Salahsatu peristiwa dahsyat yang bakal dialami oleh setiap orang yang telah mengucapkan ikrar syahadat Tauhid ialah keharusan menyeberangi suatu jembatan yang dibentangkan di atas kedua punggung neraka jahannam. Ia tidak saja dialami oleh ummat Islam dari kalangan ummat Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, melainkan semua orang beriman dari ummat para Nabi sebelumnya juga wajib mengalaminya.
Peristiwa ini akan dialami oleh setiap orang beriman, baik mereka yang imannya sejati maupun yang berbuat banyak maksiat termasuk kaum munafik. Menurut sebagian ahli tafsir peristiwa menyeberangi jembatan di atas neraka telah diisyaratkan Allah di dalam Al-Qur’anul Karim.
Peristiwa ini akan dialami oleh setiap orang beriman, baik mereka yang imannya sejati maupun yang berbuat banyak maksiat termasuk kaum munafik. Menurut sebagian ahli tafsir peristiwa menyeberangi jembatan di atas neraka telah diisyaratkan Allah di dalam Al-Qur’anul Karim.
وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً
”Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS Maryam[19]: 71-72)
Maksud dari kata ”mendatangi” ialah melintas di atas Neraka Jahannam dengan menyeberangi jembatan tersebut. Semua orang beriman –bagaimanapun kualitas imannya- pasti mengalaminya. Hanya saja Allah jamin keselamatan bagi mereka yang imannya sejati (orang-orang bertaqwa). Dan adapun mereka yang imannya bermasalah (orang-orang zalim/kaum munafik) akan jatuh tergelincir ke dalam Neraka Jahannam saat melintasinya.
Dalam sebuah hadits bahkan secara lebih detail Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan keadaan jembatan dimaksud. Jembatan itu lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang. Laa haula wa laa quwwata illa billah!
Betapa sulitnya bagi kita untuk berjalan menyeberang di atasnya. Tetapi Allah Maha Perkasa sekaligus Maha Bijaksana. Allah akan berikan bekal bagi orang-orang yang imannya sejati untuk sanggup melintas di atas jembatan tersebut. Beginilah gambaran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai jembatan tersebut dengan kejiadian-kejadian yang menyertainya:
“Dan Neraka Jahannam itu memiliki jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Di atasnya ada besi-besi yang berpengait dan duri-duri yang mengambil siapa saja yang dikehendaki Allah. Dan manusia di atas jembatan itu ada yang (melintas) laksana kedipan mata, ada yang laksana kilat dan ada yang laksana angin, ada yang laksana kuda yang berlari kencang dan ada yang laksana onta berjalan. Dan para malaikat berkata: ”Ya Allah, selamatkanlah. Selamatkanlah.” Maka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu diselamatkan dan juga ada yang digulung dalam neraka di atas wajahnya.” (HR Ahmad 23649)
Jadi, menurut hadits di atas ada mereka yang bakal menyeberanginya dengan selamat dan ada yang menyeberanginya dengan selamat namun harus mengalami luka-luka dikarenakan terkena sabetan duri-duri yang mencabik-cabik tubuhnya. Lalu ada pula mereka yang gagal menyeberanginya hingga ujung. Mereka terpeleset, tergelincir sehingga terjatuh dan terjerembab dengan wajahnya ke dalam neraka yang menyala-nyala di bawah jembatan. Na’udzubillahi min dzaalika!
Lalu bagaimana seseorang dapat menyeberanginya dengan selamat? Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa pada saat peristiwa menegangkan itu sedang berlangsung para Nabi dan para malaikat sibuk mendoakan keselamatan bagi orang-orang beriman. Mereka berdoa: ”Rabbi sallim. Rabbi sallim. (Ya Rabbi, selamatkanlah. Ya Rabbi, selamatkanlah).” Selanjutnya Allah akan memberikan cahaya bagi setiap orang. Baik mereka yang beriman sejati, mereka yang banyak berbuat dosa, maupun yang munafik sama-sama memperolehnya.
Namun ketika sedang melintasi jembatan tersebut orang-orang yang imannya emas akan terus ditemani dan diterangi oleh cahaya tersebut hingga selamat sampai ke ujung penyeberangan. Sedangkan orang-orang munafik hanya sampai setengah perjalanan melintas jembatan tersebut tiba-tiba Allah mencabut cahaya yang tadinya menerangi mereka sehingga mereka berada dalam kegelapan lalu terjatuhlah mereka dari atas jembatan shirath ke dalam api menyala-nyala Neraka Jahannam. Na’udzubillahi min dzaalika!
“Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka ada tirai penghalang dari-Nya. Adapun di atas jembatan Allah memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada ditengah jembatan, Allah-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.”(QS At-Tahrim ayat 8) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)
Saudaraku, sungguh pemandangan yang sangat mendebarkan. Pantaslah bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyatakan bahwa saat peristiwa menyeberangi jembatan di atas Neraka Jahannam sedang berlangsung setiap orang tidak akan ingat kepada orang lainnya. Sebab semua orang sibuk memikirkan keselamatannya masing-masing.
Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, dan ‘amal perbuatan kami dari riya dan lisan kami dari dusta serta pandangan mata kami dari khianat. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu khianat pandangan mata dan apa yang disembunyikan hati.
Hemmm kapan terjadinya penyebrangan itu??
BalasHapuskalau sebelum hisab agak terasa aneh sih,, nggak mungkin kan?? kita dihisab dulu baru kemudian diberikan kepastian untuk masuk surga atau neraka..
lantas kalau memang kita menyebrangi jembatan itu sesudah hisab, juga agak terasa aneh..
kita kan udah dipastikan masuk neraka atau surga, tapi kok disuruh lagi menyebrangi jembatan yang juga menentukan kita masuk surga atau enggak. jika kita berhasil menyebrangi nya maka kita masuk surga, tapi jika gagal maka kita akan masuk neraka, kok aneh ya,, masa yang menentukan kita masuk surga atau neraka adalah kita sendiri, bukan nya keptusan dari Allah..
Menurut saya Shiratal Mustaqim itu cuma KIASAN mbak....fiksi....itu nasihat Rasulullah SAW bahwa meniti agama itu sulit sekali.....
HapusKita menerima catatan amal dalam dunia ruh karena amal juga bersifat ruhiah....baru setelah jelas dimana kita, dineraka atau surga maka ruh kita dibangkitkan lengkap dengan tubuh kita ditempat tujuan surga atau neraka tadi....seperti orang siuman dari pingsan....wallahu alam....cuma pikiran bodoh saya saja
Artikelnya, bagus semoga bermanfaat, amiin.
BalasHapusbro .......
BalasHapustdk ada yg aneh drpd semua masalah akherat... sblm/ssdh ga masalah, kalau dihisab tentu, setlh menerima buku catatan, baru lewat sirat tsb, tergantung penulis, cerita mau sepenggal/ full/ boleh2 aja,kalau sdh tau keputusan Allah semua, kenapa masih banyak yg jahil, jika keputusan Allah, apakah yahudi semua masuk surga juga jadi bgmn ?
@apriadi- kamu ingat gak pada kata '' yang allah kehendaki''. Jadi yang allah kehendaki lah yang masuk alias cemplung.
BalasHapusmas artikel diatas emang bener adanya kalau yuo ragu "BERARTI IMANMU" Perlu ditambah hati hati merespon artikel tentang Takdir Alloh SWT, lebih baik diam jangan komen dari pada nambahin doso titik
BalasHapus@Unit ACC : yg bener aja kalau Shirot itu cuma kiasan, kalau hidup DI DUNIA benar pak hanya spt FATAMORGANA, tapi bpk merasakannya juga kan kalau senang, susah, enak, sakit, pedih, dll. ya shirot atw apa-apa yg terjadi setelah kematian/ di hari akhir ya terasa spt kita hidup di dunia pak,, HATI-HATI pak kalau mengeluarkan pendapat/pemikiran, salah2 gaawat lho,, karena Allah tidak tidur,, dan yg pasti kehidupan yg ABADI dan NYATA adalah di Syurga / Neraka tempat terakhir kita,,
BalasHapusYa Allah lindungilah kami dan keluarga kami orang2 muslim dari nerakaMu, aammiiinn,,,
yg menyatakan shiratal mustaqim itu jembatan diakhirat juga berdasarkan pendapat. kalau boleh tanya.... ketika kita diakhirat kita kan sudah dihisab.. sudah ditunjukan amal perbuatan kita... apakah masuk surga atau neraka. trus kenapa mesti disuruh nyebrang lagi di jembatan yg dibawahnya ada neraka... dan kalau terpeleset bakal jatuh kedalamnya. apakah hisab itu masih kurang cukup bukti untuk kita berada disurga dan neraka... menurut ku di alquran juga menggambarkan siratal mustaqim sebagai jalan lurus yaitu jalan kebenaran.. yaitu islam alquran dan nabi. barang siapa yg menempuh jalan itu akan masuk ke surga.. barang siapa yg belok akan masuk neraka... cb bandingkan dgn tafsir alquran.
Hapusyg menyatakan shiratal mustaqim itu jembatan diakhirat juga berdasarkan pendapat. kalau boleh tanya.... ketika kita diakhirat kita kan sudah dihisab.. sudah ditunjukan amal perbuatan kita... apakah masuk surga atau neraka. trus kenapa mesti disuruh nyebrang lagi di jembatan yg dibawahnya ada neraka... dan kalau terpeleset bakal jatuh kedalamnya. apakah hisab itu masih kurang cukup bukti untuk kita berada disurga dan neraka... menurut ku di alquran juga menggambarkan siratal mustaqim sebagai jalan lurus yaitu jalan kebenaran.. yaitu islam alquran dan nabi. barang siapa yg menempuh jalan itu akan masuk ke surga.. barang siapa yg belok akan masuk neraka... cb bandingkan dgn tafsir alquran.
Hapus