Islam Membenarkan Aksi Bunuh Diri?


Dari judul asli: Jawaban Atas Tuduhan "Allah Menghalalkan Umat Islam Bunuh Diri" oleh Para Penginjil

Bismillahirahmanirahim,
Kebencian terhadap kebenaran Islam sudah menutupi akal sehat para penginjil salibis. Apapun ayat yang ada dalam Al-Quran, selalu disalahpahami dan diperalat untuk menghantam akidah umat Islam. Dalam blog kristenisasi berkedok Islam, digelar berbagai artikel yang menyerang ajaran Islam. Beberapa waktu lalu, dipublis artikel berjudul “Bunuh Diri Halal dalam Islam,” untuk menuding bahwa dalam Al-Quran, Allah Swt menghalalkan umat Islam untuk melakukan bunuh diri.

Berikut kutipannya: 

“Ini ayat bunuh diri dalam Alquran. Surat Al-Baqarah (2) ayat 54: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” " Siapa bilang bunuh diri itu haram dalam Islam? Allah Swt sendiri menyuruh umatnya bunuh diri, saling bunuh antar bapak dan anak, demi mendapatkan pengampunan darinya. Yang mati bunuh diri bahkan disebutnya sebagai syahid. Allah Swt/ Muhammad tidak pernah melarang Muslim bunuh diri sebagai usaha mati syahid dan menghindari api neraka. Para Muslim yang mati bunuh diri di Quran 2:54 dianggap Muhammad sebagai syahid.”  Deminkian ulasan para salibis mengenai ayat tersebut.

Sebelum menanggapi serius, dibaca sekilas saja sudah nampak jelas kecerobohan penginjil dalam upayanya coba mendiskreditkan Islam.
Pertama, ia menuduh bahwa dalam ayat tersebut “Allah Swt sendiri menyuruh umatnya bunuh diri,” padahal dalam ayat tersebut tertulis dengan gamblang bahwa yang menyuruh bukan Allah Ta’ala, tapi Nabi Musa As.

Kedua, lebih ngawur lagi penginjil ini ketika menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad menghalalkan bunuh diri berdasarkan ayat tersebut. Ini adalah gagal nalar luar biasa parah karena mengira  Islam menghalalkan bunuh diri berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah 54. 
Ayat ini Berkisah tentang dakwah Nabi Musa As kepada umatnya yang durhaka. Yakni ketika kembali dari misinya di Gunung Thur setelah 40 hari, Nabi Musa melihat kemungkaran kaumnya yang murtad dari ajaran tauhid. Mereka menyembah patung anak sapi yang jelas-jelas merupakan perbuatan kuffur terhadap perintah Allah. Hal ini mengakibatkan Nabi Musa murka, dan sempat menumpahkan kemarahannya tsb kepada Nabi Harun yang dianggap tidak mampu menjaga umatnya. Tetapi Nabi Harun menjawab bahwa kelakuan bani Israel itu memang benar-benar sudah melampaui batas, meski ia telah mencegahnya dengan dakwah yang maksimal. Maka Musa memperingatkan dua hal kepada mereka:

  1. Musa berkata kepada kaumnya bahwa mereka telah menganiaya diri sendiri dengan perbuatan murtad. Mengganti iman kepada Allah dengan iman kepada anak sapi adalah perbuatan murtad.
  2. Dosa murtad lebih besar dari pada dosa orang-orang kafir, karena mereka telah mengetahui kebenaran dan telah beriman kepadanya. Tetapi mereka melepaskan kebenaran itu dan berpaling menjadi kafir. Mereka telah murtad sedangkan hukuman bagi orang yang murtad ialah dibunuh. Berpaling dari tauhid kepada penyembahan berhala dan penyembahan anak sapi, bukanlah masalah remeh yang dapat diampuni atau dilupakan dengan sekali taubat. Apalagi yang demikian itu dilakukan oleh orang-orang yang sudah melihat mukjizat dan nikmat yang besar dan telah beriman dengan itu semua. Maka Nabi Musa memerintahkan umatnya untuk segera bertaubat dan meminta ampunan kepada Allah atas kesyirikan yang telah mereka perbuat. Syariat Musa yang berlaku pada masa itu, bagi orang murtad yang bertaubat adalah membunuh diri mereka sendiri. Selain untuk menjemput ampunan Allah Swt, syariat bunuh diri pada masa Nabi Musa itu juga memiliki hikmah penting untuk membersihkan akidah generasi berikutnya.
Syaikh Musthafa Al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menyebutkan, perintah bunuh diri massal ini dimaksudkan untuk membersihkan diri mereka dari bibit orang-orang durhaka yang ada di masyarakat. Dengan demikian, kelak di kemudian hari masyarakat terbebas dari benih-benih kedurhakaan dan kesyirikan. Jadi, bunuh diri yang dimaksudkan Nabi Musa dalam ayat ini bukanlah perintah umum, melainkan hukuman khusus bagi orang yang murtad pada masa itu dan di kemudian hari, syariat pertaubatan dengan bunuh diri bagi orang yang murtad ini tidak dilanjutkan pada masa Nabi Muhammad Saw.
Prinsip Islam menekankan humanisme dan penghargaan yang setinggi-tinginya terhadap setiap jiwa, apalagi jiwa manusia. Allah melarang hal-hal yang menjerumuskan manusia kepada kebinasaan (QS. Al-Baqarah: 195), menghargai nyawa setiap makhluk setinggi-tingginya (QS. Al-Maidah 32). Dan secara tegas melarang tindakan bunuh diri: 

“… Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa: 29).

Rasulullah Saw menegaskan bahwa bunuh diri adalah salah satu dosa besar yang tidak akan diampuni:

“(Di antara) dosa-dosa besar adalah: Berbuat syirik terhadap Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu” [HR Al-Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr ra]

Karenanya, wajar bila ancaman Allah terhadap orang-orang yang bunuh diri demikian kerasnya. Mereka diharamkan masuk surga. Di akhirat kelak, hukuman bagi orang yang bunuh diri sangat berat dan mengerikan, yaitu disiksa dengan keadaan bunuh diri yang dilakukannya semasa di dunia, sesuai sabda Rasulullah Saw berikut:

"Seorang lelaki terluka dan bunuh diri, maka Allah berkata, "Hamba-Ku mendahului-Ku dengan membunuh dirinya sendiri maka Aku haramkan surga untuknya” [HR Bukhari dari Jundab RA].

“Dan siapapun yang membunuh dirinya sendiri dengan sepotong besi, di neraka ia akan diazab dengan benda yang sama” [HR Bukhari dari Tsabit bin Ad-Dhahhak ra].

“Barangsiapa menghirup racun hingga mati, maka racun itu akan berada di tangannya lalu dihirupkan (kepadanya) selama-lamanya di Neraka Jahanam” [HR. Muslim].

"… Dan siapapun yang membunuh dirinya sendiri dengan sepotong besi, di neraka ia akan diazab dengan benda yang sama” [HR Bukhari dari Tsabit bin Ad-Dhahhak ra].

“Dia yang bunuh diri dengan mencekik dirinya sendiri, di neraka ia akan terus menerus mencekik dirinya sendiri dan ia yang bunuh diri dengan menikam dirinya sendiri, di neraka ia akan terus menerus menikam dirinya sendiri” [HR Bukhari dari Abu Hurairah ra].

Jelaslah bahwa Islam sama sekali tidak menghalalkan bunuh diri. Tuduhan penginjil itu hanya ngarang bebas isapan jempol belaka.


BIBEL MEMBENARKAN KISAH MUSA, 
TUHAN MEWAJIBKAN UMATNYA UNTUK MELAKUKAN BUNUH DIRI MASSAL

Dengan menuding Al-Quran menghalalkan bunuh diri, dapat dipastikan bahwa penginjil salibis ini buta akan kitab sucinya sendiri. Pasalnya, dia tidak tahu bahwa di dalam Bibel juga tertulis dengan jelas kisah bunuh diri massal 3.000 umat Nabi Musa atas perintah Tuhan: 

“Maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: "Siapa yang memihak kepada Tuhan datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi. Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya. Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu” (Keluaran 32: 26-28) -- Selengkapnya baca ayat 1-35 tentang kisah “Anak Lembu Emas”.
Jika syariat bunuh diri yang diberlakukan pada zaman Nabi Musa itu dipahami sebagai kekejaman Allah yang tidak berperikemanusiaan, maka sebelum sembarangan menuduh Al-Quran,  hal pertama  yang seharusnya dilakukan oleh penginjil kurang akal ini adalah melakukan protes keras terhadap Bibelnya sendiri! 
Dengan logika dangkal yang hanya mengandalkan kritik teks, silahkan penginjil salibis menuduh syariat Musa dalam Bibel tidak relevan karena bertentangan dengan ayat Bibel yang lain: “Jangan membunuh” (Keluaran 20:13; Ulangan 5:17). "Terkutuklah orang yang membunuh sesamanya manusia dengan tersembunyi. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!" (Ulangan 27:24).

Nafsu melecehkan agama lain yang dilakukan oleh para penginjil salibis selalu menutupi objektivitas, akal sehat dan nilai-nilai logika. Terlebih, jika spiritnya adalah yang penting umat Islam murtad, tak peduli apapun caranya, termasuk pembohongan dan pembodohan. 
Ittaqullah!


[Dari catatan Dr. Anwar Luthfi]


Posting Komentar