Mengapa Al-Quran Tidak Diterjemahkan Seperti Bible?


Ada sebuah program Reality Show di TV Arab temanya “ Al-Quran berbicara tentang dirinya sendiri”. Acara ini justru diselenggarakan di beberapa negara Eropa. Acara ini diawali dengan memperdengarkan Al-Quran kepada orang yang tak pernah mengenal Alquran bahkan mendengarnya sekalipun. hasilnya rata-rata rata mereka mengatakan, “ ini seperti suara dari alam lain, dan cukup menenangkan jiwa. sebagian mengatakan,” walaupun aku tidak tahu maksudnya tapi cukup membuatku damai dan tenang. kebanyakan mereka terkejut setelah di beritahu bahwa yang didengarnya adalah Al-Qur’an.

Hal itu di akui oleh cendikiawan Inggris, Marmaduke Pickhal dalam The Meaning Glorious Qur`an, ia menulis: “Al-Qur`an mempunyai simfoni yang tidak ada taranya sehingga setiap nada-nadanya dapat menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”.
Al-Quran bukanlah syair, bukan puisi bahkan rangkaian, tatabahasanya jauh lebih indah dari keduanya, kita sering kesulitan memahami syair dan puisi, tapi tidak dengan Al-Quran karena begitu mudahnya dipahami.
Bahasa Al-Quran
  1. Singkat dan padat,
  2. Memuaskan para pemikir dan orang awam. Seorang awam akan merasa puas karena memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan keterbatasannya. Akan tetapi, ayat yang sama dapat di pahami dengan luas oleh pilosof atau para pemikir dalam pengertian baru yang tidak terjangkau oleh orang awam
  3. Memuaskan akal dan jiwa
  4. Keidahan dan ketepatan maknanya. Susunan kata dan kalimat Al-Quran muncul dengan susunan yang baik dan indah, mengagumkan karena keserasiaan dan keindahannya, dan keharmonisan susunannya.
  5. Keseimbangan redaksinya
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. 
  • Di antara contohnya Al-Hayaat (hidup) dan Al-Maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
  • Kesimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya. Contohnya yaitu Al-Harts dan Az-zira’ah (membajak/bertani) masing-masing 14 kali
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya. Contohnya Al-Infaq (infaq) dengan Ar-Ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali
  • Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya. Contohnya Al-Israf (pemborosan) dengan As-Sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali dan masih banyak lagi
  1. Ketelitian redaksinya
  2. Ragam Gaya Bahasa Al-Quran: Al-Jadal (perdebatan), Amtsal (perumpamaan), Al-Aqsam (Sumpah), Al-qashash (gaya berkisah)
Bagi orang yang pandai berbahasa arab, lebih mudah memahami alquran dari pada memahami orang arab ketika berbicara. dan dia lebih mudah memahami dan menemukan makna yang dalam di Al-Quran dari pada terjemahannya. Terjemahan Al-Quran bukanlah Al-Quran itu sendiri, dia hanyalah makna terdekat dari Al-Quran, terjemahan bisa direvisi tapi tidak dengan Al-Quran. Ada penjabaran yang lebih luas lagi namanya Tafsir, dan sekali lagi Tafsir bukanlah Al-Quran itu sendiri, dia hanyalah makna penjabaran dari Al-Quran, Tafsir bisa direvisi tapi tidak dengan Al-Quran.

Al-Quran lebih mudah dari pada Terjemahan dan Tafsirnya, bisa kita lihat ada jutaan umat islam yang hafal Al-Quran tidak terjemahannya maupun tafsirnya. bahkan Al-Quran lebih mudah dihafal dari pada menghafal sebuah Novel.

Maka benarlah Allah ﷻ berfirman,

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Allah ﷻ mengulang-ulang kalimat tersebut sebanyak empat kali di dalam kitab-Nya yang mulia. Semuanya kita jumpai dalam surat Al-Qamar. 
Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah benar-benar menjadikan Al-Quran itu mudah untuk dipelajari. Mudah untuk dibaca, dipahami, dihafalkan, dan mudah diamalkan oleh semua kalangan dan umat.
Semoga bermanfaat!




Posting Komentar