Tidak banyak yang tahu, termasuk umat Kristen sendiri, bahwa sesungguhnya surat-surat Petrus dalam alkitab menyimpan rahasia yang sudah sejak lama menjadi perdebatan di antara para pemerhati dan sarjana alkitab karena ternyata merupakan salahsatu skandal pemalsuan dalam sejarah alkitab. Berikut penjelasannya.
PENULISAN
Penulis surat ini mengidentifikasi dirinya sebagai Petrus, sehingga banyak kristen tradisional hingga dewasa ini percaya sepenuhnya bahwa itu memang tulisan Petrus, murid Yesus yang juga dikenal sebagai Simon Petrus. Namun para sarjana alkitab modern, terutama sarjana-sarjana Jerman, mempertanyakan kebenarannya karena memiliki alasan kuat bahwa surat-surat itu sebenarnya adalah tulisan orang lain yang menggunakan nama Petrus sebagai nama samaran (pseudonymnity).
ARGUMEN UNTUK PENULISAN SURAT PETRUS
Argumen penggunaan nama samaran (pseudonymnity)
- Kitab ini penuh dengan ide-ide dan gaya penulisan Paulus.
- Paulus sudah lebih dulu melakukan penginjilan di daerah-daerah ke mana surat itu ditujukan. Artinya, dengan mengirimkan surat-suratnya tsb, Petrus telah melanggar pagar wilayah "garapan" gereja Paulus.
- Dalam surat Petrus tidak ditemui catatan pribadi tentang kehidupan Yesus seperti yang diharapkan pembaca jika itu memang benar-benar otentik tulisan Petrus.
"1Petrus tidak menunjukkan sedikitpun bukti-bukti kedekatannya dengan Yesus, tentang kehidupannya, ajarannya, dan kematiannya, tetapi hanya menuliskan referensi secara umum perihal 'penderitaan' Kristus. Hampir mustahil membayangkan Petrus yang sama sekali tidak terlihat berusaha memperkuat otoritasnya sendiri dengan merujuk pada hubungan pribadinya dengan Yesus. Dalam beberapa kasus dia juga tidak merujuk pada contoh-contoh yang pernah diberikan oleh Yesus." [W. G. Kümmel, Introduction to the New Testament, p. 424]
- Gaya Sastra Yunani yang digunakan dalam penulisan 1Petrus berada jauh di luar apa yang diyakini sebagai gaya penulisan seorang nelayan biasa.
"Jenis bahasa Yunani yang ditemukan dalam 1Petrus mengungkapkan pengarangnya terlahir sebagai orang Yunani atau bukan. Dipastikan ia telah menyelesaikan beberapa tingkat pendidikan formal, jika bukan pendidikan tinggi dalam ilmu retorika atau filsafat, maka sekurang-kurangnya pendidikan menengah yang meliputi ilmu-ilmu geometri, aritmatika, dan musik, termasuk di dalamnya mempelajari tulisan-tulisan penulis klasik seperti Homer. Sebagian orang mungkin beranggapan itu adalah hasil dari fasilitas belajar bahasa Yunani yang diberikan kepada para nelayan Palestina pada abad pertama yang rata-rata tidak memiliki pendidikan formal sama sekali. Jenis bahasa Yunani yang ditemukan dalam surat ini jauh melampaui tingkat intelktualitas orang-orang dari golongan ini, dan karenanya 1Petrus sama sekali tidak mecerminkan sosok Simon Petrus yang sebenarnya" [Paul J. Achtemeier, A Commentary on First Peter, p. 4-5]
- Penganiayaan yang dibicarakan dalam 1Petrus mustahil berlangung pada masa kehidupan Petrus, karena hal-hal yang dibahas itu terjadi setelah kematiannya.
Penulis menggambarkan dirinya sebagai "sumpresbuteros" (sesama penatua), gelar yang muncul bukan pada masa Petrus (dan tidak dikenal oleh Petrus) tapi jauh setelahnya dalam perkembangan eklesiologi Kristen awal. Pada 1Petrus 1:1 penulis menggambarkan dirinya sebagai rasul (sangat identik dengan gaya penulisan Paulus dalam "pembukaan" hampir semua surat-suratnya), tetapi dalam 1Petrus 5:1 ia mengaku sebagai "sumpresbuteros" (sesama penatua). Padahal orang-orang dari lingkaran keduabelas murid Yesus, para rasul, orang-orang yang pertama kali dikunjungi Yesus setelah kebangkitannya, tidak perlu menggunakan gelar yang muncul jauh di belakang hari dalam perkembangan eklesiologi Kristen mula-mula tsb." [Udo Schnelle, The History and Theology of the New Testament Writings, p. 400]
BANTAHAN UNTUK ARGUMEN NAMA SAMARAN
Para sarjana pendukung Petrus merespons sbb:
- Petrus dekat dengan Paulus dalam banyak aspek teologi.
- Meskipun Paulus mungkin menginjili bagian-bagian dari daerah di mana surat itu dikirim, Petrus juga menginjili sebagian dari daerah tsb.
- Petrus mungkin tidak merasa perlu untuk memasukkan kisah pribadi tentang kehidupan Yesus dalam suratnya karena berbagai alasan. Salahsatu alasan yang mungkin adalah bahwa ia telah memberi banyak informasi mengenai kehidupan Yesus kepada Markus yang kemudian menulis Injil yang menyebut namanya.
"Lebih lanjut disebutkan bahwa tulisan dari penulis apostolik seperti Petrus dengan sendirinya akan mencerminkan banyak hal terkait kedekatannya dengan Yesus dan pengetahuannya tentang ajaran-ajaran sang guru. Keberatan ini tidak dapat dianggap sebagai hal yang serius mengingat kasus yang sama untuk 2Petrus dianggap oleh sebagian orang sebagai keberatan terhadap tulisan para rasul, namun tidak ada kanon kritik yang dapat menyatakan validitas keduanya." [Donald Guthrie, New Testament Introduction]
- Sangat mungkin Petrus mendapat kesempatan belajar banyak tentang gaya sastra Yunani selama perjalanannya. Selain itu, ia menjalani kehidupan awalnya di kota Betsaida yang mendapat status "kota di bawah Filipus sang Raja." Philip dikenal sebagai pengkhianat (penganjur budaya Yunani) dan Betsaida kemungkinan besar memiliki populasi berbahasa Yunani yang besar (Thiede).
- Sangat mungkin Petrus membicarakan perihal penganiayaan yang lebih kecil di daerah yang ia kirimi surat. Penjelasan alternatif adalah bahwa ia mungkin merujuk pada penganiayaan Neronian yang, menurut catatan tradisi, akhirnya merenggut nyawanya.
- Petrus tidak perlu menggambarkan dirinya sebagai seorang rasul. Argumen tentang pernyataan Petrus dalam 1Petrus 5:1 tidak konklusif. Bahkan, istilah penatua mungkin telah digunakan sebagai deskripsi para rasul selama masa Papias (sekitar 60-135 M).
Para sarjana terpecah dalam persoalan ini. Mereka yang mengesampingkan kepengarangan Petrus beralih ke gagasan adanya kemungkinan bahwa penulis surat-surat Petrus adalah salahseorang murid Petrus yang menggunakan nama sang mentor. Kemungkinan besar penulis ini teringat pada hal-hal yang diucapkan oleh Petrus, atau mungkin dari beberapa sumber tertulis. Sementara mereka yang menyukai cara penulisan Petrus tidak memiliki teori apapun tentang gaya penulisan surat tsb.
LOKASI PENULISAN
Terlepas dari perselisihan yang timbul di antara para sarjana alkitab tentang siapa sesungguhnya penulis 1Petrus, tampaknya ada konsensus umum mengenai di mana surat tsb ditulis. Karena adanya referensi internal ke "Babel" dalam 1Petrus 5.13, kebanyakan ahli sepakat bahwa surat itu ditulis dari kota Roma. Sebagian sarjana berpendapat bahwa sekelompok ahli mengacu pada Babel secara literal dan yang lainnya lagi percaya bahwa Babel merujuk pada sejenis pengasingan spiritual. Namun, konsensus para sarjana tampaknya lebih condong menduga Babel adalah semacam nama sandi untuk Roma.
WAKTU PENULISAN
Memperkirakan kapan surat pertama Petrus ditulis adalah tugas yang sulit bagi para sarjana. Salahsatu alasan terkuat adalah pertanyaan, apakah penganiayaan yang disebutkan dalam surat itu adalah penganiayaan lokal yang terjadi di Asia Kecil, atau penganiayaan di seluruh wilayah kekaisaran? Cara seseorang menentukan kapan surat-surat epistel ditulis sering terkait langsung dengan pemikiran sang penulis yang tercurah untuk merespons suatu keadaan pada suatu masa dalam tulisannya.
Orang-orang yang mendukung Petrus sebagai penulis surat-surat tsb memperkirakan waktu penulisannya adalah sesaat sebelum kematian Petrus sendiri sebagai martir.
- Kelompok pro-Petus menetapkan waktunya antara tahun 63 s.d 64 M. Ini karena merujuk pada Silvanus di akhir surat yang nampaknya mengindikasikan waktu yang bersamaan dengan kedatangan Paulus di Roma, kendati ini sama sekali bukan kepastian.
- Mereka yang mendukung teori Pseudonim (penulis menggunakan nama samaran) memperkirakan surat-surat tsb ditulis sekitar tahun 57 M. Kisaran yang lebih spesifik, dan sedikit lebih luas, adalah antara tahun 72 s.d 92 M. Alasan untuk perkiraan waktu ini adalah sbb:
- Diperlukan rentang waktu yang panjang untuk menyebarkan agama Kristen sejak misi Paulus dimulai.
- Urutan batas provinsi yang disebutkan dalam 1Petrus 1: 1 didirikan oleh Kaisar Vespasianus pada tahun 72 M.
- Jarak tertentu untuk periode Paulus diasumsikan karena kurangnya perdebatan tentang hukum Musa dan tanggapan terhadap penganiayaan yang terjadi.
Penerima asli surat ini tinggal di Asia Kecil - khususnya wilayah timur dan tengah - serta wilayah yang berbatasan dengan laut hitam. Beberapa ahli percaya bahwa pengantar Petrus pertama menunjukkan bahwa penerimanya adalah orang-orang Yahudi yang memandang diri mereka sebagai umat pilihan Allah. Namun sebagian besar sarjana sepakat bahwa penerima asli termasuk juga unsur non-Yahudi besar (jika tidak secara eksklusif). Surat-surat itu diperkirakan merupakan surat edaran yang dikirim ke gereja dalam urutan pertama dalam daftar, lalu disalin ulang, kemudian dikirim ke gereja-gereja dalam daftar berikutnya.
Bagaimanapun, tampaknya penerima surat-surat Petrus sedang mengalami berbagai penganiayaan yang menyebabkan mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan "jalan Paulus" dan kembali ke kehidupan mereka sebelumnya.
Bagaimanapun, tampaknya penerima surat-surat Petrus sedang mengalami berbagai penganiayaan yang menyebabkan mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan "jalan Paulus" dan kembali ke kehidupan mereka sebelumnya.
TINJAUAN SEJARAH
Para sarjana alkitab yang bersilang pendapat tentang surat-surat Petrus adalah orang-orang dari kalangan Kristen sendiri, sehingga terlepas bagaimanapun kerasnya perselisihan tsb, dapat dipahami jika secara kolektif mereka juga sepakat untuk "tetap menjaga korps" dengan tidak mengekspose isu memalukan tsb ke ranah publik. Karena di samping akan berpengaruh buruk terhadap keimanan para jemaat gereja di berbagai belahan dunia, juga akan memperpanjang daftar fakta carut-marutnya kitab suci umat Kristen yang di indonesia kita kenal sebagai alkitab! Oleh karenanya, tidak pernah ada "fatwa" dari otoritas tertinggi gereja manapun yang secara eksplisit mengumumkan kepada jemaatnya bahwa surat-surat Petrus dalam kitab mereka sejatinya bukan tulisan Petrus! Sebaliknya, para pembela kepentingan gereja mengupayakan segala daya upaya untuk menepis "kecurigaan sangat beralasan" dari para sarjana alkitab modern yang dengan sadar mengusung isu "pemalsuan nama Petrus" ini ke permukaan.
Namun sayangnya, perhatikanlah contoh bantahan di atas yang terlihat jelas tidak berpijak pada fakta dan bukti-bukti empirik, tapi hanya berdasarkan pada hipotesa yang sarat dengan teori mungkin, kemungkinan, sangat mungkin, kemungkinan besar, dan aneka rasa mungkin lainnya, sebagai bukti bahwa sesungguhnya semua itu bukan bantahan!
Alkitab membuktikan bahwa selain Paulus - bukan bagian dari duabelas murid Yesus - yang luar biasa sering menyebut dirinya sebagai "rasul", tidak ada satupun dari keduabelas murid Yesus yang pernah menonjolkan diri dengan mengaku-ngaku sebagai "rasul" kecuali Petrus. Ini tentu saja menarik perhatian, dan menjadi luar biasa menakjubkan ketika pembaca awam sekalipun, bila benar-benar mencermati isi surat-surat Petrus "sang nelayan", akan segera menemukan tulisannya - dari banyak perspektif - identik dengan gaya tulisan Paulus. Karenanya tidak mengherankan jika kemudian muncul dugaan sangat kuat bahwa surat-surat Petrus sebenarnya adalah tulisan Paulus yang menggunakan nama Petrus.
Paulus memang mempunyai banyak kepentingan untuk dirinya sendiri, dan untuk itu ia tidak pernah ragu berdusta kepada siapapun juga, sehingga isu tentang "pseudonymnity" di atas pun menjadi hal yang tidak asing bagi umumnya para pemerhati dan sarjana alkitab.
Sementara di sisi lain, Petrus punya alasan kuat untuk tidak menulis surat kepada jemaat non-Israel yang sebagian isinya dapat diartikan sebagai pernyataannya - mewakili duabelas murid Yesus - membenarkan "kerasulan" Paulus.
Pertama, Petrus tidak akan menghianati Yesus yang melarang keras keduabelas muridnya mengabarkan injil kepada "gentiles", atau orang-orang non-Israel, sebagaimana yang sebaliknya, justru sepenuhnya dilakukan oleh Paulus. Sekalipun sebagian Kristen awam akan membenturkan argumen ini dengan Amanat Agung Yesus berdasarkan catatan dalam Matius 28:19, tetap saja itu tidak relevans sebab Petrus tentu lebih tahu bahwa bagi keduabelas murid Yesus, yang menjadi Amanat Agung justru adalah apa yang tercatat dalam Matius 10:5. Lagipula berdasarkan salinan manuskrip asli injil Matius berbahasa Ibrani yang tersimpan baik di Israel, dipastikan bahwa Matius 28: 19 adalah ayat palsu yang tidak pernah diucapkan oleh Yesus.
Kedua, dalam kehidupan nyata, Paulus dan Petrus bukan merupakan dua orang sahabat, tapi sebaliknya, sebagaimana Paulus dengan keduabelas murid Yesus lainnya, mereka justru cenderung berseteru. Tulisan-tulisan Paulus sendiri mengindikasikan hal itu misalnya dalam Galatia 2: 6,7,9 dan Galatia 2: 11-14.
KESIMPULAN
Surat-Surat Petrus bukan tulisan Petrus, tapi merupakan bagian dari surat-surat palsu yang dinisbatkan kepada murid-murid Yesus.
[Bagus Pamungkas | Diskusi Kelas SM-GMDKK]
Sumber
- Simon Peter: From Galilee to Rome by Carsten P. Thiede
- The Anchor Bible Dictionary, Vol. 5 by Ed Davis
- IVP Dictionary of the Later NT and its Developments edited by Ralph Martin and Peter H. Davids
- IVP New Testament Commentary: 1 Peter by Howard Marshall
- Scott Nelson, Jesus and Judaism vs Paul and Christianity
- Mizanul Adyan, Surat-surat palsu yang dinisbatkan kepada murid-murid Yesus
Posting Komentar