“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. al-Imran/3: 52).
AL-HAWARIYUN adalah bentuk jamak dari kata HAWARI, yaitu pengikut setia Nabi ‘Isa as. Mereka mendampingi Nabi Isa as. berdakwah menegakkan risalah Allah di muka bumi. Al-Quran menyebut mereka sebagai Ansharu’llah, yaitu para penolong (risalah) Allah.
Para Hawariyun menorehkan kiprahnya masing-masing. Mereka menyebar ke seantero negeri untuk menolong dan membela sesama, diantaranya orang-orang lemah, orang sakit (yang tidak memiliki kemampuan mengikhtiari kesehatannya), memperingatkan kaum Yahudi agar tidak membuat sebab kesenjangan sosial, dan membela serta mempertahankan diri dari kiprah para penentang risalah.
Dari beberapa catatan tentang Hawariyun, diambil kesimpulan bahwa jumlah Hawariyun sekitar dua belas orang. Adapun kedua belas Hawariyun tersebut adalah:
- Andariya bin Yunus; adalah murid Nabi Yahya as. yang selanjutnya mendedikasikan diri untuk membantu dakwah Nabi Isa as. Beliau menjadi menjadi Hawari pertama Nabi Isa as.
- Syam’un 'al-Khaifa' bin Yunus; adalah nelayan Baitus Saida yang berdomisili di negeri al-Jaliliya (daerah Libanon sekarang). Ia adalah saudara Andariya bin Yunus. Nabi Isa as. menjulukinya dengan sebutan Al-Khaifa yang berarti “batu”. Syam’un memiliki murid bernama Markus, yaitu tokoh yang berkontribusi dalam melakukan perawian seluruh kehidupan Nabi Isa as. Perawian ini selanjutnya diakui kaum gereja dan ditetapkan sebagai Injil Markus.
- Ya’qub bin Zabdiya; adalah nelayan Baitus Saida yang yang diambil sumpah setia sebagai Hawari oleh Nabi Isa as. bersama saudaranya (Yahya bin Zabdiya) di pesisir danau Janisrah. Nabi Isa as. memberi julukan kepada anak-anak Zabdiya dengan sebutan "Bani Ar-Ragas" yang berarti “Anak-anak guruh atau anak Amarah”.
- Yahya bin Zabdiya; adalah nelayan Baitus Saida yang kemudian menjadi Hawari paling masyhur karena beberapa karyanya, yaitu: (1) perawian kehidupan Nabi Isa as. (2) penulisan kitab Wahyu, dan (3) pencatatan kabar gembira tentang kedatangan nabi akhir zaman dengan ciri-ciri: (a) memiliki pedang bermata dua, (b) memiliki kendaraan tunggangan berwarna putih, (c) memiliki umat yang dimuliakan dengan kitab Al-Qur’an, dan (d) berada di negeri keselamatan baru yang memiliki Bait Suci (yaitu Ka’bah di negeri Makkah). [1]
- Falifi al-Jalily; adalah penduduk biasa yang menetap di negeri al-Jalily.
- Ya’qub bin Alifi; adalah Hawari yang berasal dari keluarga pembesar Bani Israil yang cukup dihormati. Ia terkenal karena komitmennya menyeru Bani Israil agar mereka memakan makanan yang Halal dan baik.
- Mattaya 'al-Lawiy' bin Alifi; adalah pemungut pajak yang melakukan perawian atas kehidupan Nabi Isa as. Perawiannya dikenal sebagai Injil Mattaya. Ia bersama Yusuf Ibnu Nabas termasuk ke dalam kelompok para penulis wahyu. [2]
- Yusuf Ibnu Nabas al-Hawari; adalah Hawari yang tidak kalah pentingnya dikalangan pengikut Nabi Isa as.. Beliau adalah seorang yang kaya raya lagi dermawan, berasal dari Bani Israil suku Lawi. Yusuf Ibnu Nabas juga merawi kehidupan Nabi Isa as dalam kitab yang kemudian dikenal sebagai Injil Barnabas. Namun kitabnya ini tidak diakui oleh kalangan gereja bentukan Sya’ul karena subjektifitas Syaul terhadapnya. [3]
Bersama Matta al-Lawiya, Ibnu Nabas termasuk Hawari pencatat wahyu. Ia awalnya berdakwah bersama Sya’ul ke negeri Siprus, Asia kecil, Yunani, Romawi, Tarsis, dan negeri-negeri Arab serta Afrika. Dalam perkembangan dakwahnya bersama Syaul, Ibnu Nabas menemukan kejanggalan dari setiap dakwah Sya’ul yang mulai bertentangan dengan ajaran Nabi Isa as. Akhirnya ia memisahkan diri dari komunitas yang digagas Sya’ul dan memutuskan kembali (bersama pembantunya yang bernama Yahya) ke Siprus.
Semenjak itu, Sya’ul dengan surat-suratnya selalu menghujat dan sangat memusuhi Ibnu Nabas. Bahkan ia juga memusuhi bebera Hawari lainnya (yang tetap teguh memegang risalah Nabi Isa as.) dengan fitnahan dan kebohongan, diantaranya adalah Ya’qub (Yamisi) dan Syam’un al-Khaifa.
“Dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya Kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,’ Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.’” (QS. an-Nisa [4]: 157-158).
9. Syam’un al-Kan’ani (Az-Zalutiyyun); adalah pejuang militan Bani Israil yang menentang pendudukan bangsa Romawi dan kezaliman penguasa Israil (Yahudi) atas kaum Bani Israil keseluruhan.
10. Nikhadimah; pemilik kediaman yang ada di seberang Sungai al-Kidran (di kebun Jaat-Asmani), adalah mata-mata Nabi Isa yang memberikan berita mengenai keadaan kaumnya ketika bersembunyi dari kaum Yahudi di kediaman rumahnya.
11. Kalil al-Astafani; adalah syuhada pertama yang wafat dirajam oleh gerombolan Yahudi penentang dakwah Nabi Isa as. Menurut riwayat, gerombolan Yahudi itu dihasut oleh Sya’ul at-Tarsusy.
12. Yahudza al-Askaryuti; (Yudas); adalah seorang Hawari yang memberitahukan persembunyian Nabi Isa di Jaat-Asmani (bukit Zaitun) pada malam Jumat, ketika Nabi Isa as sedang bermunajat kepada Allah SWT agar terhindar dari kebiadaban kaumnya. Atas izin-Nya, Allah menyerupakan rupa Yudas dengan Nabi Isa sehingga ia ditangkap dan dihukum salib.
Yahudza pun mati di tiang salib. Kematiannya disaksikan oleh seluruh penduduk Ur-Salim (Yerusalem). Tanah yang menjadi tempat pelaksanaan eksekusi matinya disebut Haikal Damah (Kuil Darah) atau bukit Julajah (bukit Tengkorak).
Jumlah Hawariyun tinggal sebelas. Para Hawari yang tersisa selanjutnya memilih penggantinya. Satu nama akhirnya terpilih, yaitu Matiyah. Maka, ia selanjutnya ditetapkan menjadi Hawari ke-12 pengganti Yudas.
Para Hawariyun kembali berkarya. Mereka menyebar ke seantero tempat dimana Bani Israil tersebar. Ternyata, masyarakat Bani Israil yang ada berada di dalam kondisi terpinggirkan. Agar fokus penegakkan risalah Nabi Isa tidak terganggu, selanjutnya para Hawariyin membuat kebijakan dengan menunjuk 7 sahabat lain (di luar mereka) agar berkonsentrasi untuk mencari solusi atas permasalahan sosial tersebut.
Bani Israil berhadapan dengan kaum Yahudi. Di antara kaum Yahudi yang menentang, ada seorang yang paling memusuhi dakwah Nabi Isa as, yaitu Sya’ul at-Tarsis. Ia mengagendakan pembantaian seluruh Hawariyun. Bersamaan dengan itu, Sya’ul mengkondisikan rakyat jelata agar mempercayainya sebagai Hawari ke-13 yang mendapatkan amanah melanjutkan risalah Nabi Isa as.
Lalu Sya’ul menggagas ide kekristenan dengan cara mengatur segala atribut keagamaan Kristiani dan melembagakan paham Salibiyah di dalam gereja-gereja buatannya. Ia memiliki beberapa murid kepercayaannya yaitu Syilas dan Lukas. Lukas adalah tangan kanan Sya’ul yang paling masyhur. Ia adalah seorang tabib yang dipercaya merawi kisah kehidupan Nabi Isa as. Riwayatnya kemudian diakui gereja dan dikenal sebagai Injil Lukas. Ia pun merawi perjalanan dakwah Hawariyyun, namun tidak objektif karena mengedepankan paham Sya’ul dari pada kebenaran ajaran Hawari sebenarnya.
Bersama para tangan kanannya, Sya’ul menulis surat yang bertujuan melakukan dominasi pemahaman sesuai versinya. Surat-surat tersebut ia berikan kepada jama’at ar-Rum (Roma), Korintus, Galatia, Efisus, Kolusye, Filifia, Tesaloni, dan Ibrani dengan pendekatan ketokohan. Mereka menerimanya. Dengan demikian, ajaran Nabi Isa berikutnya dimonopoli oleh Sya’ul yang melembagakan semua idealisme dan keinginannya dalam bentuk ajaran yang dikenal dengan nama Nasrani. Ajaran Nasrani inilah yang berikutnya terus bertransformasi menjadi ajaran resmi di seluruh daerah kekuasaan kekaisaran Romawi. [4]
Wallahu a’lam Bisyawwab.
[Sumber: Imron Mocha (2009) | 2. Ust. Edu (2020) | Daarut Tauhid]CATATAN KAKI
Posting Komentar