Yesus Menikah Bukan Cerita Fiksi

Penerbitan buku yang saya tulis bersama Prof. Barrie Wilson; "The Lost Gospel: Decoding the Ancient Text that Reveals Jesus 'Marriage to Mary the Magdalene" pada pada 12 November 2014 telah menyebabkan badai teologi di seluruh dunia, termasuk demonstrasi di India. Saya bahkan menjadi sasaran salahsatu serangan Bill O'Reilly dan karenanya saya menantangnya untuk debat on-air. Tapi sejauh ini, dia keberatan.

Saya kira alasan dari semua respons negatif ini adalah karena bukti sejarah pernikahan antara Yesus dari Nazareth dengan wanita yang dikenal sebagai Maria Magdalena telah menjadi semakin nyata. Bahkan sebelum temuan kami, temuan-temuan lain juga mengarah pada pernikahan, dan tidak ada bantahan yang menyatakan bahwa Yesus hidup selibat. Satu-satunya yang terus memperdebatkan selibat Yesus adalah 2000 tahun intimidasi teologis. Ini mungkin mengejutkan bagi kebanyakan orang, tetapi faktanya, tidak satupun dari keempat Injil kanonik yang menegaskan bahwa Yesus tidak menikah. Injil-injil tsb justru menyebut Yesus sebagai "Rabi" (Matius 26:49, Markus 10:51, Yohanes 20:16). sedangkan syarat untuk menjadi seorang Rabi, sejak dulu sampai sekarang, adalah para pria menikah. Jika Yesus tidak menikah, seseorang tentu akan menyadarinya.

Pendukung terbesar selibat bagi iumat Kristen adalah Paulus. Dalam setiap masalah hukum Yahudi - dan Paulus adalah seorang Yahudi yang disebut Saul saat lahir - Paulus lalai. Dia membuang hukum Kosher, mengabaikan ketaatan Sabat dan berdoa agar tangan para penyunat ritual berjabat sehingga mereka memotong penis mereka sendiri ketika mereka melakukan sunat (Galatia 5:12). Hanya dalam hal seks, Paulus lebih kejam daripada yang disatukan oleh Musa dan Yesus. Mengapa? Jawabannya mungkin terletak pada latar belakang Paulus.

Seperti diketahui semua orang, "Paul of Tarsus" berasal dari Tarsus, sebuah wilayah Turki modern. Tapi apa yang tidak diketahui oleh semua orang adalah bahwa pada zaman Paulus, di Tarsus mereka menyembah dewa bernama Attis. Mungkin tidak secara kebetulan, Attis adalah dewa yang sekarat dan yang sedang bangkit. Dia disebut "The Good Shepard", dan penggambaran paling awal memvisualisasikan sang Dewa dengan seekor domba di pundaknya. Semua gambar ini kemudian dimasukkan ke dalam ikonografi Kekristenan versi Paulus. Sederhananya, Yesus versi Paulus sangat mirip dengan Attis.

Attis memiliki cinta yang besar dalam hidupnya, Cybele. Pada malam pernikahan mereka, Attis memutuskan untuk melakukan pengorbanan tertinggi dan mempersembahkan testikelnya di atas altar cintanya. Dia mengejutkan pengantin perawannya dengan mengebiri dirinya sendiri. Ide ini menjadi hit besar di Tarsus di zaman Paul. Pendeta Attis, Galli, meniru dewa mereka dengan melakukan kegilaan yang sama, mengebiri diri sendiri dan mempersembahkan testikel mereka sebagai persembahan suci. 

Tidak mengherankan, agama yang pernah populer ini kemudian punah. Sementara itu, Paulus tidak mempromosikan pengebirian literal - meskipun beberapa orang Kristen awal, misalnya Pastor Gereja Origen, mengebiri diri mereka sendiri. 

Dalam semangat Attis, Paulus menganjurkan pantang dan selibat, bahkan dalam pernikahan (misalnya, "Adalah baik bagi seorang pria untuk tidak menyentuh seorang wanita," 1 Korintus 7: 1). Seandainya Yesus membujang, Paulus pasti akan menjadikannya sebagai contoh kapanpun dia harus berdebat tentang selibat. Tapi itu tidak dilakukannya. Tidak pernah sekalipun Paulus menganjurkan pengikutnya agar hidup selibat dengan alasan karena Yesus hidup selibat. Tidak pernah!

Jika seseorang melihat Injil tanpa kacamata Paulus berwarna Attis, sesungguhnya ada banyak petunjuk bahwa Yesus menikah. Secara khusus, setelah Penyaliban, Injil setuju bahwa Maria Magdalenalah yang Minggu pagi itu pergi untuk membasuh dan mengurapi tubuh Yesus yang sebelumnya disalibkan (Markus 16: 1). Mungkin orang akan mengira bahwa orang-orang Yahudi jaman dulu di Yerusalem suka berkeliling sambil "mengurapi" satu sama lain. Untuk diketahui, mereka tidak melakukannya. 

Apa yang dikatakan Injil kepada kita adalah bahwa Maria Magdalena pergi ke kuburan Yesus guna mempersiapkan jenazahnya untuk dimakamkan. Itu kata Injil, bukan kata saya. Baik dulu maupun sekarang, tidak ada wanita Yahudi yang akan menyentuh tubuh telanjang seorang Rabbi yang sudah mati, kecuali dia adalah keluarga. Yesus dicambuk, dipukuli dan disalibkan. Tidak ada wanita yang akan mencuci darah dan keringat dari bagian sangat pribadinya kecuali dia adalah istrinya.

Selain Injil kanonik, ada juga yang disebut Injil "Gnostik". Gnostik - atau "pencari kebijaksanaan" - adalah cabang awal Kekristenan, yang asalnya tidak kita ketahui. Apa yang kita tahu adalah bahwa mereka mewakili yang kalah dalam "permainan" ortodoksi Kristen. Setelah abad keempat, Gereja membakar semua kitab suci Gnostik termasuk orang-orang yang mempercayainya. Akibatnya, hingga saat ini, kita hampir tidak memiliki Injil Gnostik untuk dirujuk.

Pada tahun 1947, di Nag Hammadi, Mesir, kaum Gnostik membalas dendam. Itulah saatnya di mana beberapa dari Injil peninggalan mereka ditemukan tersembunyi di dalam beberapa kendi. Injil-injil ini semua menceritakan kisah yang sama - Yesus menikah! Lebih jauh lagi, bagi para pengikut Gnostiknya, pernikahan dan aktivitas seksual Yesus dianggap lebih penting daripada kematian dan kebangkitannya. Sederhananya, mereka lebih tertarik pada "hasratnya" di tempat tidur daripada pada "gairahnya" di kayu salib.

Apa yang dikatakan arkeologi tentang Yesus yang menikah?
Pada 1980, di Talpiot, tepat di luar Yerusalem, para arkeolog menemukan kuburan berusia 2000 tahun. Di dalam makam tersebut terdapat sepuluh osuarium yaitu peti mati batu kapur. Enam di antaranya tertulis. Salah satunya memiliki nama Ibrani/Aram "Yesus anak Yusuf" tergores di sisinya, yang lain "Maria," yang lain - "Yose" - nama panggilan yang disebutkan dalam Injil sebagai milik salah satu saudara Yesus (Mark 6 : 3, Matius 13:55).

Sebuah osuarium keempat bertuliskan nama "Matius" dan yang kelima - satu-satunya dalam bahasa Yunani - dengan nama "Mariamene", versi Yunani dari "Maria" yang dikaitkan dalam semua literatur Yunani dengan hanya satu wanita - Maria Magdalena. Yang lebih mengganggu bagi orang Kristen Pauline, osuarium keenam yang tertulis - tampaknya seorang anak - memiliki nama "Yehuda, anak Yesus" diukir di atasnya.

Jadi apa yang terjadi dengan penemuan yang mengubah paradigma ini? Tidak ada! Antara 1980 dan 1996 tidak ada arkeolog yang melaporkan penemuan itu. Film dokumenter buatan tahun 2007 saya, Makam Yesus Yang Hilang, dan buku tulisan kolaborasi saya, Makam Keluarga Yesus lah yang mendorong penemuan itu menjadi berita utama. Dan apa reaksi dunia? Sekali lagi, tidak ada! Dalam semangat The Life of Brian, menurut kesepakatan ilmiah para pakar, makam itu pasti milik Yesus yang lain, dan dua Maria lainnya. Lagipula, jika Anda percaya bahwa Yesus adalah dewa tipe Attis, dia tidak bisa memiliki peti mati, tentu saja bukan istri dan bukan anak yang bisa dihasilkan dari persatuan seksual mereka. 

Ini mengantarkan kita pada “The Lost Gospel”. Tampaknya ini adalah teks Syriac (Kristen Aram) abad keenam yang merupakan terjemahan dari teks Yunani sebelumnya (abad keempat atau kedua) yang menurut saya dan Prof. Barrie Wilson mempertahankan tradisi abad pertama. Teksnya, yang tersimpan rapih di bagian manuskrip langka di British Library selama 160 tahun terakhir, seolah-olah bercerita tentang Joseph yang alkitabiah, yang terkenal dengan mantel warna-warni, dan istrinya yang tidak terkenal, Aseneth. Tetapi dalam komunitas Syria dari mana Injil ini muncul, “Joseph” adalah nama lain Yesus, dan Aseneth, adalah wanita yang “memiliki banyak anak dari orang yang Tersalib” (Hymne 21 dari Efrem orang Syria). Jelas, kita berurusan dengan teks yang sangat tipis yang dikodekan, menyembunyikan Injil yang sudah ditakdirkan menjadi bahan bakar api unggun.

Dalam naskah kami Joseph, atau Yusuf - alias Yesus - diidentifikasikan dengan tanda salib dengan jejak darah. Beberapa orang berpendapat bahwa naskah ini tidak mengacu pada Yesus. Jika ya, mengapa tanda salib? Mengapa darah, dan mengapa dia secara eksplisit disebut "Anak Allah"? Adapun Aseneth, manuskrip kami menggambarkan dia tinggal di "menara". Bahasa Ibrani untuk "menara" adalah "Migdal", maka Magdalena sebenarnya bukan nama belakang Maria, tapi sebuah julukan. Artinya "Mary the Tower Lady" atau "Maria Perempuan Menara".

Dalam The Lost Gospel, dia digambarkan sebagai pendeta perempuan Galilea Fenisia yang meninggalkan penyembahan berhala setelah bertemu dan jatuh cinta pada Yesus. Mereka menikah, tapi dia bukan sekadar “Ny. Yesus". Dia adalah mitra dalam penebusan yang disebut sebagai "Putri Allah" dan "Mempelai Wanita Allah". The Lost Gospel menyatakan bahwa Yesus dan Maria memiliki dua anak dan ini menjadi saksi bahwa bagi pengikut paling awal mereka, Yesus dan istrinya Maria adalah sesama Dewa yang dilibatkn dalam kepentingan politik pada jaman mereka.

Pengikut Paulus dapat terus memiliki iman pada penyelamat selibat yang bercerai dari keluarganya, bangsanya dan jamannya. Tapi bagi saya, wahyu terpenting dalam naskah yang telah lama diabaikan ini berkaitan dengan plot yang digagalkan tentang kehidupan Yesus dan Maria sang Magdalena, sekitar 13 tahun sebelum penyaliban. Jika detektif sejarah kita benar, teks ini adalah Injil yang benar sebelum digantikan oleh Injil-Injil yang dikenal sekarang, dan kita akhirnya dapat mengembalikan Yesus ke konteks sejarah dari mana Paulus telah menyingkirkannya.

Simcha Jacobovici adalah pembuat film pemenang Emmy Award tiga kali dan penulis buku terlaris New York Times. Bukunya tentang subjek, "The Lost Gospel" atau "Injil yang Hilang", sudah beredar di pasar. Film dokumenter pendamping "Bride of God" tayang di Discovery Science, 14 dan 21 Desember.
Di bawah ini  adalah film dokumenter tentang penemuan makam keluarga Yesus di Talpiot, Yerusalem.
 ** Gunakan fitur teks (subtitle) video ini untuk mendapatkan teks dalam bahasa Indonesia


Posting Komentar