuk!



[Gus Mendem] 




Q-7

Al-Quran, tentang kitab suci menurut Islam


Perhatikan ini:
Dan tidak mungkin Al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah; tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan seluruh alam. (QS. Yunus: 37)

Jadi, begini ceritanya:
Sebagaimana telah diterangkan oleh ayat suci di atas, Bibel, atau kitab suci umat Kristen, mengandung sebagian dari kandungan Kitab Allah yang telah dikaruniakan kepada Bani Israel. Oleh karena itu ada hubungan erat dengan Al-Qur’an yang menurut ayat suci tersebut fungsinya sebagai tashdiq (yang membetulkan) dan tafshil (yang menjelaskan) terhadap kitab suci sebelumnya. Secara singkat hubungannya antara lain seperti uraian berikut ini.

AL-QURAN MENGAKUI EKISTENSI KITAB SUCI SEBELUMNYA
Menurut Al-Qur’an, Allah tidak hanya memerintahkan umat Islam mengimani Al-Qur’an saja, melainkan pula mengimani Kitab-kitab Suci sebelumnya (QS. Al-Baqarah: 4). Hal ini menurut Cyril Glasse, penulis The Concise Encyclopaedia of Islam (1991), “Adalah kejadian yang luar biasa dalam sejarah agama-agama”.

Yang dimaksud kitab-kitab suci sebelumnya ialah Kitab suci yang telah diturunkan kepada para Nabi (QS. Al-Baqarah: 213) dari berbagai bangsa di dunia (QS. Yunus: 47), baik yang disebutkan dalam Al-Qur’an ataupun tak disebutkan (QS. An-Nisa: 164), misalnya Taurat dan Injil (QS. Ali-Imran: 3).
Tetapi harap digarisbawahi, bahwa Taurat dan Injil yang diakui oleh Al-Qur’an dan diimani oleh umat Islam BUKAN Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Bibel yang telah ada pada jaman Nabi Besar Muhammad saw.
Ada perbedaan konsep antara Islam dengan Kristen tentang wahyu dan kitab suci. Misalnya tentang Injil. Di kalangan umat Kristen ada pendapat yang mengatakan bahwa yang disebut kitab Injil adalah seluruh Perjanjian Baru, dan ada pula yang tegas mengatakan bahwa Injil itu hanyalah empat kitab yang pertama dalam Perjanjian Baru karangan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Isinya menceritakan sebagian ajaran Yesus dan kisah hidupnya.

Jadi Injil itu karya tulis beberapa pengarang Kristen jaman permulaan yang penulisannya tak dimaksudkan untuk dijadikan kitab suci, sebagaimana Paulus menulis 13 atau 14 surat kepada jemaatnya yang masing-masing disebut Injil Kristus (Galaltia 1 :7) atau Injil tentang Yesus Kristus (Markus 1: 1).

Menurut Islam, Injil adalah firman Allah secara matluw, yang disampaikan kepada Isa Almasih (QS. Al-Hadid: 27); (lihat juga Yohanes 17:38) oleh Jibril dalam bahasa kaumnya (QS. Ibrahim: 4), Aram, yang dalam Perjanjian Baru disebut Injil Allah (Markus 1: 14), yakni Injil dari Allah yang diwahyukan kepada Yesus, lalu diberitakannya dari rumah ke rumah dan dari kota ke kota (Markus 1: 38-39). Injil inilah yang diimani oleh umat Islam.

Kini kitab suci itu tidak ada lagi, karena setelah diwahyukan tak dicatat dan dihafal.  Yang ada sekarang ialah terjemahan dari terjemahan yang diterjemahkan dari salinan yang disalin dari salinan - yang menurut Mulder kadang-kadang terselip salah salin - dari Injil tentang Yesus karya tulis tokoh Kristen pada jaman permulaan itu. Karya tulis asli itu kini telah hilang, tidak diketahui lagi rimbanya.

Yang ada sekarang, yang mereka anggap asli, ialah salinan dari salinan yang disalin dari salinan itu, atau terjemahan dari terjemahan dalam berbagai terjemahan bahasa dunia, yang sudah tentu mengandung pergeseran makna yang luar biasa, namun mereka tidak begitu perduli sebab menurut mereka yang penting adalah isinya, bukan bahasanya.

Kitab Perjanjian Lama juga ditulis oleh para ulama dan zuama (Yahudi) yang bahan-bahannya sebagian berasal dari Nabi yang bersangkutan. Ditulis dalam masa hampir seribu tahun lamanya. Penulisnya beragam latar belakang, misalnya: Nabi-nabi, raja, ahli sejarah, ulama atau pendeta dan sebagainya. Dengan demikian, maka dalam kitab itu bercampur baurlah antara kebenaran dengan kepalsuan (QS. Al-Baqarah: 42).

Oleh karena itu Nabi Besar Muhammad saw pernah memperingatkan umat Islam agar jangan membenarkan atau menyalahkan Ahlikitab [HR. Bukhari].

Baca juga: Al-Quran, Tentang Tuduhan Mencontek Kitab-Kitab Terdahulu

[Sumber: Islam Menjawab Fitnah]