Landasan Agama Ciptaan Manusia Bernama Paulus Dari Tarsus


Publihed on Facebook 22 November 2011 at 04:53
Mengenai Ilmu pengetahuan yang dimilikinya, Paulus sendiri berterus terang mengaku belajar dari orang-orang bodoh, orang-orang bijak, dan dari filsuf-filsuf Yunani:

"Aku berhutang baik kepada orang Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang yang tidak terpelajar.” (Roma 1:14)

Bahwa suratnya - seperti dapat dibaca dalam teks di atas - adalah percampuran budaya, juga kekacauan penulisan dan pemikiran. Bersarnaan dengan itu Paulus saling bertentangan dengan “Tuhan Yesus” yang menolak hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak.

"Karena ada tertulis: “Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan. Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?"  (1 Korintus 1:19-20)

Seperti yang kita lihat, Paulus menerima hikmah dan kebodohan secara bersamaan, sedangkan Yesus menolak hikmah dan tidak menerima kecuali dengan kebodohan. Maka, Yesus tidak melihat hikmah alam ini kecuali kebodohan. Paulus menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan tidak memberikan pilihannya kecuali kepada kebodohan, bahkan lebih memuliakan kebodohan daripada orang yang memiliki hikmah.

"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat."  (1 Korintus 1:27)

Sudah dapat dipastikan bahwa seandainya Paulus menganggap dirinya pilihan Tuhan, berarti sebenamya dia bodoh - menurut teks di atas - alias bukan termasuk golongan orang yang bijak. Dan Paulus memberikan ringkasan kepada kita bahwa “pengorbanan dan penyaliban” yakni poros ajaran Kristen, tidak akan berhasil mendominasi ajaran tersebut kecuali dengan hilangnya hikmat (ilmu) dan lenyapnya pemahaman khidnat bersamaan dengan hadirnya kebodohan.

"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: “Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan. Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?"  (1 Korintus 1:18-20)

Paulus menjelaskan bahwa Yesus hanya melihat jalan kebodohan dan kedunguan, dan ini merupakan jalan yang terbaik untuk lebih mengenalnya.

"Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleb hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil."  (1 Korintus 1:21)

Artinya, bahwa sang Khalik menganggap baik seandainya jalan yang ditempuh menuju kepada-Nya melalui jalan kebodohan dan kedunguan! Oleh karena itu, Paulus mensucikan kebodohan dan mengangkatnya melampaui hikmah.

"Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, blarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena hikmat dunia itu adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: “la yang menangkap orang yang berhidmat dalam kecerdikannya. Dan di tempat lain: “Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesunggubnya semuanya sia-sia belaka."  (1 Korintus 3:18-20)

Menururt Paulus, inilah pemikiran Yesus tentang hikmat dan orang-orang yang bijak. Dia melihat bahwa pemikiran orang-orang yang bijak adalah kesalahan. Sedangkan menurut wahyu Ilahi yang hakiki (Perjanjian Terbaru), kata “hikmah” disebutkan bersamaan dengan pemahaman akan ilmu dan wahyu, seperti yang ada pada firman Allah,

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kamu seorang Rasul (Muhammad.) di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Qur’an dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” 
(QS. Al-Baqarah: 151)

Kata hikmah dalam pemikiran Islam selalu bergandengan dengan kebaikan (semua kebaikan) bagi manusia, karena hal ini merupakan pemberian dan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah,

“Allah menganugerahkan hikmah (kemampuan mendalami dan memahami ajaran Allah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.”  (QS. Al-Baqarah: 269)

Inilah Firman Allah tentang Isa putra Maryam dan risalah yang dibawanya,

“Dan Dia mengajarkannya Alkitab, Hikmah, Taurat, dan Injil.”  (QS. Ali Imran: 48)

Sementara itu Paulus sang rasul pencipta ajaran Kristen mengatakan:

"Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai orang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai orang bodoh."

Jelas artinya bahwa perkataan itu bukanlah wahyu. Layaknya orang gila, dia berbicara bahwa dialah yang mempertahankan kebohongannya dan mempertahankan kebodohannya serta menolak ilmu di setiap perkataannya (yang suci). Dialah yang mengangkat kebodohan di atas hikmah, bahkan meminta seluruh umat Kristen untuk bersikap bodoh, agar mereka menjadi orang bijak. Dengan kata lain, sesungguhnya akidah Trinitas tidak akan sempurna, kecuali dengan kebodohan dan kedunguan.

Oleh karena itu, atas dasar semua yang dilakukan Paulus ini, umat Kristen mengkategorikan Paulus ke dalam golongan para nabi yang benar. Sedangkan Muhammad SAW yang nyata-nyata membawa kebenaran, ilmu dan khidmat dari langit mere masukkan ke dalam golongan nabi palsu!

Mereka, bukanlah orang yang pertama kali melakukan hal seperti ini, karena sebelum mereka, telah ada kaum Tsamud - kaum Nabi Shaleh - yang lebih menyukai kesesatan daripada petunjuk, sehingga turun firman Allah atas mereka,

“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk, maka mereka disambar petir (sebagai) adzab yang menghinakan desebabkan apa yang telah mereka kerjakan. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa.”  (QS. Fushshaat:17-18)

Sampai di sini, tidakkah kita semua dapat melihat dengan jelas betapa aneh landasan agama yang dibangun oleh Paulus guna membelokkan sejauh-jauhnya segala bentuk hikmah yang ribuan tahun sebelumnya sudah diajarkan secara turun temurun oleh para nabi-nabi Allah terdahulu - termasuk oleh Yesus - justru dari para pengikut Yesus sendiri?
Dan di atas semua itu, yang paling aneh adalah kenyataan bahwa hampir semua pengikut ajaran Paulus yang menanggalkan (dan meninggalkan) ajaran Yesus ini mengira bahwa mereka adalah pengikut-pengikut setia Yesus!
Masya Allah!
Alangkah bodohnya!

Posting Komentar